Alfredo M. Bonanno

Logika Insureksi

1984

Ketika kita mendengar kata insureksi kita memikirkan suatu kejadian pergolakan dari masa lalu, atau membayangkan sebuah bentrokan di masa yang akan datang. Insureksi spontan terjadi ketika orang atau sebuah kelompok masyarakat disudutkan melampaui batas kemampuan mereka dan berada pada titik akhir rasa tereksploitasi. Peristiwa-peristiwa tertentu terjadi pada; bentrokan di jalanan, penyerangan terhadap polisi, pengrusakan atau penghancuran simbol-simbol kapitalisme (bank, toko perhiasan mewah, supermarket, dll). Saat momen kekerasan seperti itu membuat kaum anarkis tidak siap, rasa apatis yang kemudian berubah menjadi kemarahan pada hari ini.


Kita bisa melihat apa yang terjadi di Brixton (Inggris) beberapa tahun lalu, kaum anarkis bukanlah protagonis dalam kerusuhan tersebut. Orang-orang bergerak turun ke jalan hanya karena alasan yang sederhana, namun hal ini terjadi karena rasa tertekan yang terpendam terlalu lama. Partisipasi anarkis hanyalah usaha untuk beradaptasi dengan situasi, pada saat kericuhan terjadi banyak juga “tamu” bersifat insureksi namun tidak memliki logika dalam insureksi. Melemparkan batu bukanlah cara terbaik untuk menyebarkan kesadaran revolusi, atau berpartisipasi dengan tindakan insureksi.

Saat kita berbicara upaya menerapkan sebuah logika insureksi, yang kami maksudkan adalah hal sebaliknya. Kita tidak membatasi diri kita dalam mengidentifikasi permasalahan sosial dan kemudian bergabung turun ke jalan saat permasalahan sosial tersebut meledak, kita mencoba menstimulasi perlawanan, menawarkan dan berpartisipasi dalam bentuk organisasi perlawanan.

Organisasi yang kami maksudkan adalah haruslah organisasi yang bersifat asosiatif, seperti sebuah komite, support group, league against repression, asosiasi hak tempat tinggal, grup anti-nuklir, bukan hanya sebuah grup yang spesifik anarkis. Mengapa orang harus menjadi bagian dari kelompok anarkis untuk mengambil bagian dalam perjuangan sosial?

Partisipasi individu dalam struktur semacam ini tidak terbatas dan dibatasi, tergantung pada pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang di dalamnya. Ini bisa dimulai oleh siapa saja, tak jarang hanya dimulai oleh beberapa individu yang termotivasi untuk melawan dan membangkang, bisa berupa wildcat strike, demonstrasi terhadap PHK massal, protes terhadap NATO, atau pun squatting, untuk itulah diperlukannya penyebaran informasi tentang apa yang terjadi. Selebaran, jurnal, debat, konfrensi, pertemuan dan diskusi publik akan melahirkan kelompok-kelompok seperti yang telah dijelaskan di atas. Kegiatan organisasi akan semakin efektif sejalan dengan proses perjuangan yang terus menekan, saat semakin banyak yang tertarik dan ingin bergabung saat itu juga akan terasa semakin kuatnya upaya represif oleh negara.

Hasil dari organisasi tersebut tidaklah pasti. Para anarkis yang aktif pada hari ini bukan berarti untuk mengontrol dalam berorganisasi, melainkan hanya stimulasi. Semua yang berada di dalam organisasi atau pun kelompok kolektif memliki hak bersuara yang sama, tak ada yang memiliki kekuatan suara lebih besar dari lainnya. Saran yang dikeluarkan oleh semua individu di dalam kelompok akan diterima dan dianggap valid bila saran tersebut selaras setelah berdiskusi secara internal.

Namun sebuah saran atau pendapat bisa saja ditolak, apabila isinya dapat menghambat perjuangan kawan-kawan di dalam koektif atau bahkan mengkhianati upaya pembangkangan. Sebuah rencana yang ditawarkan oleh tiap individu juga bisa ditolak bila tidak sesuai, atau terlalu melampui kondisi materi sekitar, terlalu berbahaya dan counterproductive. Dan berakibat kepada mereka yang baru saja melibatkan diri dalam kolektif akan menarik dirinya keluar.

Anarkis yang beroperasi di dalam struktur ini haruslah terlebih dahulu bersentuhan dengan kenyataan di sekitarnya, agar dapat memberikan ide untuk kemudian menjadi sebuah tindakan langsung, adalah hal yang mungkin untuk menyebarkan pemberontakan yang kemudian akan menjadi sebuah stimulasi untuk gerakan ke depannya. Inilah yang kami sebut dengan metode dan logika insureksi. Sedikit berbeda dengan logika yang digunakan oleh Serikat Buruh dan Sindikalisme (termasuk Anarko-Sindikalis), struktur yang semuanya dimulai dari logika pertahanan sebagai lawan dari serangan. Mereka lebih cenderung fokus dalam pertumbuhan kuantitas (memperbanyak jumlah member), dan melindungi satu kepentingan (kepentingan serikat).

Yang kami usulkan sebaliknya, struktur asosiatif dasar yang diorganisir untuk menangani satu tujuan perjuangan dan merangsang perasaan memberontak kepada orang-orang, dan kesadaran untuk melawan.

Menggunakan metode ini, tidak akan menciptakan sosok kepemimpin atau vanguard di dalam sebuah struktur dalam kolektif atau organisasi. Bahkan, seperti yang telah kami katakan, mereka wajib mengikuti kondisi perjuangan, sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat mereka melakukan perlawanan. Mereka tidak bekerja untuk pertumbuhan kuantitatif. Mereka tidak hanya mengusulkan tindakan defensif semata tetapi juga mengikuti keadan yang semakin maju. Di satu sisi tindakan ini akan merangasang pemberontakan dan tidak mudah untuk ditebak oleh negara dan kapital. Dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini bisa juga gagal. Dalam kedua kasus tersebut, struktur asosiatif yang asli akan menjadi berlebihan, dan saat itu terjadi kaum anarkis akan kembali ke apa yang mereka lakukan sebelumnya, yaitu mengorganisir secara ulang.


From Alfredo M. Bonanno. The Logic of Insurrection. 1984. Originally published in Insurrection #1. ‘Insurrection’ is an anarchist magazine of the 1980’s which was edited by Jean Weir of Elephant Editions, UK.