Title: Pasar vs Pasar Bebas
Language: Bahasa Indonesia
Date: 2010
Notes: teks aslinya berjudul, "Market vs Free Market." Diterjemahkan oleh Ameyuri Ringo

Para libertarian sering menyemburkan frasa “pasar bebas (free market)”, tapi kata yang paling penting di antara dua kata tersebut adalah kata bebas. Pasar, sesungguhnya merupakan urusan setelahnya. Namun, bukan berarti kami tidak menginginkan kebebasan pada aktivitas-aktivitas non-pasar kita. Kami menginginkan kebebasan dalam segala hal, termasuk pada “transaksi pasar” kami. Kata pasar telah membingungkan banyak orang karena mereka membayangk​an “pasar” sebagai sebuah institusi, ‘sesuatu’ yang seseorang dapat tunjuk dan berkata “ini adalah pasar.” Tapi kami tidak mengartikan pasar dengan hal tersebut, serius. Tidak ada sesuatu yang bernama pasar. Itu hanyalah sebuah kata yang digunakan untuk menyebut semua jumlah total pertukaran.

Satu-satunya alternatif untuk pasar adalah penjatahan (distribusi) berdasarkan aturan/komando. Monopoli tunggal dengan seluruh kontrol atas semua barang yang dibagikan kepada semua orang sesuai dengan skema yang telah direncanakan. Sebuah situasi di mana terdapat perdagangan dalam bentuk apapun, secara teknis itulah yang dinamakan pasar.

Sekarang benar bahwa segala pertukaran membuat kondisi seseorang menjadi lebih baik daripada saat ia ‘tidak’ melakukan pertukaran, atau ‘enggan’ melakukannya. Hal ini bahkan berlaku untuk kasus ‘perampokan sederhana[1]’. Saat perampok berkata “uang anda atau hidup anda” dan anda menyerahkan uang anda yang pada saat itu anda anggap sebagai pilihan terbaik. Namun, di sinilah konteks tiba. Memparafrase ungkapan Lysander Spooner[2], seseorang harus mempertanyakan ‘bagaimana perampok itu bisa ada di posisi untuk menawarkan pertukaran kepada anda’. Contoh lain yang sering digunakan, misalnya ketika pemilik pabrik dengan kondisi kerja yang sangat buruk menawarkan sebuah pekerjaan kepada orang-orang, dan mereka pun mengambilnya, tentu saja, bagi mereka itu lebih baik daripada menganggur. Melarang (orang-orang itu untuk tidak menerima) penawaran tersebut hanya akan membuat mereka memiliki pilihan yang lebih buruk lagi untuk bertahan hidup. Tapi sekali lagi, yang harus dipertanyakan adalah ‘bagaimana si pemilik pabrik sampai pada posisi membuat penawaran itu’.

Saat para politisi dan pakar media berbicara tentang “solusi berbasis-pasar” atau “pasar”, orang-orang pasti bertanya-tanya pasar jenis apa yang akan dipilih? Yang pasti bukanlah “pasar bebas”, karena berbagai, dan banyak alasan. Pelaku utamanya di sini, yang paling tidak terlihat oleh publik adalah sistem perbankan dengan bank sentral sebagai pin penguncinya, sebuah bagian dari mesin yang mengunci dan menyatukan semuanya tetap bersama. Bahkan orang-orang yang komplain tentang “The Fed[3]” secara umum melihat masalahnya adalah “inflasi”, inflasi harga. Bagian yang kurang terlihat adalah: sistem bagaimana perbankan menciptakan oligopoli/oligopsoni, sebuah kondisi di mana pasar dengan beberapa produsen besar yang mampu memegang kendali terhadap upah pekerja dan terhadap penjualan produknya secara tidak wajar.

Mata uang fiat[4], mata uang yang tidak memiliki nilai selain paksaan dari pemerintah untuk menggunakannya, mengapung terhadap semua nilai barang dan jasa yang dapat dibeli dengan uang jenis tersebut. Semakin banyak yang masuk ke sistem, maka nilai uang akan turun. Ini biasanya disebut sebagai inflasi harga, tetapi itu bergantung juga pada seberapa cepat barang dan jasa yang diproduksi dibandingkan dengan kecepatan uang yang dimasukan ke sistem. Mata uang senilai X akan bernilai lebih sedikit jika ada 10000*X jumlah uang, daripada jika hanya ada 1000*X.

Sekarang, saat bank akan meminjamkan uang kepada perusahaan besar sebesar 95-99%, maka uang itu “diproduksi” dari udara tipis. Angka-angka tersebut masuk ke dalam buku rekening dan poff sekarang akun itu memiliki 100 juta dolar. Uang ini tidak benar-benar eksis di dalam sistem sampai dibelanjakan. Apapun yang perusahaan belanjakan dengan uang itu, pada dasarnya ‘telah mencuri’ dari semua orang yang memegang sejumlah uang itu. Dengan asumsi hutang tersebut akan dibayar, maka banklah sebenarnya yang mencurinya.

(Jika aku merampok rumahmu dan meminjamkan uang yang saya curi tadi kepada seseorang untuk membeli lampu, jadi milik siapakah lampu tersebut?)

Siapapun yang menjual apa yang dibeli korporasi, akan mendapatkan keuntungan dari ‘uang baru’ tersebut dalam jumlah tertentu. Mereka mendapatkan sinyal bahwa saat ini ada permintaan X yang lebih banyak, maka mereka pun akan menaikan harganya. Pada gilirannya, mereka akan membelanjakan uang tersebut, dll. Siapapun yang mendapatkan uang tersebut paling akhir akan mendapatkan keuntungan paling sedikit karena harga-harga telah naik menyesuaikan dengan nilai yang terbaru.

Untuk menyederhanakan model ini, kalian dapat menganggapnya sebagai redistribusi daya beli. Siapapun yang membeli paling banyak adalah yang paling untung, dan mereka yang menyimpan uangnya adalah yang rugi. Pada akhirnya, bank-bank itu sendiri yang mendapatkan keuntungan paling besar karena mereka mendapatkan kembali semua daya beli, kemudian sebagian lagi, selama pembayaran bunga mampu mengimbangi inflasi. Hal ini memaksa bank untuk memastikan suku bunga bank cukup tinggi untuk mengimbangi inflasi, atau mereka akan kehilangan daya beli dalam masa depan.

Tapi hal ini akan mengarah pada situasi di mana mereka yang membangun diri mereka di awal pasar untuk dolar perbankan mampu bersaing lebih baik daripada pendatang yang datang belakangan. Ditambah lagi, uang yang mereka dapat lebih berharga daripada uang yang didapat oleh para pendatang akhir. Hal ini mengarah pada “penghalang untuk masuk” yang terus meningkat karena ‘biaya tetap’ dalam menjalankan bisnis naik dan terus naik.

Ini saja pada akhirnya menciptakan oligopoli, tanpa intervensi lain. Lebih buruk lagi, hampir semua yang dilakukan pemerintah menghancurkan modal secara langsung, menghambat pembentukan modal baru, atau mengontrol bagaimana modal dapat ditransfer. Hal ini membuat biaya modal marjinal menjadi lebih tinggi, yang menguntungkan pemilik modal yang ada dengan mengorbankan orang lain. Kelangkaan modal artifisial ini menciptakan kelimpahan tenaga kerja yang artifisial relatif terhadap modal, yang menyebabkan pengangguran dan upah rendah.

Regulasi adalah bagian besar dari skema ini. Negara (regulator) seperti yang kita kenal diciptakan oleh gerakan progresif di akhir 1800-an dan awal 1900-an. Meskipun mitologi sejarah Amerika menyiratkan sebaliknya, pada saat itu sudah diketahui dengan baik bahwa hal ini akan menciptakan oligopoli. Oligopoli dipromosikan sebagai cara yang lebih “rasional” untuk pasar daripada “kekacauan” pasar bebas. Tentu saja setelah Anda menetapkan oligopoli, regulasi menjadi “diperlukan” untuk mencegah oligopoli tersebut sepenuhnya mengacaukan semua orang. Ini adalah ramalan yang terwujud dengan sendirinya.

Jika ternyata satu-satunya pemasok minuman, termasuk air, adalah CocaCola Inc dan PepsiCo, dan sangat mahal bagi orang lain untuk menyediakan minuman secara legal, perlu ada alasan bagus yang harus dibuat untuk mengatur perusahaan-perusahaan itu guna mencegah mereka menjual limbah kepada kami dengan harga 10 dolar per botol. Pasti akan ada pasar gelap air, di mana para penganut sisrem “hukum dan ketertiban” akan menangis dengan kencang. Kualitas dan harga air pasar gelap itu akan dipertanyakan dan orang-orang akan saling membunuh demi ‘tanah yang kaya akan air’. Mungkin akan ada beberapa sayap kanan pada saat itu mengatakan “biarkan mereka mati kehausan” tetapi dalam kasus ini, sayap kiri akan benar, dalam konteksnya. Tetapi orang harus sekali lagi mempertanyakan bagaimana situasi seperti itu bisa terjadi.

Salah satu bentuk utama dari regulasi oligopolistik dan salah satu yang paling jelas adalah gagasan tentang “kekayaan intelektual”. Hak cipta dan hak paten secara langsung membentuk oligopoli, jika bukan monopoli, untuk jangka waktu tertentu. Hak paten setidaknya cukup terbatas dalam waktu dan ruang lingkupnya. Tapi hak cipta pada dasarnya abadi untuk tujuan kehidupan manusia manapun. Dan preseden telah ditetapkan untuk memperpanjang persyaratan hak cipta tanpa batas waktu, khususnya untuk melindungi hak cipta yang sudah dipegang oleh bisnis besar. (lihat Disney sebagai contoh)

Setelah sistem oligopoli dibangun, pemerintah kemudian akan turun tangan dan mensubsidi mereka yang berada di bagian bawah sistem piramida buatan pemerintah ini untuk mencegah kelaparan dan kerusuhan massal. Yang cukup menarik, subsidi ini juga menciptakan hambatan untuk masuk ke pasar, dengan menekan biaya tenaga kerja, memperburuk oligopoli, dan mendorong lebih banyak orang turun ke bagian dasar (piramida) dalam jangka panjang.

Akhirnya, logika sistem ini mengarah pada semacam Leninisme Kapitalis, di mana ada satu produsen besar yang menjual segala sesuatu dan mempekerjakan semua orang yang dipekerjakan dan semua orang lainnya sejahtera. Film Wall-e menunjukkan “komunisme bisnis” semacam ini dengan cukup baik.

Pendukung sayap kanan berbicara tentang “pasar” sepanjang hari, tetapi sebagian besar, apa yang mereka lawan hanyalah bagian Welfare (kesejahteraan) dari sistem. Mereka menentang redistribusi dari kelas kaya dan kelas menengah ke orang miskin, tetapi bukan redistribusi dari kelas miskin dan kelas menengah ke orang kaya. Jika seseorang mengambil ideologi mereka secara ekstrim logisnya, kita akan punya bank yang memiliki segalanya, mungkin 10% teratas dari semua pekerja di setiap bidang akan memiliki pekerjaan dan semua orang akan dipaksa untuk bergabung dengan militer atau kelaparan. Militer ini tentu harus digunakan untuk melindungi “properti pribadi” dari para penjarah dan perusuh, sehingga orang biasa akan dipaksa untuk membunuh tetangganya atau dibunuh oleh mereka. Leninisme Kapitalis dari konsensus liberal hampir terlihat bagus jika dibandingkan. Inilah yang disebut visi kaum liberal atau progresif ketika Anda mengatakan istilah “pasar bebas” atau “kapitalisme” kepada mereka. Baik “kiri” maupun “kanan” seperti yang kita kenal sekarang tidak memahami atau menentang mekanisme oligopoli, mereka hanya memperebutkan bagaimana rampasan itu disebarkan.

Untuk keturunan kita yang akan hidup dalam masyarakat bebas, film “Dilbert” tidak akan masuk akal. Tidak seorang pun dapat bertahan dalam bisnis melakukan hal-hal seperti itu, karena orang lain akan bangkit untuk menantang segala bisnis yang berjalan begitu buruk. “Politik kantor” tidak mungkin dilakukan karena Anda akan kehilangan uang, dan tidak akan ada dana pembiayaan dan “dana talangan” yang tak ada habisnya untuk membuat Anda tetap dalam bisnis. Modal akan tumbuh secara horizontal dan organik, karena akan ada insentif untuk menabung. Ini akan menurunkan harga modal dan membuat bisnis semakin kompetitif, dalam hal upah, harga, dan kualitas produk. Tanpa bank yang mendistribusikan kembali modal ke inti dan tanpa pemerintah yang meningkatkan hambatan untuk masuk, “bisnis besar” seperti yang kita kenal – oligopoli yang memutuskan siapa yang bekerja dan siapa yang menganggur, yang menghasilkan produk jelek dengan layanan pelanggan yang buruk karena “ke mana lagi Anda akan pergi?” – tidak mungkin terjadi. Inilah sebabnya mengapa bagian “bebas” dari frasa pasar bebas jauh lebih penting daripada bagian pasar. Kami sudah memiliki pasar. Apa yang tidak kita miliki adalah kebebasan.

[1] Yang dimaksud dengan perampokan sederhana (simple robbery) adalah perampokan yang tidak diperlengkapi dengan senjata berbahaya. [Penerj.]

[2] Seorang anarkis individualis Amerika Serikat (19 Januari 1808 –14 Mei 1887). [Penerj.]

[3] Bank sentral AS

[4] Uang fiat adalah alat pembayaran sah yang disebarkan oleh pemerintah berupa uang kertas, tetapi tidak dapat ditukar dengan uang logam. Penggunaan uang fiat pertama kali tercatat di Tiongkok sekitar tahun 1000 Masehi. [Penerj.]