Latest entries

Kondisi egalitarianisme bukanlah suatu tempat dimana kamu dilahirkan, tapi dimana kamu berevolusi: menjadi suku pemburu-peramu yang nomaden. Jadi, tak ada yang perlu diromantisir, meski banyak yang bisa dipelajari dari situ. Kita semua berasal dari nenek moyang pemburu-peramu dan melalui proses domestikasi kita harus tercerabut secara berkelanjutan dan menjadi bagian di dalam peradaban.

Kita semua sering mendengar tentang kekerasan. Dan kita juga berbicara tentang kekerasan sepanjang waktu. Kita menyebut kekerasan yang ini baik dan itu buruk, kekerasan yang ini diperlukan dan kekerasan itu tidak diperlukan. Kekerasan ini milik mereka dan kekerasan itu milik kita. Dan percakapan terus berlanjut begitu saja.

An interview with Mèo Mun, an anarchist group archiving, translating, and dissemination anarchist texts to aid the anarchist movement in Vietnam.

Kini kita memasuki tahun 2008 M. Tujuh belas tahun lagi menuju krisis air bersih global kalau kita merunut pada data riset para ilmuwan, dua belas tahun lagi menuju pencanangan nuklir sebagai sumber energi di Indonesia; empat tahun lagi menuju kiamat kalau kita merunut pada kalender bangsa Maya; setahun lagi menuju Pemilu nasional Indonesia kalau kita percaya bahwa pemilihan umum dapat mengentaskan masalah ekonomi dalam kehidupan harian kita; beberapa saat lagi menuju penayangan perdana sekuel film layar lebar Batman berjudul Dark Knight.

Ang anarkía pò’y nagkakahulugán ng̃ walâng pámahalaán. ¿Dî pò ba nasabi ko na yatà sa inyo, na yamang ang pámahalaá’y walâng saysay, kundî manangkilik lamang sa mg̃a ginoó, kayâ’t kung magkakatuusan, ay malinag na walâ tayong nararapat pakasikapin gaya ng̃ mahangahán ang kanilang nakasusuyà nang mg̃a paguutós sa atin? Sa lugál ng̃ ginagawìng paghahalal sa mg̃a diputado at mg̃a kagawad, na lumilikhâ ng̃ mg̃a kautusán at lumalabag (palibhasà’y nauukol lamang sa atin ang pananalima), ay tayotayo na rin ang magsisiganap ng̃ mg̃a bagaybagay na nauukol sa atin, at gayón din ang sa ibá pang bagay na kailang̃ang pagpasiyahán. Sakalìng mahigpit na kailang̃ang ipagkatiwalà pa sa isa ang ikatutupad ng̃ mg̃a pinagpapasiyahán natin, ay gayón ang ating gágawin at walâ na.

“...Kailangang itigil natin ang pagiging luho ng siyensya, gawin natin itong pundasyon ng buhay ng bawat isa. Ito ang hinihingi ng hustisya.”

Mèo Mun is an anarchist collective working to make anarchist materials and ideas more accessible to a Vietnamese audience, together with providing an analysis of social struggles from a Vietnamese anarchist lens. Over the next hour you’ll hear three collective members, Mai, Will and tùng share their critiques of leftist misrepresentations of the Vietnamese State as Socialist, lasting impacts of imperialism and war on populations of Vietnam, the centering US imaginaries of Vietnam, the struggles of working class people in general (and queer folks and sex workers in particular) in Vietnam, nationalism promoted by the government and other topics.

Vietnamese commissars will deliver up resources and cheap labor to international corporate capital, sometimes to the very same exploiters they spent thirty years fighting. It should be no surprise that Vietnamese army veterans are beginning to ask what exactly it was they fought for.

This denunciation of the monsters who administer global capitalism is not meant to mythologize or glorify the Vietnamese. Certainly, the Vietnamese stalinists never abolished the market economy in an attempt to create a liberatory, communal society.

What is not in doubt is that one day, the oppressed and exploited masses will rise up and put an end to their suffering. That is our profound hope and conviction.