标题: Mortir-Mortir Loncer: Cinta, Hubungan, Kecemburuan, Penolakan, dan Pembebasan
作者: Adam Bregman
日期: 1993
来源: Originally published in Anarchy: A Journal of Desire Armed #35 — Winter ’93
备注: Diterjemahkan oleh: Lutfi Mardiansyah

Cinta semestinya membebaskan. Tidak ada yang punya potensi lebih membebaskan dibanding cinta. Di sini kita memiliki kekuatan untuk memegang kendali yang lebih besar atas kehidupan kita serta tidak terikat oleh waktu dan para majikan. Namun sebagian besar orang yang kukenal memiliki hubungan yang lebih-lebih mengebiri, membatasi, dan merendahkan dibanding kerja atau sekolah mereka. Kupikir salah satu alasannya adalah berlakunya mitos mengenai hubungan dan seks yang merefleksikan pemikiran masyarakat kolot. Peran gender tidak bersilangan dan menjemukan, hubungan monogami berlarut-larut tanpa ujung-pangkal, para kekasih merasa kata-kata pasangan mereka terpatri di atas batu, semua komitmen harus dipenuhi dan berhubungan dengan seseorang akan menyeret mereka keluar dari kesengsaraan serta kesepian yang mereka alami sebelumnya dan tanpa seseorang ini, mereka hanya mungkin terjatuh kembali ke dalam kesengsaraan dan kesepian.

Orang-orang tidak serasi satu sama lain secara bersamaan seperti potongan puzzle. Cinta hanya nyata sejauh yang direka oleh dua orang. Hal itu takkan bertahan selamanya. Hal itu mungkin menggembirakan untuk waktu yang singkat dan kemudian sama sekali surut, dengan sepasang kekasih berupaya menyelamatkan apa yang senantiasa mereka punya, hingga mereka hilang ketertarikan atau pura-pura merasa perlu tetap bersama lantaran tanpa satu sama lain mereka hanya akan kesepian.

Pasangan bahagia yang kau lihat sedang berciuman, yang kau amati dengan perasaan sepi sendiri serta cemburu, mereka tidak lagi merasa perlu jatuh cinta, bahagia atau terpenuhi secara emosional dibanding orang lain. Sepasang kekasih itu bisa dipencilkan dalam suatu hubungan dan yang membuat mereka bersama lantaran alasan yang boleh jadi tidak ada hubungannya dengan cinta yang mungkin pada awalnya menyatukan mereka. Yang betul-betul penting adalah bagaimana perasaan individu berkaitan dengan dirinya sendiri. Bisakah mereka merasa cukup mantap dengan diri mereka sendiri untuk menjadi relatif bahagia terlepas dari apakah mereka terlibat atau tidak terlibat hubungan dengan seseorang? Akankah mereka membiarkan seseorang mengendalikan perasaan mereka berkaitan dengan diri mereka sendiri? Akankah mereka melihat diri mereka sendiri melalui mata kritis mereka sendiri atau melalui mata orang lain? Saat terlibat hubungan dengan seseorang, haruskah mereka menguasai pasangan mereka seperti barang milik? Haruskah mereka tahu segala sesuatu tentang pasangan mereka? Haruskah mereka memberi tahu pasangan mereka berkaitan dengan apa yang semestinya dilakukan pasangan mereka? Bisakah cinta menjadi tidak membebaskan?

Cinta tidak bisa sepenuhnya bebas dari emosi-emosi yang menyakitkan dan menyayat hati. Juga takkan pernah bisa. Kecemburuan, keterasingan dan ketakutan adalah kenyataan di dunia yang didasarkan pada paksaan. Tapi semua itu bisa dihadapi tanpa harus terjerumus ke dalam suatu relasi monogami, hubungan yang membatasi atau eksistensi yang sepi atau sikap tidak peduli yang dimanfaatkan sebagai pertahanan melawan perasaan. Ada medium yang membahagiakan meskipun tidak betul-betul membahagiakan atau bersifat mitos belaka. Cinta sejati atau kesatuan yang memperluas, yang tak henti-henti dicari oleh para kekasih, takkan pernah bisa ditemukan, lantaran hal itu tidak ada dan hal itu bukanlah kenyataan. Hal itu hanya suatu tempat di dalam imajinasi, hanya untuk dijelajahi dan dibayangkan. Tapi dalam kenyataan hidup yang keras, dingin, gelap, dan mengerikan, ada keseimbangan yang bisa ditemukan dan bertahan, yakni kebahagiaan dan kebebasan, tapi tentu saja tak pernah bebas dari beban emosional serta rasa sakit. Tidak peduli seperti apa situasimu, kau bisa menemukan keseimbangan itu, keseimbangan yang adalah kebahagiaan, tapi tentu lebih mudah saat kau telah memenuhi keinginan dan kebutuhan paling mendasar. Dengan kata lain, lebih sulit mencapai keseimbangan apa pun saat kau kelaparan, terobsesi, atau dalam kesehatan yang rapuh.

Kebanyakan orang berpikir mereka membutuhkan cinta dan seks. Seringkali ketika mendapatkannya, mereka menjaga dan memperlakukan hal itu seperti barang milik. Cinta dan seks menjelma harta benda. Ketika harta benda mereka dirampas atau dirusak, mereka cemburu, marah atau tertekan. Berhubungan seks atau jatuh cinta dengan seseorang tidak menyiratkan suatu kepemilikan. Kita semua adalah orang-orang yang relatif bebas di dalam lingkungan yang memerangkap, dan kita semua punya banyak keinginan yang bisa ditindaki atau dikekang. Jika keinginan selalu ditindaki atau selalu dikekang, keinginan itu hanya akan mengakibatkan ketidakbahagiaan. Kebanyakan orang yang kukenal menghabiskan sebagian besar hidup mereka dengan menahan diri, lantaran komitmen yang mereka buat dengan kekasih mereka atau dengan diri mereka sendiri. Aturan-aturan yang mereka ikuti dengan sukarela itu biasanya mencerminkan norma lama masyarakat tentang gender, hubungan, atau cinta. Norma-norma itu biasanya diturunkan dari orangtua mereka, tapi juga menggempur kita dari segala arah pemerintah, orangtua yang ‘khawatir’ yang ingin membuat seluruh dunia seterpisah-pisah dan semembosankan mereka serta media massa, yang mencerminkan juga menciptakan citraan-citraan berkaitan dengan seks, gender dan cinta yang diikuti secara buta dan diterima sebagai kenyataan oleh orang-orang. Realitas mereka memberimu kebebasan untuk memiliki dan dimiliki sebagaimana halnya komoditas apa pun yang lainnya dan menjalani fantasi-fantasi cinta lama yang selalu mengarah kepada perang, kematian, serta terjebak dalam rutinitas buntu yang sama selama sisa hidupmu. Ini adalah pandangan semasa dan kolot tentang apa itu cinta, seonggok mayat yang membusuk di dalam penjara.

Kecemburuan adalah kenyataan. Belum ada kesetaraan di dalam masyarakat modern kita. Kecemburuan merupakan perpanjangan dari apa yang kau pikir kau miliki, apa yang kau pikir mesti kau miliki dan yang paling penting bagaimana perasaanmu berkaitan dengan dirimu sendiri. Jika kau bertindak atas dasar kecemburuan dan menyerang atau menyakiti seseorang, lantaran keterasingan atau kemarahanmu sendiri, kemungkinan besar kau lupa bahwa baik dirimu sendiri maupun mereka tidak betul-betul bisa memiliki orang lain dalam suatu hubungan. Jika dua orang menjalin hubungan atas kemauan mereka sendiri, hal itu tidak berarti bahwa kau tidak memiliki apa pun dari seseorang ini, bahwa seseorang ini tidak mencintaimu, bahwa seseorang ini takkan pernah mencintaimu lagi, atau bahwa seseorang ini berupaya membalas dendam kepadamu. Kemungkinan besar seseorang ini bertindak berdasarkan hasratnya yang mungkin hanya sedikit atau tidak ada hubungannya sama sekali denganmu. Apakah kau seseorang yang amat tidak disukai, atau tidak diinginkan, lantaran seseorang ini memilih meninggalkanmu dan memilih seseorang yang lain? Umumnya upaya untuk mendapatkan kembali seseorang ini akan menjadi upaya sia-sia. Jika seseorang ini benar-benar kembali, apakah segala sesuatunya akan bahagia dan baik-baik saja seperti dulu, atau mungkin takkan pernah seperti itu, atau secara pasti sejak dulu tidak seperti itu? Apa sebabnya hubungan itu berakhir? Tidak masalah apa sebabnya hubungan itu berakhir, apakah pasanganmu kembali atau kau akan menemukan pasangan lain. Yang betul-betul penting adalah seseorang ini telah menjadi bagian yang terlampau besar dalam hidupmu dan kebahagiaanmu jadi bergantung kepada keberadaannya. Kau tidak cukup mandiri untuk bisa bahagia tanpa seseorang ini. Seseorang ini bisa jadi kekasihmu, orangtuamu atau sahabatmu. Tidaklah sehat mencurahkan dirimu terlalu banyak kepada seseorang, ketika secara tak terelakkan mereka akan meninggalkanmu, kau akan semakin tidak bahagia. Sangat menyenangkan dan sungguh mudah untuk betul-betul terlibat hubungan dengan seseorang yang kau kenal betul. Jauh lebih sulit mengambil risiko menjalin hubungan di dalam masyarakat yang tidak bebas dan mengenal orang baru, orang-orang yang berbeda, dan mengalami penolakan.

Penolakan bukanlah pernyataan pribadi terkait dirimu, penolakan tidak merangkum keberadaanmu atau siapa dirimu. Hal itu bisa jadi rakitan dari sejumlah besar faktor, yang mungkin ada hubungannya denganmu atau sama sekali tak ada hubungannya denganmu. Penolakan dan kecemburuan adalah emosi yang tak semestinya menjadi sumber ketidakbahagiaan yang amat sangat. Penolakan dan kecemburuan juga tidak semestinya dipendam atau disingkirkan sebagai sesuatu yang kekanak-kanakan atau memalukan. Penolakan dan kecemburuan adalah emosi yang amat nyata dan kuat. Tapi dengan melihat penolakan dan kecemburuan dengan mata terbuka serta dengan pikiran terbuka, penolakan dan kecemburuan itu semestinya tidak melemahkan. Kecemburuan atau penolakan juga semestinya tidak dimanfaatkan sebagai alasan untuk menyakiti seseorang yang kepadanya mungkin kau berupaya menyatakan cinta.

Emosi terang-teranganmu yang sebenarnya, yang ingin kau ungkapkan, semestinya tidak menindas. Sudut pandangmu berkaitan dengan apa pun mengenai cinta, atau hubungan pribadimu, cenderung berubah setiap hari atau setiap jam. Keterusterangan tentu harus digunakan dengan suatu keseimbangan atau kau mungkin akan mengatakan kepada semua orang bahwa kau tahu apa yang kau benci dari mereka dan membiarkan dirimu sepenuhnya terasing atau lebih mungkin kau akan menerima kondisi itu secara pasif, segala sesuatu yang terjadi di sekitarmu tidak sesuai dengan keinginanmu dan kau membiarkan dirimu telak-telak tertekan oleh apa yang di sekelilingmu membuatmu tidak bahagia. Yang terakhir adalah apa yang dilakukan sebagian besar orang yang kukenal. Mereka secara pasif akan tunduk kepada apa pun yang termasuk ke dalam rutinitas mereka, selama hal itu adalah bagian yang menyenangkan dari jadwal tetap mereka. Mereka akan mengeluh atau memendam keluhan mereka, tapi selalu terus melangkah di jalan setapak yang sama dan biasanya akan berakhir dengan ledakan yang panjang dalam keseluruhannya. Terlalu banyak penerimaan pasif, mengikuti rutinitas yang melelahkan dan tidak cukup baru, rangsangan mental menghasilkan korban tak berdaya dari emosi di antara banyak orang yang kukenal.

Kelas adalah faktor besar yang di dalamnya siapa bisa bersama siapa. Bukan hanya kelompok kaya, menengah dan miskin, meskipun itu faktor besar, melainkan perbedaan-perbedaan kelas yang berkaitan dengan kecocokan, kebiasaan, popularitas dan yang paling penting citra. Emosi-emosi nyata tersembunyi di balik tabir perilaku baik yang bisa diterima. Kecocokan semacam ini muncul pada hampir setiap kelompok.

Peran gender diatur secara eksplisit untukmu sampai-sampai kau tidak perlu berpikir atau memilih. Orangtuamu dan seluruh dunia kemungkinan besar telah menanamkan dalam-dalam hal itu di otakmu sejak awal. Laki-laki harus maskulin dan bertanggung-jawab. Perempuan harus pasif dan menerima. Laki-laki itu kegemarannya bercinta. Mereka berpikir dengan penis mereka. Perempuan itu sifatnya manipulatif. Mereka menggoda laki-laki dan bercinta dengan emosi mereka. Laki-laki yang tidur dengan banyak perempuan itu jantan. Perempuan yang tidur dengan banyak laki-laki itu pelacur. Kedua belah pihak harus bersikap baik dan setia begitu mereka memutuskan berkomitmen pada suatu hubungan. Laki-laki harus yang menyetir dan mentraktir. Perempuan harus kelihatan cantik dan menarik. Tidak seorang pun boleh berselingkuh dengan kawan dekat kekasih mereka. Kehidupan pribadi harus tetap pribadi. Homoseksual masih tabu, tapi sekarang relatif diperbolehkan asalkan tetap jauh-jauh. Semua hal di atas diterima dengan baik dan semuanya betul-betul omong kosong. Laki-laki dan perempuan semestinya bisa melakukan apa pun yang mereka inginkan dengan seksualitas mereka. Mereka semestinya tidak menyembunyikan hal tersebut. Mereka semestinya bisa dengan bebas mengekspresikan seksualitasnya tanpa paksaan di mana pun mereka mau. Seks, bahkan dengan AIDS yang membunuh ribuan orang, tidak boleh digunakan sebagai alat untuk menjadi lebih represif. Membawa segala sesuatunya ke tempat terbuka dan menyingkapkannya secara apa adanya, hanya dengan cara itulah kita bisa membantu membunuh penyakit. Bersembunyi di balik ketidakbenaran dan ketidaktahuan itu memang nyaman dan itu tak pernah membantu menyembuhkan apa pun. Seks bisa jadi menyenangkan, aman, mengendalikan dan membebaskan gender secara terbuka. Keanekaragamanlah satu-satunya yang bisa menambah kebahagiaan. Hubungan-hubungan monogami (Aku sudah menggunakan kata monogami beberapa kali. Aku tidak membatasi arti kata ini hanya dalam kaitannya dengan hubungan seksual. Aku menggunakan kata ini untuk membatasi segala jenis hubungan yang mungkin dianggap tidak pantas oleh seorang kekasih yang posesif) atau kesepian yang berkepanjangan hanya akan menyurutkan kehidupan dan menekan hasrat. Tindakan hubungan seksual tidak dengan sendirinya secara signifikan membebaskan seseorang secara emosional.

Hanya dengan menerima dirimu apa adanya sambil terus mengubah tindakan dengan bebas demi melakukan hal-hal yang kau impikan akan membebaskan dirimu dari rasa sakit serta keterasingan. Tidak bisa kukatakan dan takkan pernah kukatakan bahwa aku terbebas dari emosi-emosi intens yang terkait dengan cinta serta hubungan yang dialami setiap orang. Yang bisa kukatakan adalah aku merasa lebih bahagia saat mengekspresikan hasratku dengan bebas dan aku bisa menerima kecemburuan serta penolakan sebagai hal yang nyata dan tak pernah menganggapnya sebagai sesuatu yang amat penting. Salah satu hal paling membebaskan yang bisa kulakukan adalah tertawa terbahak-bahak dan begitu keras di tengah kesulitan emosional yang paling tidak menyenangkan atau dalam tindakan gairah yang ekstrem dan melihat dengan amat jelas humor serta horor yang bukan main besarnya di dalam emosi-emosi dan hubungan-hubungan yang begitu sering melingkupi serta menguasai kita.