Title: The Right to be Greedy
Subtitle: Edisi Bahasa Indonesia
Author: For Ourselves
Language: Bahasa Indonesia
Date: 1974
Source: https://archive.org/details/@alvin_born_to_burn
Notes: Teks aslinya berjudul The Right to be Greedy diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Alvin Born to Burn [proofread dan pengantar oleh Suwarnabhumi] [unduh pdf dimensi A5 di sini ]
f-o-for-ourselves-the-right-to-be-greedy-id-rev-1.png

KATA PENGANTAR

Sebagai pribadi yang teguh dalam memproyeksi sebuah realitas, kita sering beranggapan bahwa egoisme ialah sarang dari keserakahan moral milik individu. Kebenaran apa adanya dengan realitas yang membentanginya akan selalu terpampang di sudut-sudut kehidupan. Egoisme sebagai seni lukis yang memukau, egeoisme sebagai seni untuk mencintai diri sendiri, egoisme sebagai kebenaran absolut; pribadi yang hangat dan nyata.

Perzinaan dari egoisme dan komunisme melahirkan bayi mekanisme masyarakat sosiokultural yang bersandar pada keyakinan, “Aku harus Serakah”. Keserakahan dengan berbagai macam bentuk; serta komunisme yang sekedar ibarat kandungan ibu yang hamil.

Buku ini berinteraksi dengan pembaca melalui kreativitas pembaca, di mana pembaca yang pasti pernah mengalami masa di mana komunisme komunal lari di hari-harinya dan egoisme sebagai pemegang kontrol utama atas tubuh. Akan tetapi, manusia akan selalu terlalu naif untuk mengatakan bahwa “aku adalah egois sejati” di mana ketika mengatakan itu, seorang menusia masih tunduk pada hukum yang ada. Di mana rasa bebas dari dalam diri bukan berarti bebas hidup dan melepas ikatan dalam masyarakat, egoisme yang berperan penting untuk memisahkan manusia antar manusia telah digunakan sejak sebelum manusia mengenal apa itu ideologi dan apa itu komunal; meskipun pada kehidupan komunal, manusia tetap takkan pernah bisa kehilangan apa yang sudah ada di dalam dirinya yaitu egoisme.

Meskipun egoisme berbeda dengan keserakahan dalam tulisan dan kata, sebenarnya memiliki makna yang hampir sama; meskipun egoisme lebih memilih untuk bebas. Keserakahan adalah keinginan untuk memiliki sesuatu dalam tekanan dan keinginan absolut akan hal, yang menurut pengingin sebagai sebuah kehendak inti dirinya. Meskipun kita sendiri tahu, sebagai manusia, kita tak akan pernah tahu kehendak inti kita; dikarenakan manusia akan terus hidup melewati ruang dan waktu yang akan terus menerus berubah terlebih lagi menyangkut keinginan. Seperti, sebut saja, “Keinginan selamanya”, keinginan yang tak pernah cukup. Manusia akan serakah di atas sistem maupun di bawah tekanan sistem kapitalisme di birokrasi yang rusak; di mana upah pekerja akan selalu dikurangi oleh sang tuan pemilik saham dan pemegang hak paten pabrik kebanyakan. Di mana hak-hak akan direnggut dari mereka yang papa dan tak berdaya, menjadi raksasa dengan keserakahan.

Kita harus mampu mendidik diri kita sendiri agar bisa lepas dari jeratan yang membelenggu kita selama ini, bahwa kita tidak selalu dan harus membutuhkan bantuan orang lain dalam membangun apapun yang kita inginkan. Itulah egoisme, itulah keserakahan. Kita ada untuk membentuk jiwa, kita ada untuk menimba nilai dan aspek yang kita inginkan, bukan untuk ada dan mengikuti perintah. Kita memiliki hak untuk berfikir, menentang, dan memberontak kepada siapapun itu; karena kita adalah kita. Kita belajar dari kesalahan-kesalahan yang banyak. Jangan terjatuh di tempat yang sama berulang kali, cukup ambil waktu dan belajar; waktu akan menunjukkan pertanda di mana sebuah misteri terbesar di abad ini akan pecah. Di mana perkerja akan menguasai dirinya sendiri dan bayang-bayang tuhan akan hilang dari muka bumi. Organize.


—Suwarnabhumi, 2021


Konsepsi positif egoisme, perspektif egoisme komunis, adalah inti dan kesatuan dari koherensi teoretis dan praktis kita.

Perspektif ini adalah esensi dari apa yang memisahkan kita dari (kelompok) kiri dan kanan. Kita tidak dapat membiarkan kepentingan fundamentalnya dikaburkan, atau diri kita sendiri disalahartikan sebagai kanan atau kiri. Kita tidak dapat membiarkan organisasi Leninis manapun lolos dengan klaim bahwa: mereka hanya “sedikit hamil (little bit pregnant)” dengan kapitalisme negara.

Introduksi

1

Keserakahan dalam arti yang sepenuhnya adalah satu-satunya dasar yang tepat dari masyarakat komunis.

2

Bentuk-bentuk keserakahan yang ada saat ini pada akhirnya kalah, karena ternyata tidak cukup serakah.

3

Represi[1] egoisme tidak akan pernah sepenuhnya berhasil, kecuali sebagai destruksi subjektivitas manusia—punahnya spesies manusia itu sendiri—karena egoisme adalah momen esensial dari subjektivitas manusia. Represinya berarti: bahwa egoisme kembali dalam bentuk yang tersembunyi: bermuka dua. Jika egoisme tidak dapat menunjukkan dirinya di pasar terbuka (open market), ia akan menemukan dirinya dan menciptakan untuk diriya pasar gelap (black market). Jika hal ini tidak ditoleransi dalam relasi yang transparan [n1], diri yang tertindas akan terpecah menjadi dua: (1) menjadi diri yang ter-representasi, yakni organisasi penampilan personal, atau sebuah persona, dan (2) adalah yang mengerikan, sesuatu yang merencanakan plot di balik karakter-baju besi (character-armour) [n2]. Represi egoisme, bertentangan dengan dikte "Komunis" (bertentangan dengan Marx dan Engels)—dari Lenin sampai ke Mao—Pengekangan egoisme tidak akan pernah bisa menjadi dasar masyarakat komunis.

Selain itu, konsepsi represif dari "komunisme" justru meleset dari poinnya. Meleset dari poinnya tentang, validitas momen egoistik. Hal ini benar adanya, bahkan dalam bentuk oponen di mana ia muncul dari kritik imanen terhadap ideologi altruistik: jika saya mati, dunia mati untuk saya. Tanpa kehidupan, saya tidak bisa mencintai orang lain. Namun, apa yang terlewatkan dalam "teori”—yaitu, dalam representasi ideologisnya—tetap dipertahankan dalam praktiknya, dan justru dipertahankan dengan bantuan ideologi itu sendiri: dasar sebenarnya [dari konsepsi represif komunisme] adalah egoisme birokrasi negara-kapitalis. Ideologi self-sacrifice[2] ini secara mengagumkan melayani tugas ekstraksi surplus-tenaga kerja dari proletariat.

Negasi aktual dari egoisme sempit adalah masalah transendensi ("aufhebung" [n3]), dari transisi bentuk egoisme sempit ke bentuk egoisme yang diperluas secara kualitatif. Ekspansi-diri yang orisinil dari egoisme, identik dengan kematian komunitas primitif. Akan tetapi, ekspansi-diri ini selanjutnya akan meresolusi dirinya sendiri menjadi komunitas baru, sekali lagi. Komunitas baru bisa dibentuk hanya ketika keserakahan itu sendiri pada akhirnya (atau lebih tepatnya, sekali lagi) berteriak ke arah komunitas lama bahwa arah itu—arah ekspansi egoisme sempit ke bentuk yang luas—yang akan diambil. Di sinilah letak kebenaran Kristen kuno, bahwa tidak ada kekuatan duniawi yang dapat menahan keserakahan manusia untuk bergabung kembali dengan kita di sisi barikade kita.

4

Keserakahan egoisme sempit: perebutan kekayaan yang terus meningkat, itulah yang memecah belah masyarakat suku dan masyarakat pedesaaan awal [n1]. Elaborasi dari pola patriarki, pertumbuhan exchange-relation[3], riba, perbudakan hutang, dan perang; semuanya dapat dilacak pada hal ini. Komunitas dapat dibentuk kembali (untuk kembali dipulihkan) hanya ketika memiliki motif yang sama, yang awalnya menyebabkan pembubaran komunitas. Dan, motif ini sederhananya adalah: perjuangan untuk kehidupan yang lebih kaya. Karena, hanya motif itulah yang tidak bisa ditolak: hanya motif itulah—keserakahan—yang dapat membatalkan pekerjaan (pembubaran/pemulihan) komunitas itu sendiri. Hanya ketika momen subjektif itulah—melalui pendalaman historis dari kemungkinannya—ia dapat berbalik melawan objektivitasnya sendiri saat ini; dengan kata lain: kapital (kepemilikan privat kapitalis, dan apropriasi privatif; seperti privatisasi, dan eksklusi—“masyarakat” sebagai sebuah asosiasi orang asing, asosiasi keterasingan—singkatnya, alienasi total). Hanya ketika momen seperti itulah, ambang transformasi besar tercapai. Dan, perjuangan baru subjektivitas inilah yang akan menjadi lawan dari objektifikasi sebelumnya (masyarakat kapitalis global; dengan kata lain, kapital); proses negasi dari objektivitas itu, adalah revolusi komunis.

5

Kita tidak punya keraguan bahwa manusia dapat disuap, tetapi kita tahu sendiri bahwa: ada hal-hal yang lebih menggoda dan lebih menggiurkan daripada uang, modal, dan Kekuasaan [n1]—begitu banyak, sehingga tidak ada manusia yang benar-benar serakah yang dapat menahan daya pikatnya—dan di atas corruptibility[4] manusia inilah, kita menemukan harapan kita pada revolusi. Revolusi tidak lain adalah akselerasi-diri yang menyebar ke seluruh masyarakat dari korupsi yang ‘lebih mendalam’ ini, dari rayuan yang lebih dalam. Saat ini, keserakahan selalu dikaitkan dan diasosiasikan dengan isolasi dan privatisme; sederhananya, karena setiap orang di bawah pemerintahan kapital, dikutuk untuk mengejar keserakahan dengan cara yang sempit ini. Keserakahan belum mengetahui potensi dari dirinya sendiri.

Kita katakan sekali lagi: bentuk-bentuk keserakahan yang ada saat ini pada akhirnya kalah, karena ternyata tidak cukup serakah.

6

Keserakahan sempit (narrow greed) adalah peninggalan dari masa kelangkaan natural. Hasratnya direpresentasikan pada dirinya sendiri dalam bentuk komoditas, kekuasaan, (objek-)seks, dan bahkan dalam bentuk sesuatu yang lebih abstrak: sebagai uang dan sebagai gambar. Kita diberitahu dengan ribuan cara bahwa hanya beberapa hal inilah yang layak kita miliki—oleh para penguasa yang bekerja untuk memastikan bahwa hal-hal ini adalah satu-satunya hal yang tersedia (untuk dibeli). Bertahannya keserakahan sempit di dunia yang kaya akan potensi, disebabkan karena ideologi yang disebarkan oleh orang-orang yang mengontrol akses ke ideologi tersebut. Pada akhirnya, dalam kehidupan kita sehari-hari, kita memikul sebuah beban ‘penghinaan’ sebab dipaksa untuk menjadi kaki tangan dalam pemeliharaan “scarcity[5]”: pemeliharaan “kemiskinan pilihan” ini.

7

Keserakahan sempit akan berbalik melawan dirinya sendiri. Tidak ada senjata yang lebih kuat—yang dapat ditemukan—untuk melawan keserakahan, selain keserakahan itu sendiri. Tidak ada alat yang lebih tangguh untuk mengubah keegoisan sempit, selain keegoisan itu sendiri. Dalam prosesnya sendiri dan melalui perkembangannya sendiri, ia akan menemukan bentuk keserakahan yang lebih lengkap: bentuk kekayaan yang lebih kaya. Ia akan menggali lubang kubur kematian kesempitan egoisme dan keserakahannya sendiri.

Serangan frontal terhadap keegoisan sempit seseorang akan membidik pada titik pertahanan terkuatnya. Bukankah akan lebih mudah untuk mengubah kekuatan itu sendiri? Bukankah akan lebih mudah untuk membujuk orang tersebut agar mengubah dirinya (him)/(her) sendiri [n1] melalui keinginan dirinya (his)/(her) sendiri? Inilah yang disebut dengan metode seduksi[6]. Metode ini melibatkan berbicara dari apa yang paling radikal dalam diri Anda kepada apa yang paling radikal dalam diri orang lain; yaitu, berbicara dari kesamaan benar-benar Anda miliki: subjektivitas; subjektivitas radikal, sebuah dasar yang pada akhirnya secara historis ditemukan untuk menjadi dasar bagi sebuah konstruksi komunitas yang autentik. Ini adalah metode kritik imanen [n2]; dari evokasi[7] self-critique[8]. Ini adalah praktik dialektika itu sendiri. Hic Rhodus! Hic Salta![9]

8

Perspektif egoisme komunis adalah perspektif keegoisan yang tidak begitu menginginkan apapun seperti orang lain; adalah perspektif keegoisan dari egoisme yang tidak begitu menginginkan apapun seperti ego orang lain; adalah perspektif keegoisan dari keserakahan yang rakus untuk mencintai—cinta dalam wujud "apropriasi total” [n1] manusia demi manusia.

9

Pembalikan perspektif kita tentang egoisme [n1], detournement [n2] kita dari "keserakahan", dan efek memalukan yang dihasilkan dan dimaksudkan untuk dihasilkan dalam kesadaran yang berlaku, bukanlah sekadar tipuan formal, bukan pula permainan kata-kata yang arbitrer. Kata-kata—dan justru karena maknanya—adalah bagian nyata dari sejarah, bagian nyata dari "materi sejarah", dan bagian nyata dari proses sejarah. Menyerahkan makna—dari kata-kata tersebut—kepada perampas [makna dari kata-kata itu], untuk menemukan kata-kata baru, atau menggunakan kata-kata lain, karena kesulitan memenangkan kembali kata-kata yang benar dan bersejarah, berarti menyerahkan medan perang kepada musuh. Ini adalah konsesi teoretis dan konsesi praktis yang tidak boleh kita berikan. Melakukan itu hanya akan menambah kebingungan: kebingungan yang, sebagian, menjadi dasar dari tatanan yang telah mapan [n3].

Sebaliknya, pembalikan perspektif kita, memberikan kejelasan dalam pengertian kebingungan itu sendiri. Hal ini saja, sudah merupakan tindakan revolusioner pada tingkat kondisi subjektif revolusi: pembalikan perspektif—pemutaran perspektif—adalah perspektif revolusi itu sendiri. Ideologi adalah keramaian yang sublim. Nilai-guna dari ideologi adalah sebagai: alat untuk eksploitasi—ideolog menggunakan ideologi untuk menipu Anda agar ia bisa menempatkan egoismenya di atas egoisme Anda, atas nama altruisme, atas nama moralitas, dan atas nama "kepentingan umum". Kemenangan kita adalah: ketika kita bisa memenangkan kembali konotasi positif dari kata "keserakahan" atau "keegoisan"—yang sentral, universal, dan disepakati bersama secara peyoratif[10] oleh dua representasi ekstrim kapitalisme modern (kapitalis swasta dan ideologi kapitalis Negara); yang mencoba untuk membatasi totalitas kemungkinan oposisi di dalam alam semesta yang dibatasi oleh pseudo-oposisi kutubnya—Pemenangan kembali konotasi positif dari keserakahan dan keegoisan adalah tindakan yang revolusioner, sebab ia menempatkan dengan tepat titik kesatuan esensialnya, titik awal yang tepat untuk keberangkatan sebuah gerakan revolusioner yang—dengan memisahkan diri dari sana [dari konotasi negatif egois dan serakah]—secara simultan, secara identik, dan secara singular berarti putus dengan keduanya.

Pengambil-ahlihan kata seperti "komunisme" oleh kita, tak kurang merupakan tindakan revolusioner seperti pembalikan perspektif, karena ia merupakan "pengambil-alihan dari apa yang diambil oleh perampas." [s1] "Dunia Bebas" tidaklah bebas dan "Dunia Komunis" bukanlah komunis.

10

Kita menggunakan kata "masyarakat komunis" untuk memaksudkan kebalikan dari apa yang berlaku di dunia sekarang: kapitalisme negara birokratis [n1]. Bahwa masyarakat kapitalis swasta klasik dari "Barat"—yang sedang berkembang menuju bentuk kapitalisme-Negara—berkolusi dengan kekuatan "Timur" dalam mempropagandakan kebohongan ini, bukanlah sebuah kebetulan, dan memang tidak mengherankan. Sebaliknya, ini adalah salah satu segi di antara banyak sekali segi "kerja sama antagonistik" [n2] yang mengungkapkan kesatuan esensial yang tersembunyi dan mengikat bersama-sama kontradiksi semu ini.

Masyarakat komunis sejati dimulai dengan perampasan seluruh masyarakat kapitalis oleh “produsen yang terasosiasi, [s2] yang, jika kita menilai dengan berbagai [n3] upaya historis pada prosesnya sejauh ini, akan mengambil ‘bentuk’ organisasi global tempat kerja, komunitas, regional, dll.; akan mengambil bentuk dewan, dewan buruh, atau … dengan menggunakan nama aslinya, Rusia; diambil-alih (pada kenyataannya, seperti namanya) diambil-alih oleh birokrat Bolshevik—bernama Soviet.

11

Kita membayangkan individu sosial yang sadar, "manusia komunis," sebagai seseorang yang memiliki propertinya—yaitu, untuk objek perampasannya—memiliki seluruh masyarakat: totalitas kehidupan sosial. Seluruh masyarakat adalah kekayaan baginya. Hubungannya dengan masyarakat—yaitu, relasinya dengan individu-individu sosial lainnya dan objektivikasinya—secara totalitas merupakan perampasan kehidupan sosial. Aktivitas produktif menjadi bentuk konsumsi individu, sebagaimana konsumsi individu merupakan bentuk produksi (diri).

Aktivitas apropriasi[11] simultan oleh setiap individu dari semua individu yang lain, atau apropriasi masyarakat oleh semua (secara sekaligus) inter-apropriasi (merealisasikan inter-subjektivitas, atau ko-properti[12])—yang mana hal itu sendiri merupakan totalitas produksi sosial. Apropriasi oleh semua (secara sekaligus) tidak lain adalah resonansi [n1] keadaan egoisme:

“Komunisme adalah penghapusan positif dari kepemilikan privat dan keterasingan-diri manusia; dan, dengan demikian, merupakan perampasan nyata dari kodrat manusia melalui dan/atau untuk manusia. [s3]

Dalam masyarakat komunis, menurut konsepnya, “bentuk hubungan [s4] menjadi apropriasi total manusia oleh manusia. Individu sosial dapat menyesuaikan satu sama lain secara subjektif (yaitu, sebagai subjek) dan secara semua-pihak, melalui semua bentuk hubungan manusia—dengan berbicara bersama, memproduksi bersama, bercinta bersama, dll, dll; dan semua buah dari apropriasinya adalah diri mereka sendiri (dalam kekayaan yang berkembang); dengan demikian, kekayaan tersebut menjadi milik diri mereka sendiri, dan milik semua masyarakat: milik semua individu sosial.

Buah dari apropriasi Anda—buah dari konsumsi kekayaan fisik dan emosional Anda—adalah sesuatu yang darinya saya dikecualikan pada tingkat kesegeraan: dari kesegeraan konsumsi langsung. Contoh: kamu makan pir, oleh karena itu, aku tidak bisa makan hanya gigitan dari buah pir itu; Engkau membagi cintamu kepada si A, oleh karena itu, saat ini, aku tidak bisa membagikan cintaku padamu. Namun, hal ini sama sekali bukan masalah bagiku, karena aku pun sedang sibuk berbagi cinta di tempat yang lain, dengan proyek dan praksis yang sama: untuk memperkaya diri sendiri dan secara bersamaan memperkaya diri orang lain. Namun, kemudian, di lain waktu, ketika aku kembali kepadamu … apropriasimu dan pengayaan diri yang kamu peroleh dari si A, akhirnya kembali kepadaku, menjadi konsumsiku, dan menjadi apropriasiku, dalam apropriasiku atasmu, dan … kita pun menjadi “lebih kaya” karenanya. Hari ini, kita akan iri terhadap kesenangan orang lain bukan karena kesenangan kita begitu banyak dan begitu besar, tetapi karena kesenangan itu sangat kecil dan sedikit. Di sini, di sisi lain kemiskinan, di sisi lain scarcity, kecemburuan saya hanya akan menghilangkan diri saya sendiri, pengucilan saya atas kesenangan Anda hanya akan mengecualikan kesenangan saya sendiri, dan saya akhirnya bebas untuk menikmati kesenangan Anda. Padahal, dalam alam kemiskinan (kapitalisme), kekuatan Anda adalah ancaman bagi saya, perkembangan Anda terjadi dengan mengorbankan saya, dan secara umum penambahan Anda adalah pengurangan saya; sebaliknya, dalam masyarakat dengan kekayaan yang tersadarkan (komunisme), kekuatanmu adalah kekuatanku, kekayaan batinmu adalah kekayaanku, propertiku, dan setiap kekuatan manusiamu adalah kelipatan kekuatan milikku. Jadi, kontradiksi antara konsumsiku dan konsumsimu, antara apropriasiku dan apropriasimu, propertiku dan propertimu; konflik antara kesejahteraanku dan kesejahteraanmu menjadi kebalikannya: sintesis; identitas; inter-reinforcement (inter-penguatan); interamplifikasi; resonansi.

12

Konsepsi positif egoisme, perspektif egoisme komunis, adalah inti dan kesatuan dari koherensi teoretis dan praktis kita. Perspektif ini adalah esensi dari apa yang memisahkan kita dari (kelompok) kiri dan kanan. Kita tidak dapat membiarkan kepentingan fundamentalnya dikaburkan, atau diri kita sendiri disalahartikan sebagai kanan atau kiri. Kita tidak dapat membiarkan organisasi Leninis manapun lolos dengan klaim bahwa mereka hanya 'sedikit hamil (a little bit pregnant)' dengan kapitalisme negara.

I. Kekayaan

13

“Ketika bentuk borjuasi yang sempit telah dikupas, apa kekayaan itu, jika bukan universalitas kebutuhan, kapasitas, kenikmatan, kekuatan produktif, dll., dari individu-individu, yang diproduksi dalam pertukaran universal [a1]?”[ s5]

14

“Pertukaran aktivitas manusia dengan produksi itu sendiri, serta pertukaran produk manusia satu sama lain, adalah ekuivalen[13] dengan aktivitas-spesies dan spirit-spesies yang eksistensinya aktual, sadar, dan autentik: aktivitas sosial dan kepuasan sosial. Karena kodrat manusia adalah kodrat komunal sejati (makhluk komunal manusia); manusia, melalui aktivasi kodratnya, menciptakan dan menghasilkan makhluk komunal manusia; keberadaan makhluk sosial (secara abstrak) bukanlah kekuatan universal yang bertentangan dengan individu tunggal, melainkan merupakan kodrad keberadaan setiap individu tunggal: aktivitasnya sendiri, hidupnya sendiri, jiwanya sendiri, dan kekayaannya sendiri." [s6]

15

“Proletariat baru[14] mewarisi kekayaan dunia borjuis dan memberinya kesempatan historis. Tugasnya adalah untuk mengubah dan menghancurkan kekayaan tersebut, dan menjadikannya sebagai bagian dari proyek kemanusiaan: apropriasi total dari nature dan human nature oleh manusia. Human nature yang tersadarkan hanya dapat berarti: multiplikasi[15] tak terbatas dari hasrat asli dan kepuasannya." [s7]

16

Resonansi egoisme harus dilihat dari sudut pandang kekayaan (keserakahan): individu yang berkembang membuat komunitas yang lebih kaya, dan komunitas yang lebih kaya menghasilkan individualitas yang lebih kaya. Di luar tahap tertentu dari perkembangan kekuatan produktif, "kolektivisme = penindasan individualitas" adalah penyitaan kekayaan untuk komunitas, sebagaimana 'individualisme = penindasan komunitas' adalah penyitaan kekayaan untuk individualis.

17

Tipikal orang miskin, orang serakah dari masyarakat kapitalis, adalah orang yang hanya bersemangat dengan uang, yang hanya tertarik pada fragmen orang lain—dalam membeli keterampilan mereka, layanan mereka, produk mereka, dan sisanya adalah "bukan urusannya”. Dia hidup di dunia pelacur (dunia proletar). Dia adalah penguasa apropriasi parsial[16] manusia oleh manusia: eksploitasi. [n1]

Orang kaya, orang serakah dari masyarakat komunis, adalah orang yang telah menemukan bagaimana meng-apropriasi "hal" terkaya di sekitarnya: objek paling menarik dan berharga (subjek); dimulai dengan apropriasi dirinya sendiri (orang yang secara sosial telah menguasai kemungkinan dan kondisi yang diperlukan dari apropriasi total manusia oleh manusia), yang mana koherensi kehidupan sosialnya adalah self-need[17] manusia. Inilah rahasia dari apa kita maksud ketika mengatakan: negasi kapital adalah realisasi kekayaan yang nyata, secara subjektif dan objektif.

Egois komunis (orang yang benar-benar rakus) menginginkan subjek-subjek lain. Egois sempit (pengeksploitasi) hanya menginginkan “sesuatu” dari subjek-subjek tersebut.

18

Masyarakat yang kaya akan diri sendiri adalah satu-satunya masyarakat yang benar-benar kaya. Kekayaan dalam subjek—dalam subjektivitas, dalam diri manusia (secara praktis dan kreatif)—akhirnya menjadi satu-satunya kekayaan nyata bagi subjek.

19

Pada akhirnya, kekayaan tidak lain adalah masyarakat itu sendiri.

20

Logika nilai-tukar—logika relasi-pertukaran komoditas—adalah logika egoisme sempit itu sendiri.

Dalam pertukaran komoditas yang saya miliki dengan uang yang dimiliki oleh orang lain, saya telah terpisah (teralienasi) dengan nilai-guna komoditas tersebut. Nilai-guna itu hilang dari saya, agar saya dapat menyadari nilai-tukarnya: bentuk uangnya; nilai-guna umumnya berarti: ekspresinya dalam bentuk kegunaan sosial umum atau waktu-kerja abstrak, yang kemudian dapat saya ubah kembali ke dalam nilai-guna tertentu sejauh produksinya—dengan tahap perkembangan kapitalis—telah mengambil bentuk produksi-komoditas. Kegunaan umumnya—kegunaannya sebagai uang (sebagai nilai-tukar)—di sini bertentangan secara langsung dengan kegunaan khususnya (nilai-guna spesifiknya).

Logika hubungan-pertukaran dalam masyarakat komunis, menurut koherensi dalam konsepnya, justru sebaliknya. Nilai-guna (yang produksinya saya ikuti berpartisipasi, dan yang konsumsinya Anda dan saya sama-sama ikut berpartisipasi) tidak hilang bagi saya, kecuali jika saya mengkonsumsinya segera, yang mana konsumsi Anda atasnya bukanlah kerugian bagi saya. Itu adalah nilai-guna sosial; dan … masyarakat adalah diri saya yang lebih luas, masyarakat adalah kebutuhan diri saya, yang mutlak diperlukan untuk produksi dan reproduksi diri saya. (Bahkan, jika saya harus menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang terisolasi—dan entah bagaimana caranya bertahan hidup—aktivitas diri saya yang berubah akan segera membuat saya menjadi orang yang berbeda). Nilai-guna mereka, akan dikonsumsi secara langsung oleh orang lain dan akan kembali kepada saya dalam bentuk kapasitas kreatif (yang dipertahankan atau ditingkatkan) dari orang lain dalam produksi sosial; dalam bentuk produksi yang disimpan atau ditingkatkan dari kelas manusia yang menjadi sandaran tempat reproduksi saya bergantung—kelas tunggal—atau lebih tepatnya, non-kelas tunggal global dari produsen terasosiasi … akan menghasilkan totalitas kekayaan yang saya konsumsi; itulah prasyarat untuk produksi diri saya. Jadi, tidak akan ada nilai-guna sosial yang teralienasi dari saya. Sebaliknya, semua nihai-guna sosial itu akan tinggal di dalam diri saya (yang diperluas), terakumulasi di dalamnya, dan pergi untuk meningkatkan kualitas total hidup saya.

Oleh karena itu, dalam dewan proses perencanaan-produksi global, saya diharuskan memiliki daging sapi yang sah setiap kali diminta untuk berpartisipasi dalam beberapa produksi yang tidak memuaskan logika (nilai-tukar) ini. Produksi apapun yang tidak memuaskan logika ini, adalah merusak secara sosial (antisosial) dan anti-nilai-guna (anti-kekayaan). Oleh karena itu, paling-paling, Cuma akan membuang-buang waktu saya (hidup saya). Apapun yang tidak layak untuk dilestarikan harus dihancurkan.

21

“Bentuk kekayaan material yang independen lenyap, dan kekayaan hanya akan diperlihatkan sebagai aktivitas manusia. Segala sesuatu yang bukan hasil aktivitas manusia, kerja, adalah alam, bukanlah kekayaan sosial. Hantu dunia barang memudar dan dipandang sebagai objektivikasi kerja manusia yang terus-menerus habis dan terus-menerus direproduksi. Semua kekayaan material yang solid hanyalah perwujudan sementara dari kerja sosial, kristalisasi dari proses produksi yang ukurannya adalah waktu: ukuran dari sebuah gerakan itu sendiri.” [s8]

22

Dalam analisis terakhir, semua yang harus Anda berikan adalah diri Anda sendiri. Diri Anda adalah satu-satunya hadiah Anda. Jika Anda tidak memiliki diri sendiri—yakni, jika Anda membiarkan diri Anda dipaksa untuk menjual diri Anda sendiri—Anda tidak akan memiliki apapun untuk diberikan kepada orang lain (untuk diri yang lain). Dalam masyarakat yang sadar yang disebut sebagai masyarakat komunis, pertukaran harus menjadi terlihat dan sepenuhnya seperti apa adanya pada esensinya: pertukaran diri.

II. Individualisme dan Kolektivisme

23

“Yang harus dihindari di atas segalanya adalah membangun 'masyarakat' sekali lagi sebagai abstraksi terhadap individu. Individu adalah makhluk sosial." [n1] Oleh karena itu, ekspresi hidup individu—meskipun tidak langsung muncul dalam bentuk ekspresi komunal yang dilakukan bersama-sama dengan orang lain—merupakan manifestasi dan afirmasi dari kehidupan sosial. Kehidupan individual manusia dan kehidupan umum manusia tidaklah berbeda, betapapun banyaknya—dan pasti demikian—mode eksistensi kehidupan individu adalah: baik mode yang lebih khusus atau mode yang lebih umum dari kehidupan umum atau mode yang lebih khusus atau mode yang lebih umum dari kehidupan individual.

"... Meskipun manusia adalah individu yang unik—dan justru kekhususan inilah yang menjadikannya seorang individu, makhluk komunal yang benar-benar individual—manusia adalah kesetaraan totalitas (totalitas ideal: eksistensi subjektif masyarakat sebagai pikiran dan pengalaman)." [s9]

24

Altruisme adalah sisi lain dari mata koin “neraka adalah orang lain"; hanya saja, kali ini mistifikasi muncul di bawah tanda positif. Mari kita akhiri omong kosong prajurit tua ini untuk selamanya! Agar orang lain menarik minat saya, saya harus menemukan dalam diri saya energi untuk minat seperti itu. Apa yang mengikat saya dengan orang lain, harus tumbuh dari apa yang mengikat saya pada bagian yang paling bersemangat dan paling menuntut dari kehendak saya (volonte[18]) untuk hidup; bukan sebaliknya. Selalu diri saya yang saya cari pada orang lain; pengayaan saya; kesadaran saya. Biarkan semua orang memahami ini: 'masing-masing untuk dirinya sendiri' dibawa ke kesimpulan yang akhirnya akan berubah menjadi 'semua untuk masing-masing.' Kebebasan satu akan menjadi kebebasan semua. Sebuah komunitas yang tidak dibangun atas tuntutan individu dan dialektikanya yang hanya akan memperkuat kekerasan opresif dari Kekuasaan. Saya tidak menemukan diri saya nihil di dalam diri Orang Lain, melainkan ada; dan, altruisme menuntun saya pada cinta akan keadaan, dan menuntun saya pada cinta akan isolasi saya .... Bagi diriku, aku tidak akan mengakui kesetaraan kecuali apa yang kehendak hidupku berkesesuaian dengan hasratku dalam mengakui kehendak hidup orang lain. Kesetaraan revolusioner akan menjadi individu dan kolektif yang tak terpisahkan." [s10]

25

“Pertama-tama, mari kita perhatikan bahwa yang disebut hak manusia ... hanyalah hak dari anggota masyarakat sipil, yaitu berarti, hak manusia egois, hak manusia yang terpisah dari manusia lain dan dari komunitas .... Karena itu, kebebasan adalah hak untuk melakukan segala sesuatu yang tidak merugikan orang lain. Batasan di mana setiap individu dapat bertindak tanpa merugikan orang lain ditentukan oleh hukum, seperti batas antara dua bidang yang ditandai dengan sebuah tiang. Ini adalah masalah kebebasan manusia yang dianggap sebagai monad yang terisolasi, yang ditarik ke dalam dirinya sendiri .... Kebebasan sebagai hak manusia tidak didasarkan pada hubungan antara manusia dan manusia, melainkan pada pemisahan manusia dari manusia. Hak manusia adalah hak separasi seperti itu. [n1] Hak individu yang dibatasi, ditarik ke dalam dirinya sendiri .... Hal itu membuat setiap orang melihat pada orang lain, bukan realisasinya, melainkan batasan kebebasannya sendiri." [n2], [s11]

26

“Terlalu banyak bangkai berserakan di jalur individualisme dan kolektivisme. Di bawah dua rasionalitas yang tampaknya bertentangan telah mengamuk gangsterisme yang identik: penindasan yang identik terhadap manusia yang terisolasi." [s12]

27

Apakah perlu sekali lagi untuk menunjukkan absurditas-diri dari abstraksi sepihak "individu" dan "masyarakat," dan absurditas diri dari ideologi yang didirikan di atas keberpihakan ini—“individualisme" (atau "egoisme") dan disebut "sosialisme" (atau "kolektivisme")?

Kita bisa menjadi individu hanya secara sosial.

Kita bisa bersosialisasi hanya secara individual.

Individu membentuk masyarakat.

Masyarakat membentuk individu.

28

Gali cukup dalam ke dalam individu dan Anda akan menemukan masyarakat. Gali cukup dalam ke dalam masyarakat dan Anda akan menemukan individu. Gali cukup dalam ke dalam salah satunya dan Anda akan keluar dari sisi "lain". Konsep yang diberi nama "individu"—sepenuhnya dipahami—sama dengan konsep yang diberi nama "masyarakat". Konsep yang diberi nama "masyarakat”—dipahami sepenuhnya—juga diberi nama "individu". Salah satunya akan menjadi tidak mungkin dan tidak eksis, tanpa yang lain. Jantung dari masyarakat adalah "kebalikannya", yaitu individu. Pusat dari individu adalah "antitesisnya", yaitu masyarakat. Kita mesti berbicara tentang individu sosial. Kedua universal abstrak, "masyarakat" dan "individu" menemukan universal konkrit mereka dalam individu sosial.

29

Masyarakat, tanpa individu, adalah kosong (tanpa eksistensinya); sama seperti individu, tanpa masyarakat, adalah kosong juga (tanpa eksistensinya)—bahkan di luar masyarakat manusia, bukanlah individu manusia (bahkan jika individu seharusnya memiliki kesempatan untuk bertahan hidup sebagai individu biologis. Namun, kendati demikian, individu biologis masalah sosial manusia—dalam hal ini, masalah seksual—hubungan seksual). Kecuali, jika kedua momen ini dapat diafirmasi secara bersamaan, secara univokal; dipahami sebagai satu konsep kesatuan—yang kenyataannya, adalah singularitas konseptual—kontradiksinya telah dilampaui (untuk memulai, dalam pemikiran), maka baik "individu" maupun "masyarakat" keduanya sama-sama tidak dapat dipahami.

30

Produksi-diri hanya bisa bersifat sosial; masyarakat adalah penghasil-diri: masyarakat adalah satu-satunya alat-produksi diri yang mungkin. Anda tidak akan pernah bisa berbicara tentang "diri", tanpa secara identik mengimplikasikan atau berbicara tentang "masyarakat". "Diri" hanya dapat eksis dalam asosiasinya dengan diri lain, yaitu di ‘dalam’ dan ‘sebagai’ asosiasi diri masyarakat. Bukanlah suatu kebetulan, bahwa akar bahasa Latin dari consciousness[19]adalah conscienta—yang secara harfiah berarti "pengetahuan-bersama"; “Untuk mengetahui bersama.” [s13] Subjektivitas pada dasarnya adalah intersubjektif, yakni dasarnya adalah sosial.

31

"Individualitas" Anda sudah menjadi "struktur sosial", dan telah demikian adanya sejak awal (bahkan, termasuk, sejak konsepsinya).

32

Individu diproduksi hanya oleh masyarakat. Masyarakat diproduksi hanya oleh individu.

33

Masyarakat hanya dapat terwujud secara egoistik; sebagaimana ego, hanya dapat diperoleh, hanya dapat terwujud, dan hanya dapat menjadi mungkin … secara sosial.

34

Diri pada dasarnya dan pada esensinya bersifat sosial; masyarakat pada dasarnya dan pada esensinya egois.

35

Jika para filsuf individualisme sepihak (egoisme sempit)—yakni, filosofi aksiologi diri—ingin memahami sosialisme Marx, maka mereka harus merefleksikan pernyataan (Marx) yang menyatakan bahwa: orang lain adalah bagian penting dari diri Anda. [s14]

36

Prinsip “Saya tidak menginginkan apapun yang lain selain diri saya sendiri”—prinsip self-desire[20], self-attachment[21],self-cathexis[22], atau self-centration[23])—menjadi prinsip kehidupan sehari-hari dalam masyarakat komunis setelah diaktualisasikan secara sosial, bahwa orang lain adalah bagian penting dari diriku. [s15] Masyarakat menjadi objek cathexis yang tanpanya akan memerlukan proyeksi-identifikasi—keterasingan cathexis dari diri—begitu “sifat sosial” diri dan "sifat diri" masyarakat telah menjadi kebenaran pengalaman yang jelas dan transparan.

37

Modal-negara (bentuk sublasi[24] [n1] dari modal/kapital swasta) meniadakan atau menekan modal swasta. Ideologi anti-individualisme—yakni, kolektivisme atau sosialisme sepihak[25]—yang begitu esensial bagi Maoisme khususnya dan ideologi revolusioner [n2] pada umumnya sejalan dengan proyek penindasan kapitalisme swasta dan akumulasi privat, bersama dengan kecenderungan karakteristik yang terkait dengannya, di pihak kapitalisme birokratis (kapitalisme-negara). Kebijakan represi ini, dicirikan dengan slogan Maois “smash self” [n3], juga memiliki efek menghambat munculnya egoisme komunis di dalam rumah proletariat; suatu bentuk egoisme yang dikacaukan oleh birokrasi, sadar atau tidak, dengan egoisme borjuis.

38

Bahkan privatisme itu sendiri adalah ekspresi sosial (lihat Tesis 23); ekspresi kehidupan sosial dalam bentuk sejarah masyarakat yang pasti. Artinya, privatisme itu sendiri merupakan ekspresi individu sosial yang diproduksi oleh masyarakat kontemporer. Orang-orang yang tidak berpikir secara dialektis akhirnya membuat kesalahan besar di sini, secara praktis maupun teoretis, karena mereka tidak dapat memahami kontemporer sebagai kebenaran sosial itu sendiri, (yang diakui mereproduksi diri) subjekivikasi (yaitu, internalisasi), dari masyarakat kapitalis, yang justru merupakan masyarakat antisosial. Begitu banyak 'sosialisasi masyarakat', di mana masyarakat kapitalis ptihatin, tetapi nama lain untuk proyek revolusi sosial itu sendiri.

Ideologi anti-sosialisme didasarkan pada asosiasi penderitaan (kebosanan kolektif, asosiasi tidak autentik, dll.) [a1] dalam kondisi kontemporer, yakni asosiasi-penderitaan-sebagai-alienasi dan sebagai-keterasingan. Hal itu adalah ekspresi dari kemiskinan kehidupan sosial—ketidakeksisannya—di dunia orang asing, bellum omnium contra omnes[26]: yang merupakan masyarakat kapitalis.

39

Kaum kiri, terjebak dalam kesalahan pilihan yang permanen antara mengikuti hasrat langsungnya sendiri dan berkorban untuk idea idealnya, membenci orang "egois" yang secara langsung tanpa ragu memilih kepuasan privat. Komunis sejati juga membenci tipe egois ini, tetapi karena alasan yang berlawanan: terbatas pada “kepuasan privat langsung” tidaklah cukup memuaskan. Lebih jauh lagi, bagi komunis, kepuasan model orang-orang "egois" seperti itu (dengan kehidupan mereka yang diprivatisasi dan teralienasi) adalah penghalang langsung untuk merealisasikan kepentingan privat komunis yang diperluas. Di suatu tempat, kaum kiri mengintai intuisi yang membingungkan, bahwa inilah alasan sebenarnya mengapa mereka menghinanya: tetapi, intuisi ini terus-menerus dibungkam oleh desakan kaum kiri sendiri tentang "kebutuhan" pengorbanan.

40

Individualisme yang kesepian (menurut Ayn Rand [c16], dkk.) hanyalah keterasingan yang diterima dan keterasingan yang disempurnakan.

Individualisme komunis atau komunisme individualis adalah nama untuk pemecahan teka-teki prasejarah, yang, sementara itu, pada waktu dan tempat di abad ini, telah eksis, namun belum mengenal namanya sendiri.

41

Setiap "kolektivisme" di pihak kita adalah kolektivisme individualis. Setiap "individualisme" di pihak kita adalah individualisme kolektivis.

42

"Tidak ada yang lebih bagiku, selain diriku sendiri." [s17]

Baik. Seperti pendirian ini, teorema ini sepenuhnya dapat diterima. Ini adalah pernyataan klasik dari postulat egoistik oleh eksponen klasik anarkisme individualis dan egoisme sempit, dan antagonis awal dari Marx, Max Stirner. Para pengikutnya dewasa ini, sadar atau tidak, termasuk "Objektivis", "liberal klasik", dan apa yang disebut "hak libertarian" pada umumnya. Masalahnya adalah, dalam elaborasi lebih lanjut dari bukunya sendiri, pemahaman Stirner sendiri tentang pernyataannya sendiri terbukti tidak sama dengan itu. Stirner terbukti tidak peka terhadap apa yang harus terkandung dalam konsep "diri" (agar memadai dengan realitas); apa yang harus menjadi isinya, jika konsep diri itu diperluas (yakni, dikembangkan) di luar tingkat kontradiksi-dirinya—yaitu semua diri lain yang secara intermutual "membentuk" atau memproduksinya; singkatnya, masyarakat. Kesalahan ini secara umum harus dikaitkan dengan pengetahuan-diri (konkret yang belum berkembang; Stirner tidak mengenal dirinya sendiri, identitas aslinya. Dia tidak mengenal dirinya sebagai masyarakat, atau masyarakat sebagai dirinya yang sebenarnya.

43

Jika validitas momen egoistik belum dipahami, maka tidak ada yang dipahami. Bagi setiap individu sosial, ketika hidupnya dipertaruhkan, semuanya dipertaruhkan. Jika saya membiarkan diri saya dikorbankan, maka saya telah membiarkan seluruh dunia—semua nilai yang mungkin—dikorbankan sejauh yang saya ketahui. Jika saya tersesat, maka seluruh dunia hilang bagi saya. Setiap kali seseorang mati, dunia akan mati.

44

Komunitas egois adalah satu-satunya komunitas yang mungkin tidak didirikan di atas represi perkembangan individu; dan, dengan demikian, pada akhirnya perkembangan kolektif juga.

45

"Egoisme komunis" menamai sintesis dari individualisme dan kolektivisme, seperti halnya masyarakat komunis menamai solusi aktual, material, dan sensual untuk kontradiksi historis dari kepentingan "khusus" dan "umum"—sebuah kontradiksi yang ditimbulkan terutama dalam perpecahan masyarakat terhadap dirinya sendiri ke dalam kelas-kelas. “Solusi” ini tidak dapat hanya berupa ide atau abstraksi belaka, melainkan mesti berbentuk masyarakat yang konkret.

46

Kekuatan global dan eksklusif dewan pekerja anti-negara, [n1] dewan produsen teraosiasi [n2], atau dewan "manajemen-diri umum” [a1] adalah, egoisme bersama: kekuatan produktif dan hubungan sosial produksi yang dapat menggantikan semua hasil dari aktivitas egois manusia yang tidak terkoordinasi. Dalam kemutlakannya, hal ini adalah keterasingan; perkembangan ekonomi yang tidak disadari, dan produksi yang tidak disadari oleh proletariat dari “hukum-hukum” ekonomi kapitalisme, dengan segala konsekuensinya yang membawa malapetaka bagi proletariat. Teori egoisme komunis hanya akan “lengkap”, sebagai teori organisasi revolusioner dan sebagai teori praktik revolusioner pada umumnya: sebagai teori hubungan sosial baru dan sebagai teori praktik dewan-dewan. Artinya, ia hanya memadai sebagai teori masyarakat komunis dan sebagai teori transisi dari (negara) kapitalis ke masyarakat komunis. Jelas kemudian, tesis ini masih memiliki jalan panjang menuju kongkrit.

47

Esensi dari komunisme adalah egoisme; esensi dari egoisme adalah komunisme. Inilah rahasia yang dapat mengubah-dunia yang saat ini masih disembunyikan oleh dunia pada umumnya. Rahasia ini akan terungkap seiring dengan munculnya subjektivitas radikal, yang tidak lain adalah proses terbentuknya masyarakat komunis itu sendiri. Subjektivitas radikal tersebut sudah mengandung “proses objektif.”

48

“Tetapi, manusia hanya diindividualisasi melalui proses sejarah. Dia awalnya muncul sebagai makhluk generik, makhluk suku, hewan kawanan—meskipun tidak berarti "hewan politik" dalam sense politik. Pertukaran itu sendiri adalah agen utama dari individualisasi ini." [s26]

49

Jadi, dalam arti tertentu, semua sejarah (dalam jangka panjang dan secara implisit) merupakan proses individualisasi. Individualisasi ini mencapai titik tertinggi dari periklanannya di zaman kapitalisme korporat. Tetapi, "individualisme" kepemilikan privat tidak lain adalah ilusi yang paling dihargai. Karakteristik utama dari kepemilikan privat adalah reifikasi yang terwujud, di mana egoisme subjeknya (kapitalis dan pekerja) ditekan dan disubordinasikan pada subjektivitas semu dari "ekonomi untuk dirinya sendiri." [n1] Kebenaran dari masyarakat kapitalis dan kepemilikan privatnya bukanlah kepemilikan individu, melainkan perampasan: yakni, proletariat. Kebenaran kepemilikan privat tidak lain adalah produksi, reproduksi, dan pertumbuhan kelas yang dirampas dan tidak memiliki property: yakni, kelas pekerja upahan. Dengan demikian, kepemilikan privat merupakan negasi dari individualisme dan negasi dari kepemilikan individu. Bagi mayoritas subjeknya (kaum proletar), kepemilikan privat bukanlah kepemilikan individu, melainkan kehilangan (yakni, penjualan—keterasingan) diri, menjadi-kepemilikan-orang lain. Bahkan, kapitalis paling banter hanyalah agen dari kapital—manajer dari perampasan umum dan mereka sendiri. “Individualisme” mistis dari masyarakat kapitalis hanya bisa disadari dalam negasinya sendiri dan dalam negasi masyarakat tempat ia berasal. Jadi, Komune Paris tahun 1871, yang pertama kali menyadari "Kediktatoran Proletariat," [n2], [s27] berusaha untuk menghapus kepemilikan privat untuk "membuat kepemilikan individu menjadi kebenaran." [s28] “Mode apropriasi kapitalis—hasil dari mode produksi kapitalis—menghasilkan kepemilikan privat kapitalis. Ini adalah negasi pertama dari kepemilikan privat individu, yang didasarkan pada kerja properior[27]. Tetapi, produksi kapitalis melahirkan—dengan keniscayaan hukum Alam—negasinya sendiri. Ini adalah negasi dari negasi. Hal ini tidak membangun kembali kepemilikan privat bagi produsen, tetapi memberinya hak milik individu [!] berdasarkan akuisisi era kapitalis: yaitu, pada kerjasama dan kepemilikan bersama atas tanah dan alat-alat produksi.” [s29] Revolusi manajemen-diri umum adalah gerakan dari egoisme sempit ke egoisme penuh (pengayaan diri egoisme itu sendiri). Ini adalah kenaikan egoisme dari dunia kebutuhan ke dunia kebebasan.

III. Dialektika Egoisme

50

Konsep masyarakat komunis dapat dicapai—dengan satu jalur—melalui analisis dan pengembangan kontradiksi-diri egoisme, melaui struktur kontradiksioner-diri dari proyek egoistik. Masyarakat komunis itu sendiri, dan transendensi-diri dari egoisme sempit manusia yang diprivatisasi, hanya dapat menjadi buah dari dialektika yang imanen dan historis dari egoisme itu sendiri.

51

Proyek egoistik, agar memadai dan memenuhi syarat untuk egoisme, harus mencakup lebih dari satu ego.

52

Egoisme komunis—seperti halnya masyarakat komunis—hanyalah kesimpulan final [n1] dari kritik imanen [n2] : kritik-diri—dari egoisme borjuis (kehidupan yang diprivatisasi).

53

“Komunisme tidak dapat dipahami oleh santo kita [a1] karena komunis tidak menempatkan egoisme melawan pengorbanan-diri, atau pengorbanan-diri melawan egoisme; pun tidak mengekspresikan kontradiksinya secara teoretis, baik dalam sentimentalnya ataupun dalam bentuk ideologisnya yang muluk; sebaliknya, kaum komunis menunjukkan landasan material yang melahirkannya (pengorbanan-diri), yang dengannya ia menghilang dengan sendirinya. Kaum komunis sama sekali tidak mengkhotbahkan moralitas, seperti khotbah Stirner yang begitu ekstensif. Mereka tidak memberikan tuntutan moral kepada orang-orang: saling mencintai, jangan egois, dll.; sebaliknya, mereka sangat sadar bahwa: egoisme, seperti halnya pengorbanan diri, dalam keadaan tertentu adalah bentuk yang diperlukan dari penegasan-diri individu. Oleh karena itu, kaum komunis sama sekali tidak ingin [seperti yang diyakini Saint Max, dan seperti yang diulangi setelahnya oleh Dottore Graziano (Arnold Ruge) yang loyal] ... menyingkirkan "individu privat" demi manusia pengorban-diri yang "umum" .... Para teotetisi komunis—satu-satunya yang memiliki waktu untuk mengabdikan diri pada studi sejarah—dibedakan justru karena mereka sendiri telah menemukan bahwa: sepanjang sejarah, "kepentingan umum" diciptakan oleh individu yang didefinisikan sebagai "pribadi privat." Mereka tahu bahwa: kontradiksi ini hanya tampak karena, satu sisi darinya (yang disebut "umum”) terus-menerus diproduksi oleh sisi yang lain (kepentingan privat) dan sama sekali tidak menentang yang terakhir sebagai kekuatan independen dengan sejarah independen—sehingga, kontradiksi ini, dalam praktiknya, selalu dihancurkan dan direproduksi. Oleh karena itu, ini bukanlah pertanyaan tentang "kesatuan negatif (negative unity)" Hegelian dari dua sisi kontradiksi, melainkan tentang penghancuran yang dideterminasi secara material dari cara hidup individu yang dideterminasi secara material sebelumnya; dengan lenyapnya kontradiksi ini, kesatuannya juga menghilang bersamanya.” [s30]

54

Supresi egoisme privat mengikuti jalan yang sama dengan egoisme sempit [s31]. Jalan keluar dari egoisme sempit adalah jalan lurus dan sempit dari egoisme itu sendiri. [s32] (Tapi, seperti pendapat Einstein sehubungan dengan ruang-waktu fisik: apa yang lurus dan sempit dari sudut pandang sempit pengamat imanen, mungkin sama sekali tidak lurus ke pandangan yang lebih besar—sebenarnya, sangat melengkung, bahkan melengkung ke belakang dirinya sendiri). Negasi abstrak dari egoism—represi—tidak akan cukup, melainkan hanya negasinya yang pasti dan negasinya yang imanen—yakni, auto-negasi.

55

Perkembangan egoism—fenomenologi historis subjektivitas—juga merupakan dialektika dalam pengertian ini: jalan keluar dari egoisme sempit adalah melewati egoisme sempit itu sendiri. Dan, semua upaya untuk memblokir jalan ini, cenderung hanya menghambat perkembangan dan menahannya pada “tahap yang sempit” ini.

56

Egoisme privat adalah egoisme yang bertentangan dengan esensinya sendiri. (Tapi, ini menjadi nyata secara kasat mata; dan, karena itu, sepenuhnya, sekali, dan hanya sekali, kondisi-kondisi yang membutuhkan apropriasi sempit telah lenyap—sering kali disamakan secara sembarangan di bawah kategori kebingungan "kelangkaan"—dan, kondisi-kondisi untuk apropriasi yang lebih penuh dan lebih luas telah matang. Secara khusus, ini berarti kondisi untuk apropriasi orang lain sebagai subjek (mutualitas) dan bukan hanya sebagai objek (eksploitasi). Jadi, misalnya: "resesi" saat ini (pertumbuhan kemiskinan dan keputusasaan yang menyertainya), pada awalnya merupakan kemunduran besar dalam hal ini, dan secara drastis membatasi dasar pengalaman sehari-hari—pada puncak "kemakmuran" tahun enam puluhan—yang, untuk sementara waktu, membuat kritik ini terasa benar.).

57

Apa yang cenderung tidak segera kita sadari adalah: bahwa bentuk egoisme yang sempit dan memiskinkan (yang berlaku), dari gratifikasi-diri[28], adalah salah satu yang sangat bercampur dengan kebalikannya; dengan renunsiasi[29] gratifikasi-diri; bahwa "keserakahan" yang biasanya kita alami adalah keserakahan yang secara radikal bercampur dengan negasinya sendiri, dengan penolakan keserakahan yang pahit, mendasarkan dirinya sebagaimana mestinya pada kondisi-kondisi sempit kenikmatan-diri yang saat ini tersedia (dan terutama, sebelumnya tersedia untuknya), di bawah kondisi kekurangan dan kerja keras yang ekstrim. Secara khusus, bentuk kenikmatan diri yang dikecualikan (penyangkalan-diri rahasia yang bersembunyi di jantung egoisme yang diprivatisasi), adalah penyangkalan terhadap semua kesenangan sosial, kesenangan komunal dari gregariousness[30] spontan, kehangatan solidaritas manusia, kegembiraan festivitas[31] yang autentik—kesenangan dalam berasosiasi dan kepuasan sosial secara umum. Sisa-sisa dari keseningan ini terpenjara dalam lingkaran yang semakin menyempit (keluarga privat), yakni keluarga inti itu sendiri, yang diadaptasi oleh kapital, dari masyarakat kekerabatan primitif-komunis masa lalu dan "keluarga besar" mereka, yang mempublikasikan kritik-diri terakhirnya di tingkat perceraian yang meningkat, perceraian secara resmi diberi judul dan diakui sebagai "kerenggangan". Terutama di negara-negara kapitalis “maju”—yaitu, negara-negara yang telah mencapai tahap keterasingan sosial tingkat lanjut.

Kelambanan dalam apropriasi kondisi yang lebih baru dari "non-skarsiti" [apropriasi kondisi potensial yang lebih baru dan (sampai batas tertentu) kelimpahan aktual,] adalah konteks di mana tahap historis saat ini dari 'dialektika egoisme' harus dipahami. Momen positif dari gerakan “hip[32]” awal (momen di mana saat ini professional street vermin[33] dan gutter hippies[34] bukanlah pewaris [gerakan tersebut])— : munculnya seluruh berahi yang dimulai pada tahun 60-an; dan sekarang, dalam resesi tahun 70-an, adalah kemunduran, yang sebagian dapat dipahami sebagai awal dari apropriasi kondisi-kondisi baru tersebut. [n1]

58

Akar ilusi dari semua ideologi saleh dan asketis adalah bahwa, karena eksploitasi adalah apropriasi parsial dari manusia oleh manusia, maka cara untuk membebaskan dunia dari “dosa” ini adalah dengan melembagakan non-apropriasi manusia oleh manusia, daripada apropriasi total: bahwa jalan menuju negasi ("peredaan") hasrat adalah represi daripada pemenuhannya: jangan sentuh aku dan aku tidak akan menyentuhmu. Logika kekurangan.

Masalah kesengsaraan egoisme sempit hanya memiliki dua solusi: baik (1) dilebih-lebihkannya [egoisme sempit] sampai melebihi batasnya sendiri; perluasannya sampai menjadi satu dengan totalitas, menemukan kembali tepat di dalam dirinya sendiri oponennya dan apa yang sebelumnya dikecualikan [yaitu, egoisme komunis / egoism yang diperluas], atau (2) represinya, yang mana dengan bukti (pemerintahan tanpa akhir dari bentuk sekarang), represi historisnya sejauh ini berhasil menghasilkan [egoisme komunis].

59

Komunisme bukanlah represi-diri dari egoisme. Represi-diri hanyalah ketika egoisme sempit ingin melampaui dirinya sendiri untuk alasan terdalamnya sendiri: ketika menemukan alasan internal, alasan egoistik; ketika ia melihat dirinya menjadi kehancurannya sendiri, mengalahkan dirinya sendiri, pengkalahan-diri, dan—oleh karena itu, kontradiksi-diri—bahwa ia membawa dirinya ke ending-nya sendiri, dan komunisme pun dimulai. Egoisme privat secara historis adalah kehancurannya sendiri. Pelaksanaannya menghasilkan sosialisasinya sendiri—egoisme sosial. Komunisme adalah negasi egoisme hanya dengan menjadi bentuk yang lebih tinggi dari egoisme—bentuk egoisme yang lebih tinggi. Egoisme sempit, ideologi gratifikasi-diri dan realisasi-diri, dan praktik gratifikasi-diri dan realisasi-diri yang eksklusif, pada tahap tertentu dalam perkembangannya, menjadi belenggu atas realisasi-diri dan belenggu atas gratifikasi-diri. Egoisme sempit menjadi batasan dan penghambat utama bagi tujuannya sendiri. Hal itu menjadi penghalang bagi dirinya sendiri. Ini adalah negativitas-diri yang membangkitkan di dalam dirinya hasrat untuk melampauinya sendiri: untuk transendensi-diri, suatu supersesi yang sesuai dengan dirinya sendiri, dengan esensinya sendiri, dan dengan istilahnya sendiri; memdasarkan dirinya pada kemungkinan komunitas gratifikasi sebagai amplifikasi gratifikasi yang tidak terbatas. Ini adalah kritik-diri imanen terhadap egoisme sempit; hukuman mati yang diucapkannya sendiri. Dengan demikian, negasi pasti dari egoisme sempit hanya dapat dilakukan melalui perkembangan organiknya sendiri, perkembangan selanjutnya sendiri. Artinya, itu hanya bisa menjadi negasi-diri. "Kebahagiaan" dengan mengorbankan orang lain; mengesampingkan kebahagiaan orang lain dari kebahagiaan Anda sendiri selanjutnya muncul sebagai dasar yang menyedihkan; sebagai kebalikan dari kebahagiaan, sebagai kesengsaraan, dan kepemilikan privat sebagai kekayaan kemiskinan, dibandingkan dengan dasar baru yang tumbuh secara diam-diam dengan masyarakat modern itu sendiri.

Komunisme adalah pemahaman tentang egoisme eksklusif sebagai kontradiksi-diri secara historis; dan, dengan demikian, terbatas: ditakdirkan untuk binasa—bukan sebagai "sifat manusia” yang kekal tetapi, sebaliknya, membatalkan-diri sendiri; sementara; transisi; sebagai kondisi manusia yang jelas-jelas tidak natural (antisosial) sebelum penyelesaian-diri historis spesies manusia. Komunisme adalah pemahaman egoisme borjuis yang telah mengandung dan menyiratkan negasi historisnya sendiri, yang telah mengandung negasinya sendiri dalam embrionya—mengandung benih kehancurannya sendiri—berdasarkan kepalsuannya terhadap dirinya sendiri. Masyarakat, "sosialisme"—dan produksi sosial—adalah esensi yang direpresi selama ini.

60

Sepanjang garis, disadari atau tidak, "aku duluan" selalu menjadi pola yang diperlukan dalam praktik setiap orang. Setiap orang, di setiap saat dalam hidup mereka, sadar atau tidak, bertindak untuk kepentingan-dirinya sendiri pada tingkat tertentu. Ada hal lain yang tidak terbayangkan, mustahil. [n1] Tidak dapat mengejar hasratnya secara langsung (seorang masokis menggunakan mediasi rasa sakit). Para masokis moralitas, ideologi dan sebab-sebab mencari kesenangan melalui rasa sakit karena menundukkan diri melalui proyeksi ini.

Kaum idealis moral berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan melalui mediasi cita-citan yang diproyeksikannya, karena dia tidak tahu bagaimana mendapatkan apa yang dia inginkan secara langsung. Dia tidak mengetahui sarana praktis di dalam dirinya sebagai subjek dan pusat dari praktik itu, jadi dia menempatkan pusatnya di luar dirinya sebagai generalisasi yang kaku yang "membuatkan kepurtusan untuknya." Dengan melakukan itu, dia membuat kesalahan dengan berpikir bahwa konsistensi dengan cita-citanya selalu konsisten dengan kepentingannya sendiri.

61

"Egoisme komunis" menamai negasi dari negasi egoisme primitif (egoisme sempit). Tetapi, aspek proses dari negasi tersebut adalah bersifat imanen (kritik-diri) dan tidak pernah merupakan negasi eksternal atau mekanis (seperti ideologi "smash self" [n1] Maoisme) yang di atas segalanya harus ditekankan, melawan semua metode koersif dan birokrasi. Egoisme yang disosialisasikan—egoisme komunis—adalah negasi dari negasi egoisme kapitalis, tetapi itu adalah negasi diri dari negasi diri egoisme itu. Negasi yang kedua ini penting untuk mempersempit egoisme itu sendiri, tidak kurang dari negasi yang pertama, yang menghasilkan antitesisnya—moralisme, anti-egoisme; altruisme. Negasi yang kedua ini diperlukan untuk mempersempit egoisme, untuk mempertahankan premisnya sendiri, setelah ia mencapai ambang tertentu dalam pengembangan dirinya. Metode yang tepat untuk mengkatalisasi—untuk merangsang dan mempercepat—proses ini adalah sesuatu yang lain, yaitu, dari 'luar', yakni metode yang menggugah; metode seduksi (rayuan). Metode teguran, meskipun berguna pada belokan-belokan krusial tertentu, terutama dalam bentuk metode penghukuman, lebih memadai untuk yang pertama, bukan yang kedua, negasi egoisme sempit. Metode hukuman adalah: dengan paksa, menarik proyeksi moral dari jiwa, menciptakan manipulasi "handle" di kepala korban agar mudah ("di-handle") oleh otoritas dan segala macam ideolog; tentang menanamkan ketundukan, mendorong perpecahan dalam diri korban antara perasaan akan tanggung jawab dan perasaan akan inklinasi[35]; tentang membentuk lingkaran-(rasa)bersalah dari kontrol-diri yang teralienasi.

Sebaliknya, negasi yang kedua berarti negasi altruisme: mengatasi semua “pemisahan” diri; runtuhnya proyeksi, kembali ke jiwa; pemilikan-kembali (re-owning) jiwa dalam “peleburan diri” (pemusatan, bukan alienasi kontrol-diri). Ini adalah pembentukan "diri" yang kapabel manajemen-“diri”.

62

Jangan salah paham. Jangan buat kesalahan. Teori ini bukanlah apologia untuk egoisme sempit. Kita tidak tertarik pada negasi altruisme yang hanya merupakan kembalinya ke egoisme sempit; sebuah regresi. Egoisme komunis—dan bukan altruism—adalah kebalikan dari egoisme sempit. Egoisme komunis—dan bukan egoisme sempit—adalah kebalikan dari altruisme. Meskipun “altruism” dan “egoisme sempit” umumnya dianggap saling berlawanan, keduanya memiliki kesamaan: kritik imanen terhadap keduanya, pasti akan sampai pada egoisme komunis. Artinya, egoisme komunis adalah sintesis dari altruisme dan egoisme sempit. Egoisme komunis secara bersamaan, identik dengan keduanya tetapi juga tetap bukan keduanya; rejeksi kesatuan dari keduanya yang juga merupakan afirmasi kesatuan keduanya. [n1]

IV. Resonansi Egoisme

63

“Sebagai ganti masyarakat borjuis lama dengan kelas dan antagonisme kelasnya, kita akan memiliki asosiasi di mana perkembangan bebas masing-masing [individual] merupakan syarat untuk perkembangan bebas semua [komunal].” [c33]

64

“Di laboratorium kreativitas individu, alkmemis revolusioner mengubah logam paling dasar dalam kehidupan sehari-hari menjadi emas. Pertama dan terpenting, masalahnya adalah untuk melarutkan kesadaran akan pembatas (consciousness of constraint) – yaitu, perasaan tidak berdaya – dalam latihan magnetis kreativitas; lelehkan mereka dalam gelombang kekuatan kreatif, dalam ketenangan afirmasi dari kejeniusannya. Megalomania, yang steril pada tingkat prestise dan spetacle (tontonan), dalam konteks ini mewakili sebuah tahapan penting dalam perjuangan melawan ego hingga kekuatan-kekuatan pengkondisian yang menyatu.

“Hari ini, nihilisme berkuasa penuh terhadap kemenangan, dan di malam hari percikan kreativitas, yang merupakan percikan dari semua kehidupan nyata, justru bersinar lebih terang. Dan sementara proyek organisasi kelangsungan hidup yang unggul terbukti gagal, ada, karena percikan api ini menjadi lebih sering dan secara bertahap larut menjadi satu cahaya, janji organisasi baru, berdasarkan waktu ini pada harmoni keinginan individu. Ke-menjadi-an (becoming) historis telah membawa kita ke titik persimpangan di mana subjektivitas radikal dihadapkan pada kemungkinan mengubah dunia. Momen istimewa ini adalah pembalikan perspektif.” [c34]

65

Masyarakat komunis hanya dapat terlaksana atas dasar resonansi egoisme. Dengan demikian dasarnya adalah kohesi egoisme, sedangkan sampai sekarang egoisme telah muncul sebagai kekuatan pemisahan dan privatisasi par excellence.

66

Esensi dari resonansi egoisme adalah ini: orang lain adalah bagian dari kekayaan Anda. [c35]

67

Resonansi egoisme adalah kesatuan, sintesis, singularitas, dari kepentingan "khusus" dan "umum": masyarakat komunis.

68

Kohesi masyarakat komunis, setelah ambang persyaratan-persyaratannya yang tepat telah tercapai, dapat terlaksana atas dasar ini: bahwa komunitas, masyarakat, asosiasi itu sendiri adalah nilai pribadi terbesar yang dimiliki oleh masing-masing individu sosial. Artinya, hubungan sosial mereka adalah nilai terbesar dan kekayaan terbesar ini. Relasi sosial itu sendiri menjadi sarana kesatuan, bersatu, dan universal untuk pencapaian setiap tujuan; untuk pemuasan setiap kebutuhan, dan dengan demikian juga adalah tujuan itu sendiri. Masyarakat tetap bersatu sejauh individu-individu sosial menemukan nilai yang lebih besar dalam reproduksinya daripada dalam tindakan apapun yang akan menghancurkannya.

V. Masyarakat Komunis

69

“... sebagai ganti kekayaan dan kemiskinan ekonomi politik, kita memiliki orang yang kaya dan kebutuhan manusia yang berlimpah. Orang yang kaya, pada saat yang sama adalah orang yang membutuhkan manifestasi kehidupan manusia yang kompleks; dan yang realisasi-dirinya sendiri eksis sebagai keperluan batin (inner necessity): kebutuhan (need). Tidak hanya kekayaan, tetapi juga kemiskinan yang diperoleh manusia; dalam perspektif sosialis, manusia dan dengan demikian makna sosial. Kemiskinan adalah ikatan pasif yang membuat manusia mengalami kebutuhan akan kekayaan yang terbesar: orang lain. Goyangan entitas objektif dalam diri saya (ledakan sensual dari aktivitas hidup saya) adalah gairah yang di sini menjadi aktivitas keberadaan saya." [s36]

70

Kehidupan bersama yang otentik muncul bukan melalui refleksi; melainkan muncul dari kebutuhan dan egoisme individu, langsung dari aktivasi eksistensi mereka. Hal ini tidak tergantung pada manusia, apakah kehidupan bersama ini eksis atau tidak. Namun, selama manusia tidak mengakui dirinya sebagai manusia dan tidak mengatur dunia secara manusiawi, kehidupan bersama ini muncul dalam bentuk alienasi, karena subjeknya (manusia) adalah makhluk yang teralienasi dari dirinya sendiri.” [s37]

71

Kita mengantisipasi pembalikan perspektif yang mendalam di ambang masyarakat komunal, di mana setiap nilai yang mungkin diprivatisasi secara ketat akan memudar menjadi tidak signifikan dan dirasakan sebagai pengalaman yang sempit dan miskin, dibandingkan dengan nilai individual (personal): "privat" untuk setiap individu sosial dari eksistensi sosialnya. Dan, di bawah kondisi itu, sikap ini kemudian bukan hanya sikap idealis atau keinginan saleh, bukan abstraksi moral belaka, tidak ada representasi di atas dan lebih tinggi dari kondisi nyata—hanya itu yang bisa terjadi hari ini—tetapi, sebaliknya, akan muncul dari fakta kehidupan yang paling langsung, gamblang, dan konkret. Hingga saat ini, sejak pecahnya bentuk-bentuk komunal awal, semua kekayaan menjadi milik pribadi, yang berarti, hanya milik pribadilah yang diakui sebagai kekayaan. Di masa depan, jika ada masa depan, yang sempit dan yang diprivatisasi akan terungkap sebagai esensi kemiskinan; dan, kekayaan akan diwujudkan sebagai kekayaan sosial, sebagai kekayaan dalam diri manusia: dalam hubungan dan kapasitas mereka, dalam kemampuan dan objektifikasi mereka. [n1] Artinya, itu adalah kekayaan terbesar; dan, konteks yang diperlukan dari semua kekayaan adalah masyarakat itu sendiri.

72

Masalah utama dari hubungan sosial komunis adalah sebagai berikut: apa yang menjadi dasar hubungan manusia, kohesi interpersonal di luar kekerabatan dan nilai-tukar (di luar hubungan darah yang membentuk kekuatan pengikat yang luar biasa), dan di luar kelemahan besar dari masyarakat komunis primitif serta hubungan nilai-tukar yang semakin larut dalam pembentukan masyarakat kelas?

Solusi dari masalah di atas hanya bisa dalam bentuk afinitas nyata, secara praktis ditemukan dan diverifikasi secara sensual, secara praktis digantikan dan dibubarkan; Asosiasi bebas; resonansi gairah. Tetapi, dalam pernyataan solusi ini, masih tersisa banyak kemungkinan untuk dikatakan.

73

Mari kita luruskan satu hal sekarang. Semua pembicaraan tentang "keperluan historis” dan "keniscayaan" hanya berhasil menjadikan "kebutuhan” mistik ini sebagai subjek semu dan memikat perhatian dari subjek nyata: diri kita sendiri. Masyarakat komunis "dideterminasi secara historis" dan "dideterminasi secara objektif" untuk diproduksi hanya sejauh kita secara subjektif "terikat dan bertekad" untuk memproduksinya. Dan, hal ini sama sekali tidak menyangkal bahwa: subjektivitas semacam itu memiliki kondisi objektif yang diperlukan yang hanya dapat berkembang secara historis.

VI. Subjektivitas Radikal

74

Apa itu "subjektivitas radikal"? [s38] Mulai sekarang, subjek revolusioner adalah egois yang sadar—dan sadar-diri secara positif—sebagai kebalikan dari egois yang tidak sadar atau sadar-diri secara negatif, di antaranya kaum revolusioner berjalan tanpa dikenali tetapi mengenali mereka. Dia dapat mempertahankan sikap positif ini terhadap egoismenya yang meluas, dan tanda pertamanya ada pada orang lain (berdasarkan pemahamannya tentang hasil sosial positifnya dalam suatu masyarakat), dipisahkan darinya melalui proses revolusi sosio-psikoterapeutik: di mana egoisme masing-masing [individual] adalah syarat pertama untuk pemenuhan egoisme semua [komunal].

75

Bertentangan dengan banalitas ideologis, hanya orang-orang yang paling serakahlah yang tidak akan pernah bisa "dibeli". [a1]

76

Apa yang kita sebut "egoisme komunis" pada dasarnya sama dengan apa yang oleh Vaneigem[36] dan rekan-rekan Situasionisnya sebut sebagai "subjektivitas radikal." Dalam semua tulisan mereka, hal itu ada dalam "jiwa,"jika tidak pernah sepenuhnya dalam "huruf". Dalam kegagalan mereka untuk mengembangkan konsep ini dalam semua ramifikasinya[37], dan untuk menggabungkan seluruh praktik mereka dengannya, dan dalam sisa-sisa moralisme dan Kristenisme sekuler [n1] yang masih tersisa di dalamnya, kita menemukan akar kegagalan mereka.

77

Subjektivitas radikal—egoisme komunis atau "individu sosial" (Marx) yang sadar—adalah universal konkret yang muncul di zaman kita. Ini adalah kekhususan yang (berpotensi) ada di mana-mana. Subjektivitas radikal adalah akar kita yang paling mendasar, akar dari kesamaan yang kita semua miliki: dasar komunitas yang sebenarnya. Subjektivitas radikal—akar manusia "primitif"—hanya dapat diungkapkan seperti itu di ujung prasejarah, sebagai hasil dari proses prasejarah itu sendiri, dan sebagai dasar dari rahasia penggantinya.

78

"I am nothing, but I must be everything[38]." [s40]

Dalam kehancuran yang mengerikan dari "masyarakat" kontemporer ini, nihilis (produk umum dari masyarakat kontemporer), hanya memahami paruh pertama dari pernyataan di atas. I am nothing[39]. Oleh karena itu, sesuatu/hal yang lain hanya bisa kurang dari nothing bagiku. Dalam dunia keterasingan yang terbalik, itu adalah totalitas dari hal-hal (komoditas, uang, modal), itulah everything; dan, kita (para pekerja yang membuatnya) adalah “sampah”. Nihilis, seperti silogisme yang ditangguhkan di premis minor (seorang pemain akrobat yang jungkir-baliknya rusak di tengah-penerbangan). Baginya, logika kebenaran empiris ini (kebenaran pengalaman, kehidupan sehari-hari), tidak serta-merta jatuh ke kebalikannya (kesimpulannya yang diperlukan): I am nothing, but I must be everything!—kesimpulan yang akan membuatnya dirinya menjadi revolusioner.

Kita memproduksi komoditas, uang, dan modal. Kita memproduksi segala sesuatu yang membentuk kekayaan sosial. Kita harus menjadi “secara eksplisit” apa yang kita sudah [menjadi] “secara implisit”: everything! Menjadi-terlihat, menjadi-benar dari kebenaran sosial ini yang mengungkapkan proses total dari revolusi komunis.

VII. Kesenangan

79

Ekonomi politik borjuis (ilmu tentang nilai-tukar) selalu hanya merupakan kesadaran palsu tentang ekonomi, dan ilmu alienasi (keterasingan). [n1] Ini adalah pesan pertama dan terakhir dari kritik Marxian-nya. Dengan sekaratnya nilai-tukar, ilmu nilai-guna (dengan demikian, semua ilmu-ilmu konkret yang sekarang disatukan melalui penggunaan subjektifnya yang terpadu) akan menjadi satu-satunya ilmu yang berguna. Dan ilmu nilai-guna adalah ilmu kesenangan.

80

“Ekonomi riil—penghematan—terdiri dari penghematan waktu kerja (waktu kerja minimum, dan pengurangan biaya produksi seminim mungkin); tetapi penghematan ini identik dengan perkembangan produktivitas. Penghematan, oleh karena itu, tidak berarti melepaskan kesenangan, tetapi pengembangan kekuatan dan kapasitas produktif, begitupun kapasitas kenikmatan dan sarana kenikmatan. Kapasitas kenikmatan adalah kondisi kenikmatan dan sarana utamanya; dan kapasitas ini adalah pengembangan bakat individu, dan juga kekuatan produktifnya. Menghemat waktu kerja berarti meningkatkan jumlah waktu luang (waktu untuk perkembangan lengkap individu), yang sekali lagi bereaksi sebagai tenaga produktif terbesar pada tenaga produktif pekerja. Dari sudut pandang proses produksi langsung, hal ini dapat dianggap sebagai produksi modal tetap; modal tetap ini adalah manusia itu sendiri. Juga terbukti dengan sendirinya bahwa, waktu kerja langsung tidak dapat tetap dalam kontradiksi abstraknya dengan waktu luang seperti dalam ekonomi borjuis. Pekerjaan tidak bisa menjadi permainan [a1] seperti yang diinginkan Fourier; jasanya yang besarnya adalah bahwa, dia menyatakan bahwa: tujuan utamanya adalah untuk menaikkan ke tingkat yang lebih tinggi, bukan distribusi tetapi mode produksi. Waktu luang—yang mencakup waktu leisure[40] serta waktu untuk aktivitas yang lebih tinggi—secara alami mengubah siapapun yang menikmatinya menjadi orang yang berbeda, dan orang yang berbeda inilah yang kemudian memasuki proses produksi langsung. Orang yang sedang dibentuk menemukan disiplin dalam proses ini, sedangkan bagi orang yang sudah terbentuk itu adalah praktik (ilmu eksperimental) pengetahuan yang kreatif secara material dan pengetahuan objektifikasi-diri; dan, di dalam kepalanya sendiri terkandung kebijaksanaan masyarakat yang terakumulasi." [s41]

81

Kekurangan utama individu kontemporer adalah ketidakmampuannya untuk kesenangan. Kehidupan sehari-hari kita “dimiskinkan sebagian,” karena kita terbuka terhadap dunia; dan karena itu, terhadap kesenangan (pun rasa sakit) hanya dengan cara yang sempit dan terbatas. Ini adalah pertahanan (karakter-baju besi) yang kongruen dengan dunia yang dipenuhi dengan rasa sakit (dunia penderitaan) yang dulu dan sekarang adalah dunia kemiskinan dengan perjuangannya untuk eksistensi, "perang semua melawan semua," di mana “keterbukaan” berarti menjadi lemah, dan menjadi lemah berarti menjadi korban. Kontradiksi-diri dari egoisme borjuis menajam dan menjadi sadar hanya dalam lingkungan dunia baru keberlimpahan dan dunia kesenangan yang diramalkan oleh masyarakat borjuis, selama fase kemakmuran dari siklus ekonominya; Artinya, hanya ketika dinding yang mengunci rasa sakit mulai dirasakan dalam pengalaman sehari-hari sebagai dinding yang mengunci kesenangan. Perjuangan melawan organisasi sosial untuk rasa sakit dan perjuangan untuk organisasi sosial untuk kesenangan adalah perjuangan revolusioner.

Masalahnya saat ini—diformulasikan dengan cara lain—adalah karakter sempit dari "apropriasi nature dan human nature oleh manusia." [s42]

82

Dalam proses revolusioner, perjuangan adalah perjuangan kesenangan; kesenangan adalah kesenangan perjuangan.

83

Saat ini, orang-orang saling menindas karena kecilnya keinginan (hasrat) mereka; kemiskinan kebutuhan sosial mereka; kurangnya egoisme mereka yang lebih penuh (keserakahan yang lebih penuh). Kita meminta orang untuk meminta lebih, sehingga kita dapat meminta lebih banyak dan mendapatkan lebih banyak dari mereka—dapatkan apa yang hanya bisa kita dapatkan dengan diizinkan untuk memberi lebih banyak.

Kita tidak meminta banyak dari Anda: kita hanya meminta dari Anda egoisme Anda sendiri, dan kita melakukannya bukan karena altruisme, tetapi untuk alasan egoistik kita sendiri. Dari kedalaman kita sendiri, kita meminta kedalaman Anda. Tetapi dalam meminta Anda untuk itu, kita meminta Anda untuk memberikan semua yang Anda miliki; untuk memberikan segalanya.

84

“Kesadaran-diri manusia yang positif” [s43] hanya bisa menjadi egoisme tanpa rasa bersalah (hanya bisa berarti egoisme komunis); egoisme yang tidak mengecualikan kesenangan ego-ego lain, tetapi sebaliknya, mengambil atau mengapropriasikannya sebagai kesenangannya sendiri, memasukkannya untuk alasan egois kesenangannya sendiri.

85

Egois yang sadar diri secara negatif adalah egois yang bersalah, egois yang berjuang menurut hasratnya yang sempit dengan rasa bersalah; dan dengan demikian, bekerja melawan dirinya sendiri; menolak dirinya sendiri—menentang sebagian dari energinya sendiri untuk proyeknya sendiri.

Ini adalah energi yang saat ini terikat dalam rasa bersalah: dalam pengawasan-diri, dalam represi-diri—character-armour—yang, setelah dibebaskan dapat membangun dunia baru.

Orang-orang yang mencari—dengan hati nurani yang baik dan tanpa rasa bersalah—lebih banyak kesenangan untuk kehidupan sehari-hari mereka sendiri: mengandung seluruh revolusi.

86

Pengorbanan-diri selalu Kristen. Selalu.

87

'Ekspansi egoisme' mengacu tidak hanya pada ekspansi (identitas-diri) atas banyak diri pada satu waktu, tetapi juga pada ekspansi dari waktu ke waktu "pada" satu diri. Pengorbanan masa depan, (meninggalkan kesenangan semu masa depan) “yakni, kesenangan yang lebih besar” demi kesenangan yang lebih segera meski lebih kecil; itulah tepatnya pengorbanan, bukan sebaliknya. Individu yang bertanggungjawab harus memutuskan sendiri apa yang menjadi keuntungan terbesarnya: teori ini bukanlah moralitas yang dapat memutuskan (membuatkan keputusan) untuknya. Teori dan praktik egoisme yang diekspansi (diperluas) tidak akan harmoni dengan ideologi hedonisme apapun, begitupun dengan merek puritanisme apapun. Teori dan praktik ini tidak dapat dilepaskan dari kesadaran kesenangan “yang diperluas” yang kemungkinannya telah berkembang dalam proses kerja historis (dalam perluasan kapasitas, kekuatan diri, dan kebutuhan manusia). Dan, hal itu tidak dapat dipisahkan dari kesenangan kesadaran yang disiratkan dan dikandungnya, dan yang secara bersamaan mengandungnya. Disiplin diri, sebagai oponen langsung dari disiplin otoriter, yang dipaksakan secara eksternal dan diinternalisasikan—penggunaan hidup saya yang koheren untuk diri saya sendiri, menurut standar imanen saya sendiri dan untuk tujuan saya sendiri, dengan sendirinya sudah merupakan kesenangan bagi saya. Penguasaan-diri (penggunaan diri secara sadar dan efektif untuk diri saya sendiri di dunia) memang merupakan kesenangan-diri yang estetik. Ini adalah seni kehidupan [a1]

Ketika diri saya adalah karya dari seni saya sendiri dan seni dari karya saya sendiri, maka saya menikmati diri saya sendiri.

Kemudian, saya mengenal diri saya sebagai kekayaan—untuk diri saya sendiri dan juga untuk orang lain. Saya mengenal diri saya sebagai orang kaya (kaya dalam diri saya sendiri), sebagai orang kaya melalui kepemilikan-diri saya. Namun, kekayaan subjektif ini (kekayaan dalam diri yang saya miliki ini) juga adalah kekayaan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa: di luar masyarakat, atau tanpanya, semua kekayaan saya akan layu menjadi debu. Identitas diri saya dan masyarakat dibuktikan oleh fakta bahwa: ketiadaan eksistensi masyarakat menyiratkan tidak adanya eksistensi diri saya. Tapi, ini adalah identitas yang dialektis dan termediasi, bukan identitas yang formal, abstrak, dan langsung; identitas yang melestarikan dalam dirinya sendiri sebuah momen diferensiasi.

VIII. Seksualitas

88

“Hubungan langsung, alami, dan perlu antara human being dengan human being juga merupakan hubungan laki-laki-dengan-perempuan [n1] Dalam hubungan spesies natural ini, hubungan man/woman dengan nature secara langsung adalah hubungannya dengan man/woman, dan hubungannya dengan man/woman secara langsung adalah hubungannya dengan nature, dengan fungsi naturalnya sendiri. Dengan demikian, dalam hubungan ini terungkap secara sensual, direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, sejauh mana human nature telah menjadi nature bagi man/woman dan sejauh mana nature telah menjadi human nature baginya. Dari hubungan ini, seluruh tingkat perkembangan man/woman dapat dinilai. Dari karakter hubungan ini, terlihat seberapa jauh man/woman telah menjadi (become), dan telah memahami dirinya sendiri sebagai, species-being, human-being. Hubungan man dengan woman adalah hubungan paling natural antara human being dengan human being. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan seberapa jauh tingkah laku natural man/woman telah menjadi human, dan sejauh mana esensi human-nya telah menjadi esensi natural baginya, sejauh mana human nature-nya menjadi nature baginya. Hal ini juga menunjukkan seberapa jauh man/woman’s needs telah menjadi human needs, dan akibatnya seberapa jauh orang lain, sebagai orang, telah menjadi salah satu needs-nya, dan sejauh mana dia dalam eksistensi individualnya sekaligus eksistensi sosialnya.” [s44]

89

Pengalaman seksual yang kuat secara orgastik [n1] adalah pola dasar (arketipe) resonansi egoisme: kesatuan langsung dari mendapatkan-kesenangan dan memberi-kesenangan[41].

90

Saya tidak hanya ingin kehidupan seks yang lebih lengkap; Saya ingin seluruh hidup saya menjadi "kehidupan-seks"!

91

Sosialitas manusia mengungkapkan dirinya di tempat yang lebih kuat daripada sosiabilitas seksual dan solidaritas seksual. Mengungkapkan kekeliruan egoisme sempit, kebutuhan seksual lebih dalam dan lebih segera daripada yang lain—kebutuhan untuk menyentuh orang lain (tubuh orang lain); kebututuhan untuk dekat secara fisik (untuk membelai dan dibelai). Mungkin karena hasrat—egoisme sempit—untuk menyangkal inter-subjektivitas dari kebutuhan intersubjektif yang paling mendalam ini, sehingga begitu banyak penyimpangan dimulai: objektifikasi [a1] subjek yang menjadi tujuan kebutuhan ini.

Tapi di sini juga ada ambang, dan "penarik" [n1] di mana perluasan egoisme bisa berhenti: egoisme kolektif yang tidak pernah tumbuh lebih besar dari pasangan (couple), the collective of two; duo yang terisolasi (alias keluarga inti). Di sini kita memiliki kepercayaan yang menyatakan bahwa: proyek egoistik dapat memenuhi syarat untuk dirinya sendiri, jika hanya mencakup dua ego. Ini hanyalah bentuk lain dari ideologi antisosialisme; ideologi yang berusaha “menyangkal” unsur sosial dalam individu, diri, dunia personal, dan berakhir dengan peyangkalan dan pengurasan diri juga; berakhir dengan diri yang kosong. Menurut ideologi ini, hanya dunia personal, intim, dunia keluarga, dan dunia privat dari rumah-lah yang nyata. Dunia sosial—dunia “luar” yang aneh, gila, dan dingin—dianggap tidak nyata, meskipun dunia personal pasti terkait dengan dunia sosial, untuk mendukung dunia "nyata" yang sempit ini. Ideologi ini mengenal masyarakat hanya sebagai pelanggaran privasi. Ini adalah ideologi yang akan membuat dunia personal tetap sempit dan miskin, dan dunia sosial tetap mengancam dan asing. Akankah kita melampauinya? Apakah kita mau? Perlukah? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Anti-sosialisme kapitalis sekarang dengan cepat mencapai kesimpulan logisnya: kehancuran masyarakat. Atas pertanyaan ini, seluruh hidup kita dipertaruhkan.

92

Freud bahkan mendasarkan kasusnya untuk represi instingtual pada postulat kondisi abadi seperti yang dijelaskan di atas (dengan bantuan beberapa antitesis palsu [n1] yang khas). “Konflik antara peradaban dan seksualitas disebabkan oleh keadaan bahwa: cinta seksual adalah hubungan antara dua orang, di mana yang ketiga hanya akan tak berguna atau mengganggu, sedangkan peradaban didirikan di atas hubungan antara kelompok orang yang lebih besar. Ketika hubungan cinta berada pada puncaknya, tidak ada ruang tersisa untuk kepentingan apapun di dunia sekitarnya; sepasang kekasih merasa cukup untuk diri mereka sendiri, bahkan tidak membutuhkan anak yang mereka miliki bersama untuk membuat mereka bahagia”. [s45] Seperti kebanyakan panggilan untuk penegakan moral, ia mengasumsikan, tanpa sepengetahuan penulisnya (yang secara khas percaya sebaliknya, bahwa orang sudah menginginkan terlalu banyak dan sudah terlalu egois) bahwa keserakahan manusia tidak akan meluas melampaui domain (keserakahan) sempit tertentu.

93

Gerakan perempuan awal adalah salah satu dari sedikit lokus munculnya subjektivitas radikal yang hampir sadar-diri (self-conscious) di dalam Kiri Baru. Para perempuan yang menciptakan gerakan tersebut menolak untuk menunda perjuangan melawan penindasan khusus mereka sampai "setelah Revolusi".

Jika manusia telah mereduksi satu sama lain menjadi objek semu seksual, telah "mengobjektifikasi" [a1] satu sama lain secara seksual (hal ini sama sekali bukan satu-satunya cara atau cara paling mendasar di mana mereka "diobjektifikasi"). Ini hanyalah salah satu segi dari dehumanisasi dan de-subjekivikasi umum. Mengatasi “objektifikasi” spesifik ini, dari masalah yang paling subjektif diajukan oleh gerakan pembebasan perempuan awal, dan dinamai sebagai “seksisme” oleh para partisan gerakan itu, hanya bisa [diatasi] dalam bentuk subjektivitas seksual sebagai oponen dari “objektivitas seksual”, dan (perluasan) egoisme seksual sebagai oponen dari kewajiban seksual (pengorbanan diri, dan eksploitasi seksual). Solusi ini secara identik ditentang dengan berbagai arah yang diambil oleh ekspropriator ideologis gerakan perempuan di kemudian hari; yaitu negasi abstrak seksisme—kontra-seksisme (anti-maskulinisme): eksploitasi terbalik melalui manipulasi ideologis atas rasa bersalah laki-laki, pemantangan seksual, atau lesbianisme moralistik.

Akhir-akhir ini, semakin banyak perempuan merasa terpanggil untuk bertindak dalam peran baru—yakni, sebagai "sister”. Kegembiraan dari kesatuan abstrak awal telah digantikan oleh ancaman pengucilan untuk perilaku unsisterly[42]. Penindasan telah mengambil bentuknya yang baru: penindasan perempuan atas perempuan.

Bukan momen kehangatan dan keintiman sejati (komunitas autentik) dalam gerakan perempuan yang ingin kita kritik, tetapi justru ideologi yang akhirnya meracuni inilah [yang kita kritik].

“Komunitas” yang didirikan atas dasar gender masih merupakan komunitas abstrak, masih komunitas palsu; masih dominasi atas individu dan hasratnya melalui penggunaan kategori abstrak dan kualitas eksternal, oleh perwakilan ideologisnya. Komunitas semu dari "sister"—diasumsikan dan ditegakkan secara moral—masih merupakan komunitas yang didirikan di atas penindasan: represi subjektivitas radikal; representasi dan penegakan determinasi abstrak yang mendefinisikan sekelompok orang, dalam hal ini, gender [n1]—bertentangan dengan kekhususan konkret mereka dan determinasi-diri sadar mereka.

Para bos datang dalam semua gender, tidak kurang dari dalam semua warna. Berapa banyak penghinaan yang diperlukan untuk belajar bahwa: seorang bos yang memiliki warna kulit yang sama atau jenis kelenjar seksual yang sama "mengobjektifikasi" seseorang tidak kurang dari yang lain? Di lain waktu, ketika seorang birokrat feminis memanggil Anda sebagai "Sister", cobalah dengarkan nada suaranya. Mengapa ia merengek? Apakah kata-katanya seperti ancaman (atau seperti rantai)? Apa yang ia inginkan darimu? Apakah ia menginginkan subjek atau budak; seks, yang berarti abstraksi berjalan (atau seseorang)?

IX. Otoritas

94

Perkembangan manajemen-diri umum terhambat oleh, tepatnya, ketidakmampuan umum pada manajemen-diri—teror dalam pemikiran kebebasan; subjektivitas beku; kepribadian otoriter. Hal ini biasanya berbentuk ketakutan yang mengerikan dan ketidakpercayaan orang lain dalam situasi manajemen-diri yang revolusioner—"orang lain itu bajingan; "orang lain itu terlalu bodoh dan tidak bertanggung jawab untuk membuatnya berhasil," dll.—ketakutan yang valid, yang hanya bisa kita katakan bahwa semua orang benar tentang orang lain sampai saat ini.

Kepribadian otoriter pada dasarnya adalah kepribadian budak (kepribadian yang membutuhkan otoritas)—yang justru tidak dapat mengatur tanpanya. Struktur karakter ini menyembunyikan esensinya dalam peran tuan; dan mengungkapkan esensinya dalam peran budak. Masyarakat kapitalis adalah masyarakat yang didirikan di atas reproduksi yang diperluas dari kebiasaan tunduk, dari keterasingan (menyangkal) subjektivitas (kerja-upahan). Kaum proletar tepatnya adalah manusia yang didesubjektifkan—objek-semu—yang diperintah oleh subjek-semu (kapital) yang ia produksi dan reproduksi. Oleh karena itu, praktik revolusioner adalah praktik "subjektivikasi" [n1]; praktik reproduksi subjektivitas yang diperluas, atau subjek radikal. [n2] Detournement[43] moralisme (dari kritik-semu "keserakahan")—validasi dan perluasan egoisme—dengan demikian, merupakan momen penting dari praktik revolusioner. Dan inilah momen dari momen revolusioner itu.

Di luar kebutuhan otoritas, terdapat otoritas kebutuhan dan otoritas hasrat/keinginan.

95

Dalam setiap hubungan hierarkis, yang menundukkan dan yang tertunduk sama-sama membayar iurannya. Harga yang harus dibayar untuk "kemuliaan perintah" memang berat. Setiap tiran membenci tugasnya. Ia diturunkan untuk menyeret bobot mati dari potensi kreatif yang tidak aktif dari yang tertunduk di sepanjang jalan perjalanan hierarkisnya. Jelas, ini tidak bisa dibandingkan dengan jumlah energi-kesenangan yang dilepaskan dengan bermain-main dan dengan kesukarelaan (tidak dengan paksaan) ketika semua orang memainkan permainan. (Harga otoritas seseorang atas orang lain adalah jumlah total penerimaan seseorang atas otoritas yang sama atas dirinya sendiri.[44]).

96

Dalam masyarakat manajemen-diri (swakelola), pencegahan kemelaratan komunal, malpraktik sosial pada umumnya (tidak terpenuhinya rencana produksi, dll.) bergantung, bukan pada siapa yang menjadi otoritas, tetapi pada setiap orang (yang bersangkutan) yang menjadi otoritas terhadap kebutuhan dan hasratnya sendiri, kepentingannya sendiri. Dan ini berarti, memperluasnya kepentingan-pribadi; kepentingan-sosial. Ini berarti bahwa, siapapun harus memiliki otoritas-diri untuk mengacaukan orang lain yang mengotori komunal (menghalangi produksi yang disepakati bersama, dll.), dan harus tahu bagaimana melakukannya. Hanya aliran umpan-balik kritis-praktis dan dialog sosial tak-terpusat yang mampu mereproduksi masyarakat seperti itu. Akhir dari supervisi khusus hanya dapat terjadi dalam proses supervisi umum dan supervisi-diri kolektif. Akhir dari polis khusus tergantung pada regulasi-diri umum, yakni swa-kelola umum—setiap individu bertanggungjawab atas kebutuhan sosial masing-masing. Ini adalah kebalikan dari konsepsi represif, “polis-diri yang didasarkan pada polis eksternal saat ini (yang melayani kepentingan asing, dan diinternalisasikan sedemikian rupa).

97

Dalam masyarakat sosialis masa depan—jika memang demikian—setiap orang harus menjadi expert-nya sendiri (otoritasnya sendiri), tentang "savoir-vivre[45]”, tentang "bagaimana-untuk-hidup". Tidak akan ada otoritas yang lebih tinggi atas masalah tertentu selain majelis umum dari mereka yang mementingkan-diri sendiri dalam masalah itu.

98

Setiap risalah tentang teori praktik adalah "Traite de Savoir-Vivre[46]" [s46], "Risalah tentang Cara Hidup", terlepas dari apakah penulisnya sepenuhnya mengetahuinya atau tidak. "Bagaimana-untuk-hidup" hanyalah masalah umum dari teori praktik yang dinyatakan paling subjektif.

99

Kebebasan dari otoritas eksternal berart, menjadi otoritas Anda sendiri (otoritas-diri). Kebebasan = penguasaan-diri. Arti dari frasa "dunia tuan tanpa budak" [s47] hanya dapat dipahami dalam konsep penguasaan-diri. Tetapi, hal ini tidak dapat dibatasi pada penguasaan-diri "individual". Konsep penguasaan-diri individual sudah tentu mencakup momen penguasaan-diri sosial. Masyarakat komunis hanya dapat berarti, penguasaan-diri secara sadar atas totalitas produksi-diri sosialnya oleh produsen yang terasosiasi. Determinasi-diri, pemerintahan-diri sendiri, manajemen-diri—dalam arti yang diperlukan dan lengkap, tidak kurang. Nama umum dari masalah yang kita hadapi adalah “belajar bagaimana hidup;” dengan kata lain, secara sosial: bagaimana “berasosiasi”. [s48] "Hidup" di sini bertentangan dengan sekadar bertahan hidup, dan bertentangan dengan sekarat yang berusaha untuk hidup (sindrom "beautiful losers[47]"), dll. Namun, hal ini tidak ada (nothing) hubungannya dengan moralitas—nothing, artinya, untuk menghapusnya!

X. Moralitas

100

Pertanyaan moral lama tentang apakah seseorang "lebih memikirkan diri sendiri atau orang lain" akan berantakan ketika kita hanya memikirkan diri sendiri, dan alasannya adalah karena meniadakan keberadaan orang lain.

101

Inteligensi berakhir di mana moralitas dimulai. Moralitas berakhir di mana inteligensi (kecerdasan) dimulai. Teori praktik—kritik kesatuan atas semua ideology—pada saat yang sama harus menjadi kritik: tidak hanya terhadap segala moralisme, tetapi juga terhadap kemungkinan moralisme apapun. Semua moral adalah subjektivitas yang tidak diakui dan subjektivitas yang teralienasi. Semua moral adalah totem psikis (objek fetish mental) di mana fetisis moral menundukkan dirinya, membungkuk, dan menawarkan pengorbanan—menawarkan dirinya dalam pengorbanan. Setiap ideal adalah subjektivitas yang terpisah; bagian dari diri yang dipisahkan, dikeluarkan, dibekukan, dan dicengkram bagian diri lainnya. Ini adalah penipisan subjektivitas: hilangnya kebebasan (pilihan yang dibuat sebelumnya). Pembentukan ideal moral, pada saat yang sama merupakan penurunan mobilitas subjektif dan kemampuan manuvernya; sebuah bola-dan-rantai di pergelangan kaki penari; penyalahan-diri dan pelukaan-diri dalam tarian kehidupan.

102

Moralitas dan apa yang mengikat Anda dengannya (rasa bersalah-diri, bahkan rasa bersalah karena keberadaan) adalah beban yang sangat berat. Anda bisa membuangnya! Anda bisa melepaskan semua beban moral yang berat itu, sebelum ia menyeret Anda ke bawah! Anda tidak membutuhkannya! Itu hanyalah pengganti yang buruk untuk alat yang bagus dari kecerdasan praktis (kepentingan-diri yang diperluas: kesadaran-diri itu sendiri).

Kapan, jika saya harus menghadapi kontradiksi antara abstraksi berguna yang telah saya buat (mengenai praktik saya), dan kepentingan-diri konkret saya dalam situasi tertentu; jika saya meninggalkan hasrat konkret saya demi praktik abstraksi itu (generalisasi belaka itu), karena alasan penghormatan abstrak terhadap "konsistensi", yang dangkal, atau katakanlah, atas perintah orang lain, yang mengancam saya dengan kata "munafik", maka saya akan memproyeksikan abstraksi itu ke sebuah posisi di atas diri saya sendiri, membekukannya menjadi "prinsip" [n1], menjadi moral, dan saya akan mereproduksi [diri] sebagai ideolog orang lain yang telah menegur saya dibandingkan dengan moral itu, dengan menjadi rentan terhadap (dia telah mengambil alih representasi diri saya yang telah saya dirikan maafkan), dan menggunakannya melawan diri saya yang sebenarnya. Sebagai generalisasi belaka, abstraksi praktis—sebagai teori—telah saya sangkal sendiri dalam praktik, [membuktikan ketidakabsahannya melalui contoh ini. Tetapi sebagai reifikasi moral, sebaliknya, ini adalah kewajiban saya untuk mematuhinya. Bukan aku, tapi "itu" adalah tuanku: "itu" memberiku perintah, aku mengalienasikan hasratku ke dalamnya; "Itu" adalah subjek praktikku, dan aku adalah objek "nya".

103

Proyeksi subjektivitas saya, yang dipupuk oleh rasa bersalah, mencuat dari kepala saya seperti begitu banyak handle (pegangan) yang ditawarkan kepada para manipulator dan ideolog mana pun (yang ingin menguasai saya) dan kepada yang keterampilan trade-nya adalah kemampuan untuk merasakan handle semacam itu.

Hanya ketika saya menghilangkan rasa bersalah saya, ketika saya membebaskan diri untuk menjadi egois tanpa malu, ketika saya memahami keegoisan sebagai satu-satunya “tugas” saya—merawat diri saya sendiri sebagai tanggung jawab sosial pertama saya—maka saya bisa bebas.

104

Kritik terhadap hubungan totemik, yang dijelaskan oleh Feuerbach [s49] dalam kaitannya dengan agama, kemudian diterapkan pada ekonomi politik oleh Marx [s50], dan belakangan dikembangkan sepihak oleh terapis Gestalt (khususnya Perls [s51]), menempatkan inversi yang terletak di jantung semua dominasi dan perbudakan-diri. Fetisisme atau proyeksi totemik juga terletak di jantung setiap ideologi moral, yang terungkap juga dalam pengamatan bahwa: setiap ideologi adalah moralisme dan rencana sosial untuk alokasi rasa bersalah. Meskipun dapat digunakan secara tepat untuk tujuan yang sama, ideologi secara umum, dan moralisme pada khususnya, pada dasarnya adalah cara eksploitasi yang lebih canggih dan halus, sebagai oponen dari paksaan telanjang.

105

Rasa bersalah saya tentang hasrat saya yang membuat saya rentan terhadap eksploitasi ideologis oleh orang lain, dan yang memotivasi saya dalam membuat alasan dan pembenaran (rasionalisasi) dalam hal ideologi dominan (ideologi yang saya biarkan mendominasi saya). Trik ideologi terdiri dari ini: untuk menghadirkan kembali hasrat dalam bentuk universal yang semu—artinya, tidak egois, altruistik—dan hal itu tidak dapat dicela (karena selalu dalam istilah abstrak "kepentingan umum"). Untuk mendamaikan diri dengan ideologi saya, saya harus menjadikan diri saya pembohong. Tapi ini adalah permainannya pecundang. Para pengacara dari kelas dominan sudah menyiapkannya terlebih dahulu, dan di sinilah saya berada (di medan mereka). Nilai guna dari generalisasi praktis adalah nilai teori—kecerdasan praktik manusia; pengetahuan tentang cara, teknik, dan konsekuensi. Nilai guna moralitas adalah ideologi—untuk mendominasi orang lain, untuk mencoba mendapatkan apa yang diinginkan dengan cara yang sangat egois, dengan merepresentasikannya sebagai tidak egois (universal); dalam iklim di mana keegoisan yang transparan, dan transparansi tentang hasrat, tidak ditoleransi (dihukum).

106

Dalam negasi abstrak dari moralitas (antitesisnya belaka)—khusunya yang khas dari mentalitas Situationis—moralisme diubah menjadi anti-moralisme, yang sebenarnya hanya moralisme anti-moralisme, dan sama sekali bukan kebalikan dari moralisme. Menurut substruktur logis dari ideologi ini, seseorang memiliki kewajiban untuk setiap saat melakukan apa yang tidak bermoral menurut ideologi dominan—yaitu, ideologi yang masih didirikan dan dikuasai oleh kaum Situasionis, meskipun di sini dalam bentuk negasi. Dengan demikian, secara abstrak dituntut untuk hidup dengan mencuri, mempraktikkan pergaulan seks bebas, hidup dalam kemelaratan, putus sekolah, tidak pernah bekerja, dll., dll. Secara kualitatif hal ini masih jauh dari negasi determinasi moralisme sebagaimana adanya moralisme itu sendiri.

107

Adapun diri kita sendiri, kita tidak memiliki moralitas. Kita hanya memiliki perasaan kita, kebutuhan kita, hasrat kita; pikiran kita, kesadaran kita, pengetahuan praktis kita tentang konsekuensi praktis, pada setiap tahap perkembangan kita. Singkatnya, subjektivitas kita, diri kita sendiri. Belas kasih tidak perlu dipaksakan dari kita; ia datang secara alami. Kita merasakan penderitaan orang lain, serta kegembiraan mereka, karena kita terbuka untuk merasakan penderitaan kita sendiri.

108

“Penghapusan agama sebagai kebahagiaan ilusif manusia adalah tuntutan atas kebahagiaan sejati mereka. Panggilan untuk meninggalkan ilusi tentang kondisi mereka adalah panggilan untuk meninggalkan kondisi yang membutuhkan ilusi. Kritik mereka terhadap agama, oleh karena itu, merupakan embrio kritik terhadap lembah air mata ini, di mana agama adalah lingkaran cahayanya.”

“Kritisisme telah memetik bunga imajiner dari rantai, bukan agar manusia memikul rantai tanpa perubahan atau penghiburan, tetapi agar ia melepaskan rantai dan memetik bunga hidup. Kritik terhadap agama mengecewakan manusia sehingga ia akan berpikir, bertindak, dan membentuk realitasnya sebagai manusia yang telah kehilangan ilusinya dan mendapatkan kembali akalnya; sehingga dia akan berputar tentang dirinya sendiri sebagai matahari sejatinya sendiri.

Agama hanyalah matahari ilusif di manusia berputar selama ia tidak berputar tentang dirinya sendiri.” [s52]

Seperti halnya agama, begitupun dengan proyeksi lainnya, individu dan kolektif (komoditas, uang, modal, negara, ideologi dari setiap deskripsi, moralitas khususnya, institusi [hierarkis] yang direifikasi dari segala jenis—semua subjek-semu. Coba gantikan mereka!)

109

“Kritik terhadap agama diakhiri dengan doktrin bahwa: manusia adalah keberadaan tertinggi bagi manusia. Oleh karena itu, hal ini berakhir dengan imperatif kategoris untuk menggulingkan semua kondisi di mana manusia adalah makhluk yang terhina, diperbudak, rendah dan ditolak." [s53]

110

Kritik moralitas berakhir dengan doktrin bahwa: Anda adalah keberadaan tertinggi bagi Anda. (Artinya, keberadaan Anda, kesadaran-diri Anda, keberadaan Anda untuk diri sendiri, adalah media yang diperlukan di mana semua nilai lain—yang membentuk atau memberikan konten pada nilainya—termasuk niai saya untuk Anda, atau diri saya sendiri sebagai salah satu dari Anda, menjadi keberadaan bagi Anda. Jika Anda harus kehilangan keberadaan Anda, maka semua keberadaan lain, dan dengan demikian semua nilai, akan hilang dari Anda. Lebih jauh dan lebih konkret, sejauh kita memproduksi secara sosial, dan bahwa kita memproduksi masyarakat; bahwa kita bertukar kekuatan-diri dan objektifikasinya, bahwa kita bergantung satu sama lain untuk reproduksi diri kita sendiri, maka kehilangan saya, atau hilangnya saya, adalah kehilangan Anda, dan deplesi[48] diri Anda). Oleh karena itu, ini berakhir dengan imperatif kategoris untuk menggulingkan semua kondisi di mana Anda (subjek), tunduk pada sesuatu—beberapa fetish, beberapa totem, beberapa proyeksi, beberapa reifikasi, beberapa penyebab, beberapa ideal, beberapa moral, beberapa prinsip, beberapa subjek palsu—beberapa yang dianggap "lebih tinggi dari diri Anda."

111

Apa penyebab atau ideal yang ada, proyeksi apa dari diri Anda yang bisa lebih tinggi bagi Anda daripada Anda (sumbernya)? Apa di luar diri Anda yang Anda hargai yang dapat menjamin pengorbanan Anda? Nilai apa yang tidak akan hilang jika Anda kehilangan diri sendiri? Sesuatu bisa menjadi nilai bagi Anda hanya jika ia mencakup dan melestarikan di dalamnya diri Anda (fondasi yang diperlukan dari semua nilai Anda). Ketika Anda kehilangan diri Anda, semua pancaran diri Anda dan semua nilai di dunia yang Anda afirmasikan juga hilang untuk Anda; terputus dari akarnya.

Mengambil risiko adalah masalah lain. Anda harus mempertaruhkan diri Anda untuk mendapatkan nilai apapun; Anda harus mempertaruhkan diri Anda untuk mendapatkan diri Anda kembali dengan lebih kaya. Yang disebut pengecut bukanlah praktik realisasi yang diungkapkan di atas, tetapi kebalikannya: terlalu sedikit nilai yang ditempatkan pada diri sendiri, dan pada nilai-nilai serta orang lain yang menjadi bagiannya, sehingga seseorang gagal mempertahankan diri dalam arti yang diperluas, atau kesalahan “bertahan hidup untuk hidup” belaka.

112

Bukan hanya hasrat dan kecenderungan “egoistik" yang sempit, yang terus-menerus direpresi (secara moral, sementara pada saat yang sama diperkuat secara praktis) dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang diprivatisasi, tetapi juga—sungguh, lebih dari itu—"non-egoistik", yang disebut kecenderungan "tidak egois": gregariousness natural, solidaritas spontan manusia, kasih sayang alami dan empati, keramahan dan cinta sederhana. Ada energi yang setiap hari diproduksi manusia yang bertujuan untuk kepuasan sosial dan yang, jika tidak puas, secara sosial berbalik melawan dirinya sendiri, menjadi depresi, penarikan diri, dll. Tidak seperti masyarakat kesukuan, di mana "tendensi tidak egois" ini membentuk dasar utama kelangsungan hidup sosial; dalam masyarakat kita, masyarakat kapitalis yang berkembang (terlambat), emosi-emosi ini hanya muncul sesekali, secara luar biasa. Dalam akumulasi besar modal (kapital) konstan dan variabel [n1] yang sekarang dikenal sebagai "kota", represi yang terus-menerus terhadap tendensi ini semakin menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup. Dengan semakin jarangnya perasaan-baik sosial lewat di antara orang asing di jalan. Setiap orang asing paling baik pun dianggap musuh. Dan sarang semut yang padat ini adalah dunia orang asing. Fenomena yang berkembang dari pembunuhan massal dan acak dapat dipahami sebagai kemenjadian nyata dari apa yang selalu penting bagi masyarakat kapitalis, yang sekarang memasuki ekstremitas historisnya: "perang semua melawan semua" menjadi bersenjata. [a1]

Setelah dianestesi—dimulai pada awal kehidupan individu—hasrat dan tendensi sosial ini biasanya dapat dibangkitkan kembali hanya secara salah, artifisial, dan dengan paksaan. Karenanya, keyakinannya adalah bahwa: emosi-emosi ini perlu ditegakkan melalui manipulasi rasa bersalah. Siapapun yang masih memanifestasikan tendensi seperti itu dalam bentuk langsung dan spontannya hingga dewasa muda, segera dicurigai (atau paling banter), dianggap "naif" dan "bodoh" karena "idealisme" dan/atau "kekanak-kanakannya" (terlepas dari semua dalih altruistik dari masyarakat resmi): tendensi emosional ini dilihat sebagai kelemahan (yang, dalam masyarakat keterasingan, mereka tidak diragukan lagi, sampai/kecuali seseorang mengembangkan kesadaran penuh tendensi ini dan konteks sosialnya: menyesuaikannya sebagai bagian dari proyek revolusioner).

113

Saya mendengarkan kritik karena saya serakah. Saya mendengarkan kritik karena saya egois. Saya tidak akan menyangkal diri saya dari wawasan orang lain. Tetapi, kritik egoistik adalah nilai-guna atau bukan apa-apa; nilai-guna tidak hanya untuk penerimanya, tetapi juga untuk pendonornya. Saya tidak akan repot-repot mengkritik seseorang yang tidak saya minati. Segala yang lain akan menjadi layanan yang diberikan kepada yang ideal (proyeksi moral)—hanya seorang moralis yang berusaha melawan apa yang bertentangan dengannya (moralnya), secara merata di seluruh berbagai ruang-waktu; hanya ideal yang “abadi” dengan cara ini. Sedangkan aku, fana. Libido saya terkonsentrasi di sekitar diri saya; intensitasnya turun secara eksponensial dengan jarak subjektif dari sumbernya.

Kritik egoistik ini adalah kebalikan dari "kritik dan kritik-diri" masokistik dan ritual (spektakuler) terhadap moralitas Maois. Kritik otoriter bertujuan untuk represi saya, untuk memperkuat dan mereproduksi kepasifan dan penghambaan, untuk mempertahankan kebiasaan tunduk. Ini bertujuan untuk melemahkan subjektivitas saya alih-alih memperkuatnya, untuk membuat saya menjadi kepribadian otoriter—seorang budak.

Kritik egoistik, sebaliknya, bertujuan untuk memperkuat saya, demi kepentingan mutual diri saya dan kritik saya, untuk kepentingan kekayaan dan proyek kita bersama. Ini adalah kritik yang imanen, kritik terhadap saya untuk kepentingan saya sendiri. Dengan cara yang sama, agar kritik semacam itu dimungkinkan, agar kritik seseorang dapat "menarik" saya; saya harus melihat diri saya di dalamnya, dan mereka di dalam diri saya sendiri. Kita harus berbagi kepentingan yang sama, komunitas yang konkret.

114

Kritik terhadap ideologi revolusioner—baik anarkis maupun Leninis—dengan moralitas kolektivis pengorbanannya dan, khususnya, kritik terhadap Maoisme dengan moralitas kemiskinannya; mengungkapkan sekali dan untuk selamanya kemiskinan dari semua moralitas.

Dan ini dalam artian ganda. Pertama, dalam moralitas adalah produk ideologis kemiskinan; tentang keadaan terbelakang dari tenaga produktif manusia, dan khususnya perpecahan kepentingan “umum” dan “khusus”, yang akarnya adalah pembelahan-diri masyarakat; kelas sosial. Moralitas adalah ekspresi antagonisme kelas yang tidak dapat didamaikan. Ia menempatkan kepentingan umum sebagai proyeksi dari situasi sosial di mana ia hanya dapat ditemukan sebagai kontradiksi. Dalam moralitas, kontradiksi direpresentasikan sebagai identitas abstrak dari kepentingan semua manusia, sebagai kepentingan abstrak manusia yang tidak memiliki eksistensi sosial yang nyata. Kedua, dalam arti bahwa: moralitas—yang merupakan proyeksi, atau penyangkalan-diri—adalah deplesi kekayaan sosial yang nyata, deplesi subjektivitas, kekayaan diri.

115

Subjektivitas kita dan penemuan(kembali)-diri kita di setiap tempat dan di sini (reproduksi-diri kita) adalah satu-satunya jaminan yang mungkin bagi subjektivitas kita. Kita harus terus-menerus memenangkan kembali diri kita sendiri. “Egoisme komunis” bisa dijadikan ideologi. “Hak untuk serakah” bisa diubah menjadi moralitas. Mudah. Tidak ada objektifikasi yang kebal. Ideologi ini dimulai setiap kali beberapa birokrat—karena tindakan ini akan menegaskan keberadaan-nya—mencoba untuk memerintahkan saya, atas nama "kepentingan-pribadi" saya, untuk berhenti dari beberapa aktivitas yang telah saya lakukan dengan bebas, dengan alasan bahwa: itu adalah pengorbanan (“secara objektif”) dan saya membiarkan dia lolos begitu saja. (Di sini terungkap kebohongan representasi: dia mewakili saya bahkan melawan diri saya sendiri—dia memiliki "saya", lebih "saya" daripada saya.) Jika saya terus begini, skenario terakhir dapat dengan mudah dibayangkan: beberapa birokrat menodongkan pistol ke arah saya sambil berkata: "Atas nama kepentingan-pribadi Anda yang diperluas (kepentingan proletariat secara keseluruhan), kita telah memutuskan bahwa yang terbaik bagi Anda adalah ... kita membunuh Anda" dan menarik pelatuknya. (lih. Kronstadt, ideologi National Caucus of Labor Committees, dll.). [n1]

116

Dalam situasi revolusioner, dibutuhkan lebih dari sekedar keinginan untuk mencegah munculnya birokrasi. Akar birokrasi terletak pada penyangkalan diri pribadi [a1], dalam memperlakukan diri saya dan hasrat saya secara birokratis, singkatnya, menjadi birokrat dengan diri saya sendiri. Negasi abstrak dari bentuknya yang dilembagakan adalah, seperti datang dengan seember air setelah rumah itu habis terbakar. Dalam setiap rasionalisasi dan keragu-raguan, dalam setiap kegagapan dan menelan keinginan, kegagapan dan menelan resentment[49], miskomunikasi dan penghinaan rahasia, terhadap benih-benih kematian kita (Thermidor[50] kita). Hasil logis dari setiap penyangkalan diri oleh setiap revolusioner adalah kemenangan kontrarevolusi dan pemerintahan Bolshevik lagi.

"... Hal itu selalu merupakan prinsip kebergunaan penderitaan dan kerelaan pengorbanan yang membentuk dasar paling kokoh untuk kekuasaan hirarkis." [s54] Saat Anda duduk dengan pasif sementara tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan, Anda sedang mempersiapkan tanah untuk kehancuran Anda sendiri.

117

Kita berada di ambang kebebasan hanya ketika dapat dikatakan dari diri kita masing-masing bahwa: “dia (she/he) telah menjadi begitu memberontak, begitu tak tertahankan, dan begitu susah diatur sehingga dia tidak dapat dikuasai oleh apapun selain dirinya sendiri” (yakni, antara lain, ketika tidak ada proyeksi atau reifikasi dari sebagian diri kita yang mampu [lagi/akan] untuk berhasil menguasai kita.).

118

"Permainan" [a1] adalah bentuk baju besi, ideologi adalah "permainan", character-armour adalah permainan peran kompulsif, "skrip" adalah citra-diri yang diproyeksikan melalui waktu (spektakel-diri temporer). Dalam panas putih tindakan pemahaman mereka sebagai pengalaman hidup dan sebagai praksis interpersonal yang terjadi di sekitar kita, nama-nama ini, dan konsep yang mereka namai permainan, baju besi, ideologi, peran, karakter, dan skrip, melebur menjadi satu.

Spektakel-diri, diri yang spektakuler—representasi-diri—akan dianggap perlu (nilai guna yang diperlukan, alat interpersonal yang diperlukan); pada kenyataannya, sebuah "perlengkapan bertahan hidup (survival kit)", sehingga direproduksi, selama (1) disonansi[51] egoisme (totalitas kondisi yang secara umum dikenal sebagai "kemiskinan", "kelangkaan", keberlakuan, dan akibatnya), (2) orang tidak cukup sering mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menjadi transparan satu sama lain (hanya dengan memintanya), dan , (3) mereka tidak dapat/mau mengambil risiko untuk meminta (pertaruhan transparansi, baik karena takut akan rasa sakit karena penolakan atau karena keputusasaan akan kebutuhan mereka); dan karena itu, lebih memilih untuk mengekstraksi apa yang mereka dapat dengan cara memutar (dengan dalih dan penipuan, umpan dan tipu daya)—singkatnya, dengan cara yang tidak transparan.

Presentasi diri yang spektakuler dalam kehidupan sehari-hari (organisasi personal dari penampilan palsu: persona)—sebagiannya kompulsif dan tidak disengaja, terutama dalam muscle armour[52]; kebohongan kecil. Ini adalah sarana rute yang licik menuju realisasi hasrat. Di bagian sadar-nya, diri akan “terpaksa” selama cara yang lebih langsung (transparansi) tidak bekerja lebih baik. Di bagiannya yang lebih tidak sadar (kompulsif), diri adalah sasaran represi dan dominasi (seringai meringkuk dari anjing yang dicambuk, membeku menjadi postur[53].

Karakter-baju besi memang merupakan bentuk keterlibatan masyarakat dalam spektakel. Bukan berarti: merasa bersalah (tentang character-armour seseorang) akan akan melakukan apapun, selain memperburuk masalah ini.

XI. Revolusi

119

“Kekuatan produktif dan hubungan sosial—dua sisi yang berbeda dari perkembangan individu sosial—tampak “menjadi” dan “merupakan”, sarana bagi kapital, untuk memungkinkannya berproduksi dari dasarnya yang sempit. Tapi, pada kenyatannya itu adalah kondisi material yang akan menghancurkan fondasi ini." [s55]

120

Pada akhirnya, egoisme adalah satu-satunya teman kita; dalam analisis terakhir, keserakahan adalah satu-satunya hal yang bisa kita percayai. Setiap revolusioner yang dapat diandalkan, hanya dapat berada di dalamnya untuk dirinya sendiri. Orang-orang yang tidak egois selalu dapat mengalihkan kesetiaan dari satu proyeksi ke proyeksi lainnya. Lebih jauh lagi, hanya orang yang paling serakah yang dapat diandalkan untuk menindaklanjuti proyek revolusioner mereka. Orang lain yang kurang serakah selalu bisa dibeli untuk menghentikan diri mereka sendiri.

121

Keperluan praktis akan keserakahan dan kebenaran pernyataan kita tentang kegagalan yang ditimbulkan oleh keserakahan yang tidak cukup serakah ditunjukkan terus menerus dalam sejarah gerakan revolusioner modern. Sama seperti pada tahun 1871, ideologi yang diinternalisasi dan segelintir penjaga yang menyedihkan, sudah cukup untuk menghalangi Komunard bersenjata dari merebut Bank Nasional Prancis pada saat uang sangat dibutuhkan. Demikian pula, pada tahun 1968 insurgen Prancis (dibingungkan oleh serikat buruh dan Ideologi anarko-sindikalis) gagal memahami seluruh dunia di sekitar mereka sebagai properti sosial (dan karenanya, milik mereka) dan dengan demikian cenderung membatasi pengorganisasian diri di tempat kerja "mereka sendiri". Meskipun serakah dan egoistik dalam hak mereka sendiri, kedua gerakan ini menjadi korban mistifikasi (fetisisme wilayah yang diprivatisasi). Dalam kedua kasus tersebut, kaum revolusioner ditinggalkan dalam keremehan: hanya pemilik menyedihkan dari fragmen-fragmen revolusi (fragmen-fragmen ini pada dasarnya telah menjadi nol). Dalam kedua kasus itu, serakah adalah keserakahan terbatas (dalam teori dan spirit mereka) yang menyebabkan kekalahan praktis (bahkan militer) dari revolusi ini. Arti dari “Aku bukan apa-apa, tetapi aku harus menjadi segalanya” Marx, mengungkapkan kebenarannya sepenuhnya ketika kita menyadari bahwa: hanya ketika kita menjadi segalanya, kita akan berhenti menjadi “nothing”.

122

“Revolusi berhenti, segera setelah perlu dikorbankan untuk itu.” –graffiti, Paris, Mei-Juni 1968. [s56]

123

Revolusi sosial adalah ketika manusia sosial (individu sosial) bangun di dalam hidup, terbangun dari mimpi buruk kehidupan yang diprivatisasi.

124

Revolusi adalah momen sosial runtuhnya semua proyeksi. Pada momen revolusi sosial saat ini (masa kini historis), kehadiran sejarah terbuka seperti langit.

125

Jangan terlalu takut. Apa yang tersisa setelah runtuhnya semua proyeksi adalah Anda, diri Anda, tepatnya di dalam diri Anda yang bukan proyeksi diri. Jangan panik—Anda telah tersesat begitu lama, mungkin Anda perlu beberapa saat setelah air bah untuk menemukan diri Anda lagi, di sana di pusat segalanya. Apres le deluge, moi! Setelah air bah: kamu!

Dan diri Anda tidak akan ditemukan sendirian.

126

Jalan menuju evolusi lebih lanjut melewati revolusi. Jalan yang menuntun dari bertahan hidup menuju kehidupan melewati lembah bayang-bayang kematian. Kita telah memutuskan untuk pergi (mengambil taruhan) untuk diri kita sendiri. Apakah Anda ingin ikut dengan kami, untuk diri Anda sendiri? Kami menginginkanmu. Kami membutuhkanmu. Kamu yang memutuskan.

FOR ourselves!
1 Mei 1974

Catatan-Catatan:

(Notasi,

Anotasi,

dan

Sitasi)

I. Notasi

Tesis 3

n1

Yang kita maksud dengan hubungan "transparan" adalah hubungan yang melampaui duplikasi; hubungan di mana yang esensial juga terlihat, yaikn, di mana esensi muncul. “Transparansi” adalah ketika Anda dapat melihat fenomena sosial dari permukaan hingga ke intinya; ketika kebenarannya terlihat di permukaan. Sebaliknya, hubungan sosial masyarakat kapitalis buram; ditembus melalui kontradiksi antara penampilan dan esensi; sesuatu adalah, lebih sering “terlihat kebalikan dari apa yang tampak”. Misalnya, dalam modal (imperatif sosial yang nyata dari produksi nilai-guna maksimal)—"kita di sini untuk melayani Anda"; "Untuk menghasilkan produk yang berkualitas", dll.—menyembunyikan motif tersembunya: produksi nilai-tukar maksimal, yakni profit; dan imperatif esensial yang tersembunyi ini mengungkapkan dirinya hanya ketika jika kedua imperatif tersebut saling bertentangan … dalam hal ini, nilai-guna dikorbankan untuk nilai-tukar (keusangan yang direncanakan, produksi produk yang tidak berharga, produk iseng, perusakan tanaman dan produk lain untuk menjaga harga tetap naik; dan secara umum, kecenderungan semua produk yang diproduksi sebagai komoditas-kapital menurun kualitasnya dari waktu ke waktu; “kecenderungan nilai-guna pun turun”. Marx membayangkan munculnya transparansi dalam hubungan sosial sebagai aspek munculnya masyarakat komunis, dalam kata-kata berikut:

“Marilah kita sekarang membayangkan diri kita, melalui perubahan, sebuah komunitas individu bebas, menjalankan pekerjaan mereka dengan alat-alat produksi yang sama, di mana tenaga-kerja dari semua individu yang berbeda secara sadar diterapkan sebagai tenaga-kerja gabungan dari komunitas .... Hubungan sosial dari masing-masing produsen, baik berkaitan dengan tenaga kerja maupun produknya, dalam hal ini sangat sederhana dan dapat dipahami, dan yang berkenaan dengan ‘tidak hanya produksi tetapi juga distribusi’ ... akhirnya kemudian (mistifikasi) dapat—dalam hal apapun—lenyap, ketika hubungan praktis kehidupan sehari-hari tidak menawarkan kepada manusia apapun, kecuali hubungan yang secara sempurna dapat dipahami dan masuk akal sehubungan dengan sesamanya dan dengan Alam ...."

—Karl Marx, Capital, A Critique of Political Economy, buku I, International Publishers, (New York, 1967). hlm. 78–79, dalam Bab 1, Bagian 4: "The Fetishism of Commodities and the Secret Thereof”.

n2

Karakter: Struktur khas individu, cara stereotipnya dalam bertindak dan bereaksi. Konsep orgonomis karakter adalah fungsional dan biologis, dan bukan konsep statis, psikologis atau moralistik.

Character Armour: Jumlah total dari sikap karakter yang khas, yang dikembangkan seseorang sebagai penghalang terhadap kegembiraan emosionalnya, yang mengakibatkan kekakuan tubuh, kurangnya kontak emosional, "kematian". Secara fungsional identik dengan baju besi otot (muscular amor).

—Wilhelm Reich, The Function of the Orgasm, Meridian (New York. 1971), Glosarium, hlm. 359–360.

Secara umum, character-armour dapat dilihat sebagai mode beku dari perilaku normal lainnya—intinya adalah ketidakmampuan individu untuk memilih atau mengubah aspek tertentu dari perilakunya. Secara metaforis, ini adalah perisai tak terlihat yang menghalangi ekspresi dan persepsi "inti" seseorang (subjektivitasnya), menjaganya dari permukaan dan biasanya dari kesadaran. Ini adalah diri yang tidak autentik—fiktif atau non-self—yang menyembunyikan dan menyimpan diri yang sebenarnya.

Modus perilaku tidak disengaja yang mencirikan armour umumnya "dipelajari" selama masa kanak-kanak sebagai tanggapan "rasional" terhadap dunia yang irasional dan menindas. Dengan demikian, armour pada dasarnya bukanlah sesuatu yang terletak pada setiap individu, tetapi pada hubungan sosial; lapisan tidak berperasaan, mematikan diri dan orang lain, dibangun dalam keausan (anti-)interaksi sosial; dalam penderitaan dan bahaya terus-menerus dari pergaulan yang teralienasi. Hal ini ditunjukkan dalam observasi berikut: merubah relasi sosial seseorang dan armouringnya, penyesuaian karakternya, juga akan mulai berubah untuk beradaptasi kembali, menjadi kongruen kembali dengan kehidupan sosialnya, relasi barunya. Dengan demikian, adalah keliru untuk menempatkan armour hanya pada individu yang diambil secara terpisah, meskipun benar bahwa hubungan sosialnya, caranya berhubungan dan bertahan secara sosial, dapat "direfleksikan"—dipetakan ke tubuhnya—dalam bentuk muscular armouring; dari pola kontraksi kronis di berbagai segmen otot.

Dengan demikian, character-armour adalah (1) aspek pribadi dari spektakel. Ini adalah organisasi pribadi dari penampilan palsu: representasi-diri; spektakel-diri. Ini adalah citra-diri yang ingin ditunjukkan seseorang kepada orang lain; yang dipasang di "depan"; peran yang dimainkan seseorang: "reputasi" yang terakumulasi. Motif permukaan yang diproyeksikan milik karakter pada saat yang sama merupakan penyangkalan dan penindasan permukaan dari motif tertentu yang terlarang dan tidak diizinkan, yang bertahan di bawah permukaan karakter sebagai motif tersembunyi, disadari atau tidak. Di bagian yang lebih sadar, motif tersembunyi ini mengekspresikan diri mereka sebagai karakter dalam bentuk kebohongan, kecurangan, tipu muslihat, penipuan, kemunafikan, dll.—semua itu merupakan latar belakang panggung spektakel "karakter yang baik" yang sudah familiar. Karakter adalah lokus dari duplikasi interpersonal—tepatnya "duplikasi" diri (lih. Karl Marx, "Theses of Feuerbach", tesis IV, dalam The German Ideology, Progress Publishers (Moscow, 1968). Hlm. 666, lihat juga pernyataan Marx dalam Pendahuluannya untuk A Contribution To The Critique of Political Economy, “Sama seperti pendapat kita tentang, seorang individu tidak didasarkan pada apa yang dia pikirkan tentang dirinya sendiri, jadi kita tidak dapat menilai periode transformasi seperti itu dengan kesadarannya sendiri." Dalam Lewis Feuer, op. cit., hlm. 44.)

Character-armour juga (2) aspek pribadi dari kapital. Dalam kaum proletar, karakter adalah lokus dari "kodrat" sebagai komoditas, nilai-guna kapital sebagai objek-semu yang patuh, dan karenanya nilai-tukarnya—daya eksploitasinya—sebagai "tenaga-kerja"; sebagai pekerja. Character-armour adalah lapisan yang mengelilingi dirinya; sebuah perisai yang melindungi dunia dan pseudo-diri dari potensi subjektivitasnya sendiri. Hal itu dibangun melalui tahun-tahun waktu-kerja sosial yang panjang—waktu yang diberikan kepadanya oleh individu lain—orang tuanya, pendeta, guru sekolah, polisi, dan otoritas apapun, termasuk kelompok sejawatnya sendiri—dan merupakan bagian dari waktu kerja yang diperlukan secara sosial. untuk menghasilkan orang miskin proletar yang dapat digunakan dari bahan mentah manusia yang tersedia, karenanya termasuk dalam nilai-(tukar) tenaga-kerja. Ini adalah "nilai-tambah" bagi individu saat ia "menjadi dewasa" oleh kerja otoritas sosial, agen langsung dan (setengah-sadar) dari masyarakat kelas, yang harus melihat reproduksi individu yang secara karakteristik selaras dengan hubungan sosial Kapitalis: dengan modal.

Dengan demikian, proses produksi karakter harus dipahami dalam kritik ekonomi politik, sebagai aspek dari proses reproduksi kapital (masyarakat kapitalis), secara keseluruhan. Proses ini, proses produksi kaum proletar, suatu bentuk khusus dari produksi komoditas yang dilakukan di pabrik-pabrik khusus yang dikenal sebagai "sekolah", "gereja", "penjara", "keluarga", dll., biasanya disebut, secara umum, sebagai "Pengasuhan-anak", "pendidikan", atau "sosialisasi". Hal ini terdiri dari (a) penghancuran subjektivitas dalam bentuk langsungnya, dan (b) pengembangan bentuk subjektivitas yang sempit, dalam bentuk tidak langsung (sesat), yang dimediasi oleh izin otoriter. Ini adalah totalitas dari proses "adaptasi" yang diperlukan untuk membuat proletar "cocok" menanggung "kehidupan" seorang pekerja. Ketika prosesnya gagal, seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini, produk tersebut dikatakan "tidak dapat digunakan"—tidak berguna sebagai modal. Dalam produk "jadi", orang dewasa, Character-armour adalah gudangnya, objektifikasi proses ini (lokasi semua program yang disimpan, kebiasaan, praktik, peran, dan pola perilaku yang diperlukan untuk survival kit hidup proletar)—kepatuhan, perbudakan, penghinaan-diri, pasivitas, ketundukan, tidak bertanggung jawab, rasa bersalah, takut akan kebebasan, dan sebagainya. Character-armour adalah lapisan subjektivitas beku yang membuat pekerja fungsional sebagai pekerja dalam masyarakat kapitalis, yakni dapat dimanipulasi sebagai objek-semu. Inilah yang membuat pekerja cocok dengan manajemen otoriter. Itulah yang membuatnya (saat ini) tidak mampu mengatur-diri sendiri. Jalan keluar dari masalah ini adalah, dengan membuat orang-orang tidak bersenjata tetapi “dipersenjatai”—secara fisik, psikologis, dan teoritis—untuk membawa apa yang tidak disengaja lebih berada di bawah kendali sadar.

n3

“Melampaui (aufheben) memiliki makna ganda, yang berarti memelihara/melestarikan dan juga menghentikan/menyelesaikan. Untuk melestarikan, termasuk elemen negatif ini, maknanya bahwa sesuatu dihapus dari kesegeraannya dan oleh karena itu dari Keberadaan Tertentu yang terkena pengaruh eksternal, agar dapat dilestarikan.—Jadi, apa yang dilampaui juga dipertahankan; karena kehilangan kesegeraannya bukan karena dimusnahkan.—Dalam kamus, dua determinasi transendensi dapat dikutip sebagai dua arti dari kata ini. Tetapi tampaknya luar biasa bahwa, suatu bahasa menggunakan satu kata yang sama untuk dua determinasi yang berlawanan. Merupakan kegembiraan bagi pemikiran spekulatif untuk menemukan kata-kata yang dalam dirinya sendiri memiliki makna spekulatif .... "

- G.W.F. Hegel, Science of Logic, vol. I, "Objective Logic", diterjemahkan oleh W.H. Johnston dan L.G. Struthers. Humanities Press, (New York, 1966), hlm. 119–120; “Transcendence of Becoming.” Observation: the Expression "to transcend"

Tesis 4

n1

“Semua bentuk masyarakat sebelumnya kandas pada perkembangan kekayaan—atau, yang sama besarnya, pada perkembangan kekuatan produktif sosial. Oleh karena itu, para filsuf kuno yang menyadari hal ini secara blak-blakan mencela kekayaan sebagai perusak komunitas."


- Karl Marx, Grundrisse der Kritik der Politischen Oekonomie. Dikutip dalam, Karl Marx, The Grundrisse, diterjemahkan dan diedit oleh David McLellan, Harper & Row, (San Francisco, 1971, hlm. 120).

Tesis 5

n1

Yang kita maksud dengan "Kekuasaan (Power)" dengan huruf kapital "P" adalah kekuaatan yang terpisah; kekuatan yang teralienasi, yang contoh modern utamanya adalah kekuatan negara dan kekuatan sosial yang dikenal sebagai "kapital". Dalam kapitalisme Negara (bentuk kapitalisme tertinggi), keduanya, pada dasarnya saling menembus, menjadi satu secara kasat mata. Di zaman pra-modern, di Eropa Abad Pertengahan, Gereja akan menjadi contoh lain dari kekuatan sosial yang terpisah.

Kita tidak memiliki perselisihan dengan "Kekuasaan" seperti itu, yaitu dengan kekuatan-diri—kekuatan determinasi-diri dan produksi-diri secara sosial; kemampuan kreatif, produktif, dan kekuasaan atas hidupnya sendiri. Sebaliknya; ini adalah perkembangan dan pengayaan individualitas itu sendiri. Sebaliknya; reapropriasi diri kita sendiri, pengambilan-kembali diri kita sendiri dari kapital, kepemilikan-kembali kekuatan-diri yang teralienasi, adalah tujuan esensial dari revolusi kita, revolusi komunis; dan tujuan kita di dalamnya. Maka, harus jelas dari apa yang telah dikatakan, bahwa Kekuasaan adalah oponen dari kekuatan. Semakin besar Kekuasaan Negara dan Modal (Kapital), semakin tidak berdaya, semakin impoten kita, kaum proletar, karena Kekuasaan itu tidak lain adalah kekuatan kita yang hilang dan teralienasi; tenaga kerja yang kita jual ke modal dan kekuatan politik yang kita serahkan kepada " representatif" kita.

Hal ini perlu untuk dikatakan, karena legiun masokis moralistik dan pemuja impotensi saat ini melalui spektakel; untuk siapa, kita mungkin salah. Para pasifis yang mengebiri-diri sendiri ini percaya bahwa: bukan hanya Kekuasaan, tetapi juga kekuatan, merusak, secara mutlak, dan mati-matian “takut untuk menyentuhnya”, bersama dengan uang dan modal, karena takut secara instan dirusak olehnya. Mereka tidak pernah membiarkan diri mereka memahami bahwa, satu-satunya cara untuk selamat dari "korupsi" yang menyedihkan ini adalah dengan berada—bukan di bawahnya, tetapi di luarnya.

Untuk penjelasan, yang tak tertandingi dalam kecemerlangannya, tentang dialektika kekuatan-diri dan keterasingannya, lihat buku detourment of revolutionary ideology karya Lorraine dan Fredy Perlman, Manual For Revolutionary Leaders, “karya Michael Velli” (BLACK AND RED, PO Box 9546, Detroit, Michigan, 48202; hlm. 11–49). (Sayangnya bagi kita semua, Perlman memutuskan untuk memotong teori mereka tepat di ambang praktiknya, dengan secara abstrak meniadakan organisasi revolusioner—dengan efek bahwa, semua organisasi adalah organisasi hierarkis dan semua organisasi revolusioner harus merupakan organisasi Leninis—dan akhirnya berakhir merangkul impotensi untuk diri mereka sendiri sebagai revolusioner).

Tesis 7

n1

Mulai saat ini, [pada semua pernyataan di tesis-tesis berikutnya—Penerj.] kecuali diindikasikan yang lain secara spesifik, penggunaan bentuk kata ganti laki-laki/maskulin, akan dimaksudkan untuk memasukkan kata ganti perempuan/feminim, karena ini adalah hal yang paling dekat dengan kata ganti kesatuan yang dikandung bahasa Inggris, untuk sebagian besar tujuan. [berikutnya tidak akan disebut his/her atau him/her, semua kata ganti maskulin dimaksudkan untuk menggantikan keduanya (maskulin dan feminism)—Penerj.]

n2

Kritik imanen adalah kritik yang mendasarkan dirinya pada landasan yang sama, logis, dsb., yang membentuk inti atau esensi dari objek kritik; kritik yang menempatkan dirinya di dalam objeknya. Dengan demikian, ia menempatkan kontradiksi internal objeknya—kontradiksi-diri—menjadi kritik yang esensial untuk objek kritik itu sendiri. Jadi, kritik imanen adalah kritik internal yang intim, pada kenyataannya, kritik-diri terhadap objek, kritik yang didasarkan pada standar internal objek kritik itu sendiri, dan bukan kritik eksternal atau asing—penilaian dari sudut pandang luar apa yang dinilai.

Tesis 8

n1

Yang kita maksud dengan “apropriasi total”, secara umum, apropriasi semua-sisi—yakni, hubungan sosial yang tidak terbatas pada pertukaran “sesuatu” atau bagian dari diri seseorang sebagai “sesuatu” yang terspesialisasi dan terkotak-kotak (uang, komoditas, gambar, dll.)—seperti dalam organisasi interaksi sosial saat ini (menurut peran), yang memaksakan pemisahan yang ketat dari berbagai aspek dan kepentingan hidup, " apropriasi total adalah, antara lain, di mana Anda tidak lagi terbatas pada "talking shop" bahkan [ketika anda sedang berada—Penerj.] di shop.

Yang kita maksud dengan apropriasi "total" dari orang lain, khususnya, apropriasi dari mereka yang termasuk dalam dirinya apropriasi mereka atas Anda; yaitu, hal itu hanya dapat terjadi jika bersifat timbal balik, ketika setiap orang adalah apropriator dan yang diapropriasi (apropriated). Ini tidak seperti kasus apropriasi suatu objek, yang tidak dapat "mengapropriasi balik", atau apropriasi parsial (eksploitasi) subjek; apropriasi subjek seolah-olah sebuah objek, tidak termasuk, mengabaikan keinginannya (kebutuhan, ekspektasi, dan apropriasi timbal balik dari apropriator). Artinya, kita bermaksud bahwa: Anda mengapropriasi aproriasi mereka atas Anda sebagai bagian penting dari mereka; sertakan dalam "mereka" bahwa Anda "secara total" mengapropriasi sesuai dengan hasrat, kebutuhan, sikap, dan ekspektasi mereka sehubungan dengan Anda dalam beberapa cara; sebagai subjektivitas mereka sebagai bagian esensial dari mereka; berhubungan dengan itu. Jadi, “Apropriasi total” adalah perjumpaan dengan subjek dari subjek lain sebagai subjek. Ini akan melibatkan apropriasi respons orang lain terhadap Anda, termasuk respons mereka terhadap respons Anda. Ketidakterhinggaan sejati. Apropriasi total ada ketika Anda dapat (secara aktual dan langsung—tidak hanya sebagai perwakilan) mengapropriasi kesenangan orang lain sebagai milik Anda.

Orang mungkin bisa mengatakan bahwa: ada banyak tentang "subjek-subjek" kontemporer yang tidak hanya ingin diapropriasi ‘secara total', tetapi sebenarnya tidak menginginkan bagian apapun. Dan, untuk ini, kami sangat setuju, dengan komentar tambahan bahwa: (1) sebagian besar dari apa yang tidak kita inginkan adalah dari non-diri, non-subjektivitas (subjektivitas beku; armour), dan (2) Subjektivitas yang dinegasikan ini harus ditangani dengan satu atau lain cara: tidak peduli apa, itu harus dihadapi, bahkan dalam masyarakat saat ini—mungkin 90% dari kekacauan dalam praktik bisnis kapitalis saat ini adalah karena "faktor kepribadian" yang bersifat karakterologikal. Dan dalam konteks produksi terasosiasi, di mana asosiasi yang berkelanjutan adalah kebutuhan egoistik, masalahnya menjadi pertanyaan tentang, apa cara terbaik untuk menghadapi "faktor-faktor" ini, dari sudut pandang egoistik yang diperluas. Tidak diragukan lagi bahwa: “apropriasi total” akan, antara lain, menjadi proses konfliktual (pertarungan). "Apropriasi" langsung—yakni, kontestasi di sini-dan-sekarang—dari "kekakuan kepribadian" seperti yang muncul dalam proses (re)produktif sosial, bukan dalam penghindaran atau toleransi sopan yang menunjukkan sikap pasrah kepada orang yang ditoleransi tersebut sebagai makhluk statis yang tidak mampu mengembangkan diri lebih lanjut, dan bagi orang yang menoleransi sebagai impoten untuk memprovokasi perubahan—bisa, jika sesuai, membuat interaksi sosial sehari-hari itu sendiri menjadi proses pertumbuhan "psikoterapeutik" yang diakselerasi.

Egoisme yang diperluas (berarti apropriasi total) adalah sebuah proses. Hanya ketika eksploitasi dalam hubungan sosial menghidupi nilai-gunanya, kita akan mulai mengembangkan egoisme yang diperluas secara konkret. Pada permulaan masyarakat komunis, subjektivitas radikal tidak akan secara ajaib memanifestasikan dirinya dalam diri setiap orang, pada saat yang sama (pada tingkat intensitas atau keberlanjutan yang sama). Perkembangannya akan menjadi proses yang tidak teratur. Untuk secara abstrak menegaskan citra yang indah dan non-konfliktual tentang apropriasi total dari orang lain ketika pada kenyataannya yang lain itu tetap pada tingkat subjek beku yang berbeda-beda, adalah secara moral memproyeksikan dan mengidealkan apropriasi total.

Apropriasi total adalah proses sosial-historis yang tumbuh dari transformasi kolektif masyarakat dunia dan diri mereka sendiri. Fakta bahwa kita merasa perlu transparansi seperti itu, menunjukkan bahwa prosesnya sudah dimulai. Tetapi, proses ini telah bertentangan dengan kondisi objektif (yaitu hubungan sosial saat ini). Pada akhirnya, hanya dalam revolusi, kita dapat berhasil membersihkan diri kita dari segala kotoran zaman dan menjadi cocok untuk mendirikan masyarakat yang baru.

Tesis 9

n1

Yang kita maksud dengan "egoisme" adalah sesuatu yang (pada kenyatannya) dalam perkembangan penuhnya sangat berbeda dari ("jauh" berbeda dari atau berlawanan dengan) "egotisme". Egotisme adalah praktik personal yang mendukung spektakel-diri sendiri, citra sosial seseorang, persona seseorang. Oleh karena itu, egotisme justru adalah aktivitas untuk kepentingan non-diri, aktivitas yang benar-benar tanpa pamrih. Sedangkan yang kita maksud dengan egoisme adalah sebaliknya, aktivitas pribadi untuk kepentingan diri-sejati seseorang, sejauh seseorang mengenali dan mengetahui diri ini pada waktu tertentu, betapapun sempit atau luasnya. Egotisme itu spektakuler, berpusat pada orang lain (teralienasi), yang mewakili kehidupan Anda sendiri; egoisme adalah otonom, didirikan pada pemusatan-diri dan pengetahuan-diri sosial yang konkret. Egotisme, dengan demikian, adalah salah satu bentuk egoisme yang paling rendah. Seperti moralisme, egotisme adalah egoisme melalui proyeksi, dan berubah menjadi kebalikannya.

n2

Istilah "detournement", digunakan terutama sebagai istilah teknis oleh para Situationis, didefinisikan sebagai: praktik revolusioner "di mana spektakel diputar kembali, dibalikkan ke luar sehingga mengungkapkan cara kerjanya sendiri." Lihat: A Rebel’s Guide To Situationese, NEW MORNING, Februari 1973, New Morning Collective (P.O. Box 531, Berkeley, California, 94701), hlm. 14

Mode praktik ini tidak terbatas hanya pada membalikkan kata-kata, bahasa, dan ideologi spektakuler. Teknik ini juga telah diterapkan pada perebutan sesaat atas citra-citra spektakuler dari berbagai ideologi dan institusi dominan untuk tujuan penyiaran sebuah kritik revolusoner melalui citra-citra tersebut. "Perampasan sesaat" dari sarana komunikasi semacam itu telah digunakan, misalnya, dalam kasus di mana memorandum palsu yang dikaitkan dengan birokrat terkemuka, poster yang mengumumkan peristiwa atau pendapat atas nama organisasi spektakuler yang dominan, siaran pers, dan karya lain yang dikaitkan dengan pejabat pemerintah atau Tokoh-tokoh spektakuler lainnya (yang dicitrakan), terbitan surat kabar atau terbitan berkala lainnya, materi iklan, dll. yang telah disebarluaskan. Pembuatan skandal atau kebingungan penolakan digunakan sebagai alat untuk mendapatkan publisitas bagi teori revolusioner.

n3

Kata-kata—lisan dan tulisan—pada awalnya adalah satu-satunya alat produksi yang kita, sebagai kaum proletar, miliki: alat produksi kesadaran revolusioner itu sendiri.

Tesis 10

n1

"Kapitalisme-Negara" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bentuk (tahap) masyarakat kapitalis yang dicirikan dengan cara yang berbeda dan pada tingkat yang berbeda oleh manajemen ekonomi negara, sedangkan secara definitif: hubungan kapitalis (pemisahan produsen dari akumulasi alat produksi, upah-tenaga kerja, dll.) dibiarkan utuh. Secara historis, kapitalisme negara telah mengambil bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari peraturan yang relatif kecil dari lembaga-lembaga swasta hingga nasionalisasi total industri dasar menjadi Modal nasional yang dimonopoli-negara. Bentuknya bervariasi dari sayap kanan (fasis) hingga sayap kiri (Leninis/Stalinis) dan bentuk lain "di-antaranya" (Sosial Demokrat, Nasseris, dan "Sosialis Afrika" pada umumnya, militeris Peru, "komunalis", dll.). “Bagaimanapun ... perwakilan resmi masyarakat kapitalis—negara—pada akhirnya harus mengambil alih arah produksi ... Tetapi transformasi ... menjadi ‘kepemilikan negara’ tidak menghilangkan sifat kapitalistik dari kekuatan produktif .... Negara modern, sekali lagi, hanyalah organisasi yang dijalankan oleh masyarakat borjuis untuk mendukung kondisi eksternal dari mode produksi kapitalis melawan gangguan-gangguan kapitalis individu sebagai pekerja. Negara modern, apapun bentuknya, pada dasarnya adalah mesin kapitalis (negara kapitalis), personifikasi ideal dari total modal (kapital) nasional. Semakin ia mengambil alih kekuatan-kekuatan produktif, semakin ia benar-benar menjadi kapitalis nasional; semakin banyak warga yang mengeksploitasinya. Para pekerja tetap menjadi pekerja upahan—proletar. Relasi kapitalis tidak disingkirkan, melainkan agak diangkat ke kepala." [s57]

n2

“... dekomposisi global aliansi birokratik [Stalinisme dunia] pada analisis terakhir merupakan faktor yang paling tidak menguntungkan bagi perkembangan masyarakat kapitalis saat ini. Borjuasi sedang dalam proses kehilangan musuh yang secara objektif mendukungnya dengan menyediakan penyatuan ilusi dari semua negasi dari tatanan yang ada. "


—Guy Debord, The Society Of The Spectacle, BLACK AND RED, (Detroit, 1973), tesis 111.

"Hingga saat ini, sumber dukungan paling tahan lama untuk mempertahankan dan memperluas operasi manajemen negara adalah pola kerja sama antagonis antara manajemen negara AS dan mitra Soviet-nya."


—lih. Seymour Melman, Pentagon Capitalism: The Political Economy Of War, McGraw-Hill, (San Francisco, 1971), Bab 9, “1984 By 1974? Atau, Can The State-management Be Stopped? ”, Hlm. 215

n3

Dewan pekerja telah muncul secara historis sebagai kekuatan revolusioner yang dimulai dengan Komune Paris tahun 1871, di mana mereka berbentuk dewan komunitas tanpa dewan tempat kerja (mengingat keadaan sistem pabrik yang terbelakang di Paris pada waktu itu); di Rusia pada tahun 1905 dan sekali lagi pada tahun 1917 dalam bentuk Soviet di seluruh kota (dan kemudian secara nasional), dan komite pabrik; di Jerman selama 1918–1919 sebagai dewan Buruh dan Tentara klasik; di Italia pada tahun 1920 (Soviet Turin, dll.); di Kronstadt Soviet tahun 1921; di Spanyol selama 1936–7 dalam bentuk dewan pekerja Catalonia dan koperasi tani; di Hungaria pada tahun 1956, di mana untuk pertama kalinya sejak dewan-dewan pekerja Kronstadt muncul sebagai organ perjuangan revolusioner melawan birokrasi kapitalis-negara alih-alih borjuasi; di Aljazair pada tahun 1963; dan yang terbaru di Chile (1970–73) dalam bentuk embrionik seperti commandos communales (community proto-councils) dan cordones industriales (multi-workplace proto-councils), yang sebagian besar masih didominasi oleh berbagai birokrasi.

Tesis 11

n1

Akar definisi dari "resonansi" (yang diungkapkan di sini) berasal dari fisika, dari mekanisme osilator. Misalnya: “(a) respons besar yang abnormal dari sistem yang memiliki frekuensi alami, terhadap stimulus eksternal periodik dengan frekuensi yang sama, atau hampir sama. (b) peningkatan intensitas suara oleh getaran simpatik dari benda-benda lain."


—C.L. Barnhart & Jess Stein, The American College Dictionary, Random House, (New York, 1964), hal. 1033, "resonance, n.".

Artinya, resonansi mekanis terjadi ketika frekuensi alami osilasi—frekuensi 'imanen', 'esensial', atau internal—dari objek yang beresonansi identik dengan frekuensi osilasi "paksa" secara eksternal, yakni frekuensi eksternal.

Resonansi sosial terjadi sebagai inter-rekognisi; ketika individu sosial mengenali diri mereka satu sama sama lain, orang lain dalam diri mereka sendiri, dan diri mereka sendiri di dunia yang mereka hasilkan; ketika mereka mengenali universalitas konkret mereka. Itu terjadi ketika apa yang "masyarakat" butuhkan dari mereka juga adalah apa yang mereka butuhkan dari diri mereka sendiri: produksi mereka sendiri; perkembangan mereka sendiri; realisasi-diri mereka sendiri; ketika apa yang "masyarakat" butuhkan dari mereka tidak dipaksakan sebagai kekuatan asing eksternal, secara paksa oleh negara atau secara tidak sadar, sebagai "hukum nilai", oleh kapital, tetapi sebagai kekuatan diri mereka sendiri, yang dihasilkan secara internal, mengalir secara spontan di dalam diri mereka. Dari masing-masing sesuai hasratnya, ke masing-masing sesuai hasratnya. Hal ini dimungkinkan secara berkelanjutan hanya dalam satu kondisi (yaitu, hanya dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri),—yaitu, inter-produksi—yang mana dipahami sejak awal dalam bentuk yang teralienasi sebagai "kebenaran kekal" agama-agama (telah menjadi fakta, yakni, menjadi terwujud secara historis)

Tesis 17

n1

Perhatikan bahwa “biasanya” ini berlaku untuk individu kapitalis dan proletar—mencakup pembagian kelas.

“Ide-ide kelas penguasa di setiap zaman adalah ide-ide penguasa: yaitu, kelas yang merupakan ‘kekuatan material’ masyarakat yang berkuasa, pada saat yang sama juga menguasai ‘kekuatan intelektualnya’. Kelas yang memiliki alat-alat produksi material, memiliki kendali pada saat yang sama atas alat-alat produksi mental, sehingga dengan demikian, secara umum, ide-ide mereka yang tidak memiliki alat-alat produksi mental tunduk padanya. Ide-ide penguasa tidak lebih dari ekspresi ideal dari hubungan material yang dominan, hubungan material yang dominan dipahami sebagai ide-ide: karenanya, hubungan material yang dominanlah yang membuat satu kelas menjadi berkuasa, sebab itu ide-ide dominasinya.”


—Karl Marx dan Frederick Engels, The German Ideology, Progress Publishers, (Moskow, 1968), hlm. 61.

Tesis 23

n1

Bagian ini mungkin tampak membingungkan di sini dan di seluruh, mungkin sebagian karena penerjemah tidak memahami konsep yang digunakan atau radikalitas penuh dari apa yang sedang ditegaskan, yang bagi pikiran Kantian atau "Flatland" tidak mungkin atau tidak masuk akal. Misalnya, "makhluk sosial" = "makhluk masyarakat"; “eksistensi masyarakat”; "eksistensi sosial"—dan bukan hanya "satu" makhluk sosial. Di sini Marx menegaskan bahwa, individu sosial adalah esensi masyarakat: substansi dan "sifat" masyarakat—tempat di mana karakter masyarakat, karakter sosial, menjadi nyata, termanifestasi.

Tesis 25

n1

Kebebasan kapitalistik adalah sanksi resmi bagi masing-masing [individu] untuk meningkatkan dan menghiasi kesengsaraannya sendiri secara privat, dengan restu hukum. Kebebasan kapitalistik adalah hak untuk mengacau.

n2

Konsep kebebasan yang digunakan di sini oleh Marx jelas merupakan konsep non-linier (super-aditif sebagai oponen dari konsep linier), atomistik yang sentral bagi masyarakat borjuis.

Tesis 37

n1

Istilah "sublasi (sublation)" kadang-kadang digunakan sebagai padanan teknis dalam bahasa Inggris untuk "aufhebung" Jerman seperti yang dikembangkan oleh Hegel (lihat catatan ketiga “n3” untuk Tesis 3).

n2

Teori revolusioner dan ideologi revolusioner tidak hanya berbeda, tetapi saling beroposisi. 'Teori revolusioner' menamai teori produksi revolusi sosial: praktik yang diperlukan untuk produksi ini—sistem gagasan yang koheren tentang bagaimana menciptakan masyarakat komunis. [Sementara] 'Ideologi revolusioner' menyebut teori revolusioner ini direpresentasikan oleh birokrasi kapitalis-negara; transformasi teori revolusioner menjadi spektakel yang melaluinya kedudukan terakhir kapital, sebagai kapital-negara, untuk sesaat memperkuat posisinya dengan menyamar sebagai negasi kapital, yakni menyamar sebagai masyarakat komunis. Perbedaannya tidak pernah lebih tepat daripada kata-kata Guy Debord berikut ini:

“Teori revolusioner sekarang adalah musuh dari semua ideologi revolusioner, dan tahu itu.


—Guy Debord, The Society of the Spectacle, BLACK AND RED, (Detroit, 1970), tesis terakhir dalam Bab IV, "The Proletariat As Subject And As Representation."

n3

Slogan “smash self! (hancurkan diri sendiri!)" diperkenalkan selama periode yang disebut "Revolusi Kultural)" di Cina. Lihat misalnya pamflet yang disusun dari 'kisah-kisah teladan' yang muncul di pers resmi sekitar waktu rukas spektakuler itu, berjudul (tepatnya) "Jangan Takut Kesulitan Maupun Kematian Dalam Melayani Rakyat" (Foreign Languages ​​Press, Peking, 1970), yang pamfletnya membahas "prinsip melayani rakyat secara utuh dan menyeluruh dan pengabdian yang tinggi kepada orang lain tanpa memikirkan diri sendiri". (hlm. 55.)

Tesis 46

n1

Istilah "anti-negara" digunakan oleh para Situationis untuk menunjuk organisasi manajemen-diri sosial, kekuatan dewan pekerja yang, meskipun akan menjadi administrasi masyarakat, tidak akan menjadi "negara", tetapi, sebaliknya, memusuhi setiap bentuk "negara".

Seorang pakar terkenal tentang pandangan Marx menggambarkan karakter anti-negara Komune Paris sebagai berikut: “Oleh karena itu, ini adalah revolusi yang tidak melawan bentuk kekuasaan Negara ini atau itu, yang sah, konstitusional, republik, atau Imperialis. Itu adalah Revolusi melawan Negara itu sendiri, dari aborsi masyarakat supernaturalis ini, dimulainya kembali kehidupan sosial oleh rakyat untuk rakyatnya sendiri. Bukan sebuah revolusi untuk mentransfernya dari satu fraksi kelas penguasa ke fraksi lain, tetapi sebuah Revolusi untuk menghancurkan mesin dominasi Kelas yang mengerikan itu sendiri.

Komune—penyerapan kembali kekuasaan Negara oleh masyarakat sebagai kekuatan hidupnya sendiri dan bukan sebagai kekuatan yang mengendalikan dan menundukkannya, oleh massa rakyat itu sendiri, membentuk kekuatan mereka sendiri, bukan kekuatan terorganisir dari penindasan mereka sendiri—bentuk politik dari emansipasi sosial, bukan kekuatan buatan (dimiliki oleh penindas mereka) (kekuatan mereka sendiri yang menentang dan diorganisir melawan mereka) dari masyarakat yang digunakan untuk penindasan mereka oleh musuh-musuh mereka. Bentuknya sederhana seperti halnya semua hal besar .... Ia memulai emansipasi tenaga kerja—tujuan besarnya—dengan menyingkirkan ‘kerja parasit negara’ yang tidak produktif dan nakal, dengan memotong mata air yang mengorbankan sebagian besar produk nasional untuk memberi makan monster negara di satu sisi, dengan melakukan, di sisi lain, yang sebenarnya pekerjaan administrasi, lokal dan nasional, untuk upah pekerja. Oleh karena itu, [komune] ini dimulai dengan penghematan yang sangat besar, dengan reformasi ekonomi serta transformasi politik." [s18]

n2

Lihat sitasi 2 “s2”. Bahkan sejak Komune Paris tahun 1871, pada waktu dan tempat di mana sosialisasi objektif alat-alat produksi belum berjalan terlalu jauh (dalam hal pabrik besar, dll.), Teori produksi terkait [asosiasi produsen—Penerj.] ini telah mulai menjadi praktik revolusioner secara sadar. Dokumen yang dikutip di bawah ini, mandat dari dua serikat pekerja untuk delegasi mereka ke Komisi Organisasi Buruh Komune, mengusulkan suatu bentuk dari apa yang akan tampak sebagai dewan-kapitalisme, dan menggunakan istilah "rekan/kolega/sekutu/teman" untuk menunjuk pada ‘produsen’ setelah mereka berhenti menjadi proletar:

“Pada pertemuannya tanggal 23 April 1871, sesuai dengan keputusan Komune tanggal 16 April, Persatuan Mekanik dan Asosiasi Pekerja Logam telah menunjuk dua warga ke Komisi Organisasi Perburuhan dan memberi mereka instruksi berikut,“Menimbang: Bahwa dengan Komune, produk Revolusi 18 Maret, kesetaraan tidak boleh menjadi kata kosong; Bahwa perjuangan yang gagah berani untuk memusnahkan kaum kleris-royalis, memiliki emansipasi ekonomi kita (sebagai tujuannya); Bahwa hasil ini hanya dapat diperoleh melalui pembentukan asosiasi pekerja, yang dengan sendirinya dapat mengubah posisi kita dari penerima upah menjadi rekanan; “Oleh karena itu, intruksikan delegasi kami untuk mendukung tujuan berikut; “Penghapusan eksploitasi manusia oleh manusia, sisa-sisa perbudakan terakhir; "Pengorganisasian kerja dalam asosiasi timbal balik dengan modal kolektif dan tidak dapat dicabut." [s19]

Tesis 49

n1

“Spektakel menundukkan orang-orang yang hidup sampai pada taraf bahwa, ekonomi telah sepenuhnya menaklukkan mereka. Hal ini tidak lebih dari ekonomi yang berkembang untuk dirinya sendiri. Ini adalah cerminan ssejati dari produksi barang-barang, dan objektifikasi palsu dari para produsen."

“Spektakel dalam masyarakat sesuai dengan pembuatan konkrit dari alienasi. Ekspansi ekonomi adalah, utamanya ekspansi produksi industri ini. Apa yang tumbuh dengan ekonomi yang bergerak untuk dirinya sendiri hanya bisa menjadi keterasingan yang justru merupakan asalnya."


—Guy Debord, The Society of the Spectacle, op. cit., masing-masingnya adalah Tesis 16 dan 32.

n2

Di atas segalanya, penting untuk dicatat bahwa "kediktatoran proletariat" ini tidak lain adalah kekuatan internasional dari dewan buruh itu sendiri. Ini adalah kediktatoran kelas yang masih proletar atas sisa-sisa borjuasi dan birokrasi, karena ia bertindak secara koersif terhadap upaya mereka untuk merebut kembali kekuasaan sosial dan, kapanpun itu dianggap perlu (yakni, majelis umum pekerja), dengan kekuatan senjata. Tetapi, ini adalah kediktatoran anti-negara, terutama yang berkaitan dengan penindasan birokrasi kapitalis-negara, yang dengannya, penindasan negara dan penindasan kelas adalah satu hal yang sama (tak perlu dikatakan lagi bahwa: "supresi" kelas sebagai kelas, kehancurannya seperti itu, tidak selalu memerlukan "penghancuran" atau "likuidasi" dari individu yang menyusunnya; itu adalah determinasi kelas yang harus dinegasikan secara pasti di sini, bukan individu biologis, dan hubungan sosial tidak dapat dinegasikan tanpa individu yang “menegasi”). Tentang konsep "anti-negara", lihat catatan pertama untuk Tesis 46.

Dalam sebuah surat kepada August Bebel (18-28 Maret 1875) Engels (sebagai delegasi dirinya dan Marx) memberikan kritik terhadap rancangan program Partai Buruh Sosial Demokrat Jerman. Kritiknya yang keras, terutama terhadap aspek statistiknya yang tidak jelas, sangat penting tidak hanya untuk program khusus ini, tetapi lebih jauh lagi ia menyoroti banyak interpretasi yang benar dari hampir semua karyanya dan karya Marx:

“Seluruh pembicaraan tentang negara harus dihentikan, terutama sejak Komune [Komune Paris tahun 1871], yang bukan lagi sebuah negara dalam arti yang sebenarnya. 'Negara rakyat' telah dilemparkan ke wajah kita oleh kaum Anarkis sampai ke titik jijik, meskipun buku Marx sudah melawan Proudhon [Kemiskinan Filsafat] dan kemudian Manifesto Komunis secara langsung menyatakan bahwa, dengan diperkenalkannya tatanan sosialis masyarakat, negara akan larut dengan sendirinya dan menghilang. Oleh karena itu, karena negara hanyalah sebuah institusi transisional yang digunakan dalam perjuangan (dalam revolusi) untuk menahan musuh dengan paksa, adalah omong kosong belaka untuk membicarakan negara rakyat bebas: selama proletariat masih menggunakan negara, ia tidak menggunakannya untuk kepentingan kebebasan tetapi untuk menahan musuh-musuhnya; dan segera setelah dimungkinkan untuk berbicara tentang kebebasan, negara seperti itu akan lenyap. Oleh karena itu, kita akan mengusulkan untuk mengganti negara mana dengan Gemeinwesen, sebuah kata dalam bahasa Jerman kuno yang bagus yang dapat dengan sangat baik merepresentasikan arti dari kata 'komune! dalam bahasa Prancis '” [s58]

Kritik ini mungkin salah satu pernyataan terpenting yang pernah dibuat oleh Engels atau Marx.

Tesis 52

n1

“Final” bagi masyarakat borjuis dan prasejarah manusia; namun permulaan bagi sejarah manusia, bagi masyarakat komunis—artinya, kemanusiaan yang tersosialisasikan.

n2

Lihat catatan kedua “n2” untuk Tesis 7.

Tesis 57

n1

Bukan berarti kita lebih suka psychedelic cretins dan nouveau-Babbits dari hip capitalism (Berkeley telah memberikan perkembangan yang menarik dari masing-masing bentuk ini). Di sini kesatuan abstrak mereka (cretins dan Babbits) telah menyimpang menjadi simbiosis menjijikkan antara bentuk "pemenang" dan "pecundang" dari hip movement. Jadi, kita memiliki kebangkitan merchant kontra-kultur, yang sebagian besar "sukses" memberi makan pada degenerasi berkelanjutan dari post-psychedelic lumpens).

Tesis 60

n1

Di sini bahkan argumen "human nature" lama—dalam semua kasus, jalan terakhir dari ideologi borjuis—berbalik melawan dirinya sendiri dan orang-orang kretin[54] menyedihkan yang akan menyebarkannya.

Tesis 61

n1

Lihat notasi ketiga “n3” Tesis 37.

Tesis 62

n1

Hubungan ini dapat diklarifikasi dalam istilah logika simbolik dialektis, dengan p, ~p, dan  p yang melambangkan keadaan—keadaan suatu peristiwa, keadaan suatu sistem, "keadaan dunia"—atau melambangkan kalimat yang mewakili "pernyataan"; rumus tentang atau rumusan dari keadaan suatu peristiwa ini. Tilda "~", tanda negasi, di sini melambangkan beberapa transformasi, beberapa negasi determinasi, dari huruf sentensial, seperti p, yang diterapkan sebagai prefiks (konten yang tepat dari operator ini harus ditentukan di setiap kasus). Jadi,  p terkait, dengan negasi ke ~p dan ke p. Tanda sama dengan dengan garis miring ganda, #, di sini digunakan sebagai simbol untuk hubungan kontradiksi dialektis.

Dengan p mewakili keadaan suatu peristiwa (sosial) yang bercirikan "egoisme sempit", ~p mewakili keadaan "altruisme", dan  p "egoisme komunis", kita dapat merumuskan hubungan ini sebagai berikut:

(  p # p) & ( p # ~p) & (p # ~p)

atau sederhananya:

(p #   p # ~p)

Dua konjungsi terakhir akan diberikan kebenaran bahkan oleh logika formal, tetapi yang pertama secara eksklusif dimiliki oleh logika dialektis. Hanya sisa, bayangan dari konjungsi pertama yang ada dalam logika formal:

“Kalimat dan negasinya disebut kontradiktif satu sama lain. Meskipun setiap kalimat dalam bentuk ~o memiliki dua kontradiksi yang ekuivalen, o dan  o, telah menjadi kebiasaan untuk berbicara secara longgar tentang 'kontradiksi' dari sebuah kalimat.”


—Benson Mates, Elementary Logic, Oxford University Press, (New York, 1972). Edisi Kedua, hlm. 119.

Kutipan di atas juga berlaku untuk logika dialektika, kecuali dalam kasus logika dialektika, o dan  o tidak ekuivalen, tetapi juga kontradiktif. Kita mungkin mengklarifikasi hal ini dengan memodelkan logika dialektis sebagai tidak hanya melibatkan dua nilai-kebenaran, tetapi lebih (setidaknya) tiga keadaan-kebenaran yang terkait (sungguh, jumlah yang tidak terbatas keadaan-kebenaran yang berhubungan dengan negasi—lihat lintasan titik-titik pada figur 1). Kita mungkin menggambarkan hubungan antara simbol-kalimat p, ~p, dan  p dalam hal ruang-keadaan-kebenaran, sebagai berikut, keadaan-keadaan berbeda yang terhubung—terhubung secara semantik dan/atau temporal—sebagai titik-titik ekstrem atau "momen" di sepanjang lintasan ruang-keadaan:

Figur 1: Ruang-Kebenaran untuk Logika Dialektis

p adalah oponen dari  p karena, relatif terhadap p,  p memiliki nilai ekstrim dari koordinat lintasan dalam arah komponen menjauhi p (dalam hal ini arah +y). Kriteria ekstremitas relatif ini memberikan standar "oposisi" yang tetap, yaitu, titik p 'lebih beroposisi dari  p daripada p, tetapi tidak muncul secara imanen, yaitu, pada lintasan, dan begitu juga bukan sebuah kriteria; ~p adalah oponen (atau kontradiktif) dari  p (dalam arah +x), serta dari p (juga dalam arah +x), dan sebaliknya, dan seterusnya. Jadi, p, ~p, dan  p bersesuaian, dalam cara yang mendekati, dengan aspek-aspek dari, masing-masing, "tesis", "antitesis", dan "sintesis" dari dialektika vulgar.

Jadi di bawah definisi ini, rumus (1) berlaku untuk penggambaran figur 1, dan baginya itu mewakili "model" atau "interpretasi" yang valid.

Kita bisa sampai pada versi formal-logikal dari model ini dengan mereduksi, khususnya, mereduksi dengan satu dimensi (dimensi y)—menghasilkan semacam "tampilan atas" dari figur 1:

Keuntungan besar dari logika dialektis (figur 1) dilihat secara konkrit dengan menggunakan interpretasi:

p: (teori) "egoisme sempit" (adalah) benar di dunia.

~p: "altruisme" adalah benar di dunia.

 p: "egoisme komunis" adalah benar di dunia.

Model ini menempatkan p~p p sebagai jalur evolusi yang berkaitan ("menghubungkan") tiga keadaan. Ini dapat diartikan sebagai penggambaran, misalnya, evolusi individu sosial dari keadaan egoisme sempit ke salah satu altruisme ke egoisme yang diperluas, atau evolusi masyarakat dari keadaan yang ditandai sebagai (oleh) "egoisme sempit" dan "altruisme" menjadi yang ditandai sebagai "egoisme komunis".

Di sini memang p dan  p, "ditumpuk" satu di atas yang lain, tampaknya bertepatan, karenanya, "ekuivalen". Dimensi di mana pemisahan p dari  p terjadi disini tidak terlihat. Lintasan dari p ke ~p ke  p atau p lagi di sini hanyalah lingkaran setan, tidak mendapatkan tempat baru. Ini hanya menunjukkan osilasi Kantian yang tak berujung dan tak terhindarkan dalam "antimoni" dari egoisme sempit (p) versus altruisme (~p).

Dimensi y dapat ditempatkan di sini sebagai dimensi temporal dan historis—baik sebagai koordinat untuk waktu historis itu sendiri atau untuk beberapa variabel-keadaan seperti-waktu (= sebuah variabel-keadaan yang besarnya tumbuh secara monoton dengan waktu). Dengan penghapusan dimensi ini (abstraksi dari waktu, dari sejarah, dari durasi konkret), penggambaran berhasil sebagai model logika formal dari kalimat-kalimat ini (p, ~p,  p) dan hubungan antar timbal baliknya.

Tesis 71

n1

Objektifikasi menyebutkan kualitas spesifik produksi manusia secara umum.

Objektifikasi adalah pembuatan objektif; pembuatan menjadi objek eksternal (yang segera dan dapat diamati: secara sensual termanifestasi) dari sesuatu yang subjektif (tidak terlihat: internal pada subjek yang memproduksi objektifikasi). Melalui aktivitasnya, bahkan jika aktivitas ini hanyalah isyarat yang dapat binasa secara instan, subjek menuliskan dirinya dalam dunia objektif, menjadikan bagian darinya di mana dia bekerja menjadi refleksi dari dirinya sendiri; mewujudkan pikirannya, niatnya, kebutuhannya, hasratnya, imajinasinya. Ini adalah eksternalisasi dari internal: eksteriorisasi; perpanjangan. Ini adalah objektifikasi diri dari subjek.

Tesis 76

n1

Kita menggunakan istilah "Kristianisme sekuler" untuk merujuk pada semua ideologi non-teologis ("sekularisasi") yang tumbuh dari dekomposisi historis panjang Kekristenan, membentuk kelanjutan sekulernya, hingga dan termasuk Gereja Lenin, dan yang semuanya menampilkan sindrom pengorbanan diri dan moral-fetisis, ditambah dengan interpretasi perilaku manusia dalam kaitannya dengan konsep dosa (tidak peduli konsep ini kebetulan dinamai apa dalam varian ideologis tertentu, atau apakah konsep itu diakui seperti itu dan dinamai dalam varian tertentu itu).

Faktanya, bagian dari dorongan awal yang mengarah pada perumusan teori ini (teori egoisme komunis) muncul dari kontak pribadi beberapa anggota pendiri kita dengan malpraktek dari salah satu kelompok pro-Situasionis awal di Berkeley, dinamai (tepatnya) "Kontradiksi", yang menyibukkan diri dengan berkeliling mengutuk, "mengecualikan" (mengucilkan), dan "melanggar" semua orang yang terlihat sebagai pembalasan atas dosa terhadap berbagai anti-moral Situationis; dosa seperti "menjadi borjuis", "berpartisipasi dalam kehidupan spektakuler", dll. Nama umum untuk konsep "dosa" yang menjadi pusat dari merek khusus ideologi Kristen sekuler ini adalah "separasi"—memiliki "pemisahan" dalam kehidupan sehari-hari adalah bentuk umum dari perilaku terkutuk. Bahwa "separasi" seperti itu mungkin menjadi sumber kesengsaraan yang disadari di mana seseorang dapat dengan senang hati melepaskan dirinya sendiri pada kesempatan sedini mungkin, tanpa perlu paksaan moralistik, tampaknya tidak pernah terjadi pada Paus ini, jelas karena investasi mereka yang luar biasa tidak kejam dalam transaksi sado-masokistik.
—(lih. NEGATION, The State and Counter-Revolution: What Is Not To Be Done, (PO Box 1213, Berkeley. California, 94701), 1972, hlm. 11; juga: Tom Woodhull, “Council-Communism, Wilhelm Reich , And The Riddle of Modern History ”, NEW MORNING, Januari 1973.).

Tesis 79

n1

Seharusnya sekarang sudah bukan rahasia lagi bahwa, rahasia jangkar ekonomi dari konsep keterasingan (alienasi) dalam Marx tidak lain adalah makna yuridis-ekonomi yang tepat dari istilah: "mengalienasi" berarti menjual; "Keterasingan" adalah "pengalihan properti"; aktivitas komoditas—atau "quid pro quo"—pertukaran itu sendiri. Jadi, pemahaman teoretis tentang keterasingan manusia dalam masyarakat kapitalis didasarkan pada alienasi-diri pekerja; fakta bahwa kaum proletar harus menjual dirinya kepada kapital untuk mendapatkan upah, dan dengan demikian kehilangan semua kendali atas kehidupan produktif dan kreatifnya, dan atas dunia objektif yang ia hasilkan dalam menjalankan kehidupan itu—fakta tentang perampasan-diri kaum proletar.

Fakta perampasannya atas alat-alat (re)produksi hidupnya di bawah kapitalisme, dengan demikian, hanya merupakan akibat wajar dari tidak adanya kepemilikan atas dirinya sendiri dalam produksi. Ekonomi politik borjuis adalah ilmu menjual; dari aktivitas sosial pertukaran nilai-tukar dan produksi. Dalam pengertian inilah, ekonomi politik borjuis (dan, dalam hal ini, "ekonomi politik" "Marxis" birokratis) adalah "ilmu alienasi (keterasingan)."

Tesis 88

n1

Untuk menghindari kebingungan karena cara penggunaan istilah "man" di bagian selanjutnya, kita telah mengubah terjemahan di sini, yang berbunyi "hubungan man dengan woman" menjadi "hubungan male dengan female".

Tesis 89

n1

“POTENSI ORGASTIK”. Pada esensinya, kemampuan untuk menyerah sepenuhnya pada kejang-kejang yang tidak disengaja dari organisme dan pelepasan total dari rangsangan pada puncak pelukan genital. Orgasme itu selalu kurang berpotensi terjadi pada individu neurotik. Hal ini mengandaikan adanya atau pembentukan karakter genital, yaitu tidak adanya karakter patologis—character armour dan muscular armour. Potensi orgasme biasanya tidak dibedakan dari potensi ereksi atau ejakulasi, keduanya hanya prasyarat dari potensi orgiasme.”


—Wilhelm Reich, The Function of Orgasm, vol. I dari The Discovery Of The Orgone, World Publishing Company, (New York, 1971), hlm. 360–361, (Glossary).

Tesis 91

n1

Ini adalah sedikit dari terminologi teori-sistem ruang-negara. "Attractor (penarik)" adalah "kebiasaan", "lingkaran setan" tempat evolusi berhenti dan tertunda; di mana lintasan evolusi "ditangkap", terkadang untuk waktu yang lama. Semua hubungan sosial historis utama ("mode produksi"; "bentuk persetubuhan", atau "alat produksi" seperti yang kadang-kadang disebut oleh Marx dalam The Grundrisse)—komunal primitif, "asiatik", yang berbasik perbudakan, feodal, kapitalis, dll., dapat dilihat sebagai "attractor" dalam evolusi sosial, dengan mode produksi "asiatik" ("despotisme Oriental") yang mewakili, sebagai bentuk yang sangat resisten-sejarah, "penangkapan " yang sangat kuat. Lihat Hans J. Bremerman, “On The Dynamics and Trajectories Of Evolutionary Processes” dalam Biogenesis And Homeostasis, Springer-Verlaag, 1971).

Tesis 92

n1

Reifikasi menamai inversi abstrak dan konkret—memperlakukan abstraksi seolah-olah adalah hal-hal luar, dan lebih khusus lagi, inversi subjek dan objek—memperlakukan objek atau abstraksi seolah-olah adalah subjek; subjek seolah-olah adalah objek atau abstraksi.

Tesis 93

n1

Komunitas "sister” adalah masyarakat subjektivitas radikal, kesatuan diri konkrit, resonansi egoisme—berbalik! Di sinilah letak reifikasi tertinggi. Yang akan menjadi partikular yang konkret sama sekali bukan partikular yang konkret (yaitu subjek, yang dengan sendiri secara objektif), melainkan hanya kasus tertentu dari universal abstrak (dalam hal ini, "sister") ... tidak lain adalah sebuah abstraksi dari suatu abstraksi—pembalikan konkret, reifikasi, menjadi-untuk-orang lain; spektakel-diri yang termaterialisasi. Reifikasi ini dilambangkan dalam moralisme ideologis dari "pembebasan" dalam "persaudarian", seperti ketika negativitas subjektif dan spontan oleh ego individu bertemu dengan moralisme aforistik bahwa "sister tidak memperlakukan satu sama lain seperti itu!"

Tesis 94

n1

"Subjektivikasi" (dalam tanda kutip) di sini berlawanan dengan "objektivikasi" (dalam tanda kutip; lihat catatan untuk Tesis 91); hal itu berarti bukan menjadikan subjektif itu objektif, seperti dalam produksi pengetahuan ("internalisasi eksternal"), dll., melainkan membuat lebih subjektif dari objektif-semu; dari subjek yang telah direduksi menjadi objek-semu—kembalinya subjektivitas ke subjek nyata, yang sebelumnya "di-de-subjektifkan".

n2

Jelaslah, ini perlu mencakup objektifikasi-diri dari inter-subjektivitas baru ini.

Tesis 102

n1

Kita mengkritik penggunaan istilah 'prinsip' ketika penggunaan istilah ini merupakan gejala proyeksi (penyangkalan diri), seperti dalam frasa "Mari hidup sesuai dengan prinsip kita", namun ... ada penggunaan istilah yang, kita akui, lolos dari kritik ini. Istilah itu adalah penggunaan 'prinsip' di mana berfungsi sebagai sinonim dari "invarian", "hukum", "rahasia", "kunci", dll., seperti dalam frasa "Prinsip mesin ini adalah ..." atau "Prinsip proses alami ini adalah ... ", atau "Prinsip dari hubungan sosial ini adalah ... ", dll.

Tesis 112

n1

Untuk definisi dari istilah "modal konstan" dan "modal variabel" lihat Karl Marx, Capital: A Critique of Political Economy, Vol. I. International Publishers, (New York, 1967), Bab VIII, hlm. 209, et. passim.

Tesis 115

n1

"National Caucus of Labour Committees” – N.C.L.C. – adalah bahaya utama kiri bagi gerakan revolusioner yang otentik di "Barat," yang sekarang membidiknya untuk membunuh dari satu sisi; pada saat yang sama bahwa, kekuatan kapitalisme swasta klasik yang semakin putus asa, dengan sendirinya berubah menjadi kapitalis negara, membidiknya dari sisi yang lain dalam konteks krisis sosial umum saat ini, dan semakin dalam dengan cepat. N.C.L.C. adalah tentang satu-satunya tendensi Kiri yang relatif hidup dan dinamis di AS; satu-satunya yang berada di dalam pengertian kontemporer dengan momen historis saat ini, dan, meskipun histerianya semakin paranoid, masih cukup jelas untuk menjadi satu-satunya organisasi Leninis di agenda bahkan mampu membawa variasi Stalinis (kelas-penguasa murni-birokratis/borjuis; hibrid, kapital negara/swasta) dari totalitarianisme negara-kapitalis ke tampuk kekuasaan di AS. Organisasi tersebut telah meroket, dan terus berkembang pesat .

Dalam dua artikel baru-baru ini tentang "psikologi" praktik pengorganisasian kelas-pekerja, artikel yang berisi banyak perkembangan brilian—diam-diam meminjam banyak dari Reich—yang harus kita apropriasi dengan rakus, Lyn Marcus (Pemimpin NCLC) hampir mencapai Maois (lih. kutipan dalam catatan ketiga untuk Tesis 37) nada psiko-patologi dalam tirannya tentang subjek keserakahan, kepentingan-diri, keegoisan, dll.:

“Kehendak pekerja harus menjadi kehendak untuk melakukan apa yang menjadi kepentingan historis kelas pekerja dunia secara keseluruhan, tidak ada yang lain. Jika para pekerja dengan penuh semangat berpegang teguh pada sentimen yang bertentangan dari kepentingan-pribadi yang dibayangkan, sentimen itu harus ditangkap dan disingkirkan dari mereka. Tidak ada manusia yang memiliki hak untuk percaya atau "merasakan" apapun kecuali yang mendorongnya untuk bertindak demi kepentingan historis kelas pekerja dunia secara keseluruhan."


—(Lyn Marcus, "The Sexual Impotence Of The Puerto Rican Sosialist Party", The Campaigner, 7: 1, November 1973, hlm. 44).

Lihat juga: Lyn Marcus, “Beyond Psychoanalysis”, The Campaigner, September-Oktober 1973, hlm. 88–89, et. passim.

II. Anotasi

Tesis 13

a1

Kita menyadari bahwa konsep pertukaran yang diperluas ini mungkin sulit diterima oleh pembaca yang kehidupan objektifnya didominasi oleh hubungan nilai-tukar. Namun, kritik terhadap nilai-tukar tidak harus disamakan dengan negasi abstrak atau negasi moralistik dari pertukaran itu sendiri. Konsep pertukaran jauh "lebih besar" daripada konsep nilai-tukar—atau quid pro quo—pertukaran: relasi pertukaran komoditas. Pertukaran nilai-tukar adalah sementara, bersifat historis, dan kebutuhan yang akan menghilang. Pertukaran seperti, bagaimanapun, adalah kebutuhan masyarakat secara umum; eksistensi sosial seperti itu, baik yang berkaitan dengan relasi masyarakat dengan alam maupun sehubungan dengan relasi-dirinya, relasi sosial yang tepat:

“Proses kerja ... adalah tindakan manusia dengan maksud untuk menghasilkan nilai-guna, apropriasi substansi-substansi alami demi kebutuhan manusia; itu adalah kondisi yang diperlukan untuk melakukan pertukaran materi antara manusia dan Alam; itu adalah kondisi eksistensi manusia yang dipaksakan-oleh-alam yang kekal; dan karena itu, tidak bergantung pada setiap fase sosial dari eksistensi itu, atau lebih tepatnya, umum untuk setiap fase tersebut. "


—Karl Marx, Capital, A Critique Of Political Economy, International Publishers, (New York, 1967), hlm. 183–4. Lihat juga, Karl Marx, "Free Human Production", dalam Easton and Guddat, Writings of the Young Marx On Philosophy and Society, Doubleday and Company, (Garden City, 1967), hlm. 277.

Nilai-tukar secara historis spesifik pada fase tertentu dari perkembangan kekuatan produktif sosial (individu sosial): pertukaran pada umumnya secara historis bersifat umum, tidak tergantung pada bentuk atau tahap tertentu dari masyarakat manusia. Pertukaran sebenarnya tidak hanya mencirikan proses kerja secara umum, tetapi juga setiap aspek aktivitas manusia; hubungan dengan manusia lain dan dengan alam. Faktanya, semua interaksi, sosial dan alam, dan semua proses kehidupan secara umum—percakapan, makan, hubungan seksual, dan bahkan kontemplasi alam yang "pasif"—termasuk dalam konsep pertukaran yang diperluas ini—paling tidak, "pertukaran-tindakan (exchange-of-action)”. Bahkan, dalam pemberian hadiah secara sepihak; bahkan ketika seseorang memberi Anda sebuah objek dan Anda tidak memberikan objek sebagai imbalan langsung—apalagi sebagai imbalan yang setara dengan nilai-tukar—pertukaran telah terjadi, meskipun bukan pertukaran nilai-tukar (komoditas); bukan pertukaran dengan jenis yang mereproduksi hukum nilai. (Dalam masyarakat kapitalis juga terdapat berbagai bentuk atau aproksimasi yang terbelakang dari hubungan nilai-tukar, misalnya barter—bahkan barter "kebaikan". Faktanya, quid pro quo—secara harfiah "ini untuk itu"—adalah, dalam masyarakat yang didasarkan pada kelangsungan hidup yang diprivatisasi, sebuah standar dan paradigma yang tidak hanya meliputi hubungan "ekonomi", tetapi juga mendominasi semua aspek kehidupan sosial—termasuk hubungan pribadi yang paling "intim").

Masyarakat komunis tidak dapat dibayangkan dengan kelangsungan hidup pertukaran-nilai-tukar yang paling minimal dan marjinal, tetapi juga tidak dapat dibayangkan tanpa pertukaran; pertukaran objek, informasi, energi, pengalaman, dll. antara manusia dan manusia dan antara manusia dan alam—tanpa apa yang disebut Marx sebagai "metabolisme sosial".

Tesis 38

a1

"Mari kita hadapi [asosiasi penderitaan—Penerj.] itu: hubungan manusia menjadi apa yang dibuat hierarki sosial dari mereka, impersonalitas adalah bentuk penghinaan yang paling tidak melelahkan." (Vaneigem, op. cit, catatan kaki 10, hlm. 36). Impersonalitas adalah rasa jijik yang serupa (meski lebih terisolasi) yang mendorong Luis Nada, dalam kehampaan tahun-tahun pascaperang, untuk menyatakan: "Secara umum, saya menganggap umat manusia sebagai gangguan harian dalam hidup saya." (Dikutip dari The Life and Times of Luis Nada, oleh Anna von Schtuk, Ex Nihilo Publishers, 1974, hlm. 231.).

Tesis 46

a1

"Manajemen-diri umum" adalah istilah yang digunakan oleh Situationis untuk mendeskripsikan mode produksi masyarakat komunis. Hal ini mengacu pada proses di mana kita mengambil langsung ke tangan kita sendiri setiap aspek kehidupan sosial. Hal ini berarti, negasi determinasi dari Kapital, produksi komoditas, dan semua kekuatan yang terpisah, yakni, dari semua kekuatan selain dari para produsen terasosiasi itu sendiri. Bentuk embrionik dari manajemen-diri telah muncul berulang kali melalui sejarah modern. Kemungkinannya pertama kali didemonstrasikan dalam Komune Paris tahun 1871, dan sepanjang abad kedua puluh dalam gerakan dewan-dewan buruh. Dewan buruh telah muncul berulang kali, biasanya dalam situasi kritis di mana ketidakmampuan pemilik masyarakat saat ini telah ditunjukkan dengan jelas dan praktis. Pada kesempatan seperti itu (Rusia 1905, Kronstadt 1921, Spanyol 1936–37, dll.) kaum proletar telah mengakui bahwa: mereka telah menjalankan segalanya selama ini, dan bahwa sekarang ini hanya masalah menjalankan segalanya untuk diri mereka sendiri. Jika manajemen-diri umum berarti “sebuah masyarakat di mana perkembangan penuh dan bebas dari setiap individu membentuk prinsip yang berkuasa,” [s20] hal itu tidak memungkinkan akomodasi untuk otoritas yang lebih tinggi, fetish, atau hubungan sosial yang direifikasi. Di masa lalu, para Situasionis telah dengan jelas mengakui bahwa: pentingnya swa-kelola/manajemen-diri bukan hanya bentuknya, tetapi juga dan dengan tegas kontennya—jelas "manajemen-diri" dari dunia saat ini (yakni produksi komoditas, dll.) kurang menarik bagi subjek radikal. Mereka hanya tertarik pada manajemen-diri dari transformasi total dan transformasi kualitatif dunia.

Sejak itu, kami telah memperluas definisi manajemen-diri umum untuk memasukkan lebih banyak sisi dari berbagai dialektika. Seperti yang sekarang kita gunakan, manajemen-diri umum tidak berarti hanya pengelolaan oleh diri sendiri dari dunia (dan mungkin dunia marvels), tetapi lebih jauh lagi berarti pengelolaan diri. Apa yang kita bicarakan adalah kesatuan dialektis dari subjek dan objek di mana aktivitas kita—yaitu hubungan sensual kita dengan dunia objektif—menjadi realisasi, yakni aktualisasi: objektifikasi subjektivitas kita—diri kita. Pembuatan eksplisit dari semua yang kita secara implisit. Hal ini sebagian besar adalah apa yang Marx maksudkan ketika dia berbicara tentang lingkungan manusia sebagai "tubuh anorganiknya" [s21]. Maksud penting dari Marx “Aku harus menjadi segalanya” [s22] (dengan penambahan penekanan) sekarang menjadi jelas dalam banyak sisinya. “Kita ingin seluruh dunia menjadi kreasi-diri kita secara sadar” [s23] yaitu tidak hanya kreasi oleh tetapi juga kreasi dari diri kita sendiri. (Konsep ini akan dikembangkan lebih lanjut dalam artikel mendatang yang mungkin akan muncul di jurnal kami.)

Oleh karena itu, jelaslah, segala bentuk “manajemen-diri” yang tidak secara tegas mengakhiri semua bentuk produksi komoditas dan, tentu saja, tenaga kerja itu sendiri, sama sekali telah kehilangan sisi dialektika ini. Dalam usaha pekerja yang [produksinya] "dikelola-sendiri" (misalnya model anarko-sindikalis atau Titoist), para pekerja paling baik mengelola non-diri mereka, yaitu proses dan penggabungan aktivitas asing mereka sendiri (non-manajemen-diri) . “Manajemen-diri umum” dalam arti yang sepenuhnya harus merupakan penghancuran tidak hanya dari semua kekuatan yang terpisah, tetapi juga pemisahan itu sendiri (hukum, politik, sosial, personal, dll.). Kita harus menjadi segalanya! Jadi, “kaum proletar, jika mereka ingin menegaskan diri mereka sebagai individu, harus menghapus kondisi eksistensi mereka sampai sekarang (yang, terlebih lagi, telah menjadi kondisi semua masyarakat hingga saat ini), yaitu tenaga kerja. Dengan demikian, mereka menemukan diri mereka secara langsung bertentangan dengan bentuk di mana, sampai sekarang, individu-individu, yang terdiri dari masyarakat, telah memberikan mereka ekspresi kolektif, yaitu Negara. Oleh karena itu, untuk menegaskan diri mereka sebagai individu, mereka harus menggulingkan Negara." [s24]

Apa yang dimaksud dengan manajemen-diri umum, “jika bukan penjabaran absolut dari disposisi kreatif [manusia], tanpa prasyarat apapun selain evolusi historis pendahulu yang membuat totalitas evolusi ini, yaitu evolusi semua kekuatan manusia seperti itu, tidak terukur oleh tolak ukur yang ditetapkan sebelumnya—tujuan itu sendiri? Apa ini, jika bukan situasi di mana manusia tidak mereproduksi dirinya sendiri dalam bentuk yang dideterminasi, tetapi memproduksi totalitasnya? Di mana dia tidak berusaha untuk tetap menjadi sesuatu yang dibentuk oleh masa lalu, tetapi berada dalam gerakan absolut kemenjadian?" [s25] Bagaimana jika tidak seluruh dunia sebagai realisasi gairah kita?

Tesis 53

a1

Max Stirner.

Tesis 75

a1

Artinya, mereka tidak dapat dibeli dalam lingkup sempit korupsi yang biasanya saya tawarkan. Kita adalah orang terakhir yang menyangkal bahwa "setiap orang memiliki harganya." Tetapi seperti yang ditunjukkan Hegel, bahwa perbedaan kuantitatif belaka dapat, melewati titik tertentu, benar-benar menjadi perubahan kualitatif, jadi subjek radikal menaikkan harganya begitu tinggi sehingga akhirnya melampaui ranah nilai-tukar, dan dalam hal ini, semua apropriasi parsial.

Tesis 80

a1

Bagi Marx, ini sama sekali tidak berarti, bahwa aktivitas produktif tidak bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan, menarik, dan aktivitas realisasi-diri. Hal ini berarti bahwa, pekerjaan tidak bisa menjadi "permainan" dalam arti permainan sembrono dalam masyarakat kelas, di mana kelangsungan hidup subjek tidak langsung dipertaruhkan dalam aktivitasnya, yaitu di mana kelangsungan hidupnya dijamin oleh aktivitas produktif orang lain dan di mana aktivitasnya berada terbatas pada zona tertutup dan "permainan" kategori sosial khusus yang tidak boleh ditumpahkan ke dalam produksi sosial yang "serius". Dengan demikian, aktivitas "kerja" memiliki aspek kebutuhan sadar, bahaya, yang tidak dimiliki aktivitas "bermain" sembrono. Hal ini menunjukkan bagaimana penyelesaian kontradiksi saat ini antara "kerja" dan "leisure", atau "produksi" dan "konsumsi", tidak dapat mengambil bentuk secara sepihak merangkul antitesis kerja, "bermain", tetapi hanya dari kesatuan negasi dari keduanya—yaitu negasi dari kontradiksinya sendiri; sintesisnya: aktivitas kreatif bebas, atau "produksi manusia bebas". Ada bagian lain dalam The Grundrisse di mana Marx tampaknya melewati wilayah yang sama dari ragam konseptualnya, dengan sedikit lebih banyak amplitudo pada aspek pertanyaan ini:

“Tampaknya jauh dari pemikiran (Adam) Smith bahwa individu 'dalam keadaan kesehatan, kekuatan, aktivitas, keterampilan, dan efisiensi yang normal’, mungkin juga memerlukan porsi kerja yang normal, dan istirahat dari istirahat. Memang benar bahwa, kuantitas tenaga kerja yang akan diproduksi tampaknya dikondisikan oleh keadaan eksternal, oleh tujuan yang ingin dicapai, dan hambatan pencapaiannya yang harus diatasi oleh tenaga kerja. Tetapi tidak terpikir oleh A. Smith bahwa, mengatasi rintangan semacam itu dengan sendirinya merupakan latihan kebebasan, dan bahwa tujuan eksternal ini kehilangan karakternya sebagai kebutuhan natural belaka dan ditetapkan sebagai tujuan yang ditetapkan oleh individu itu sendiri. Hasilnya adalah realisasi-diri dan objektifikasi subjek, oleh karena itu kebebasan sejati, yang aktivitasnya justru adalah kerja. Tentu saja, dia benar dalam mengatakan bahwa: kerja selalu tampak menjijikkan, dan dipaksakan kepada pekerja dari luar, dalam bentuk historisnya dari perbudakan, kerja-paksa, dan kerja-upahan, dan dalam pengertian ini non-kerja dapat ditentang sebagai kebebasan dan kebahagiaan”.

Ini adalah kebenaran ganda untuk kerja kontradiktif yang belum menciptakan kondisi subjektif dan objektif (yang hilang ketika meninggalkan kondisi pastoral) yang membuatnya menjadi kerja yang menarik dan realisasi-diri individu. Ini tidak berarti bahwa, kerja dapat dibuat hanya sebagai lelucon, seperti yang diungkapkan secara naif oleh Fourier dalam istilah gadis toko (shop-girl). Tenaga kerja yang benar-benar bebas, composing musik misalnya, pada saat yang sama [dituntut] sangat serius dan upaya yang maksimal. Kerja yang terkait dengan produksi material hanya dapat memiliki karakter ini jika (1) kerja itu bersifat sosial, (2) memiliki karakter ilmiah dan pada saat yang sama merupakan kerja universal, yaitu jika ia berhenti menjadi usaha manusia sebagai kerja pasti, kekuatan natural yang terlatih, melepaskan aspek-aspek primitifnya yang murni natural dan menjadi aktivitas subjek yang mengendalikan semua kekuatan alam dalam proses produksi. Selain itu, A. Smith hanya memikirkan budak kapital. Misalnya, bahkan pekerja semi-artistik Abad Pertengahan tidak dapat dimasukkan dalam definisinya.
—Karl Marx, "Grundrisse der Kritik der Politishen Okonomie," lih. Nicolaus, Penguin, 1973, hlm. 611–612, dan David McLellan, Harper & Row, 1971, hlm. 124.

Marx dan Engels sejak awal merujuk pada transisi dari mode tidak bebas ke mode bebas dari aktivitas produktif manusia sebagai penghapusan kerja—"Aufhebung der Arbeit"—lihat The German Ideology, Progress Publishers, 1968, hlm. 70, 77, 86, 96 , 224, 240, dan catatan kaki hlm. 70.

Tesis 87

a1

Ideologi hippy-slobbism (kemalasan-hippie) tidak akan menemukan suaka di sini.

Tesis 91

a1

"Objektifikasi" ini tidaklah digunakan dalam pengertian subjek yang menuliskan dirinya di dunia objektif melalui aktivitasnya; mengekspresikan subjektivitasnya dalam objek dan keadaan objektif dunia yang ia ciptakan, tetapi dalam pengertian subjek yang diperlakukan seperti benda [objek]; berubah menjadi objek-semu. Jadi, kedua bentuk pengertian ini hampir persis berlawanan. Sepanjang tulisan, kami menunjukkan penggunaan kedua pengertian ini dengan mengapit kata dalam tanda ‘kutip ganda’, untuk membedakannya dari penggunaan ‘tanpa tanda kutip’.

Tesis 93

a1

Di sini, sekali lagi, pengertian objektivitas berbeda dari penggunaannya yang normal, itulah alasan kami menempatkan tanda kutip di sekitarnya. Lihat anotasi untuk Tesis 91.

Tesis 112

a1

Dalam beberapa kasus, para pembunuh massal secara acak ini terbukti tidak hanya menjadi ekstremitas paling nyata dari perang semua melawan semua, tetapi juga kritik-diri secara sadar terhadapnya. Dalam banyak kasus, seorang ‘nihilis aktif’ dengan sengaja dan sadar melambangkan semua yang dia benci.

Tesis 116

a1

Jika sekarang Anda tidak tahu bahwa, egoisme sempit adalah penyangkalan-diri, sebaiknya Anda berhenti di sini.

Tesis 118

a1

Kata “permainan” yang digunakan di sini, bukan dalam pengertian teori situasi dan konstruksi situasi yang dikembangkan oleh Situationis Internasional, tetapi dalam pengertian ideologi psikoterapi “Analisis Transaksional”.

III. Sitasi

Tesis 9

s1

“Seiring dengan semakin berkurangnya jumlah tokoh kapital, yang merampas dan memonopoli semua keuntungan dari transformasi ini, yang menumbuhkan kesengsaraan orang banyak, penindasan, perbudakan, degradasi, dan eksploitasi; tetapi dengan hal tersebut juga menumbuhkan pemberontakan kelas pekerja, kelas yang selalu bertambah jumlahnya, yang didisiplinkan, bersatu, dan diorganisir oleh mekanisme proses reproduksi kapitalis itu sendiri. Monopoli kapital menjadi belenggu pada mode produksi, yang telah bermunculan dan berkembang bersama, dan di bawahnya. Sentralisasi alat-alat produksi dan sosialisasi tenaga kerja pada akhirnya mencapai titik di mana mereka menjadi tidak sesuai dengan integumen kapitalis. Integumen ini hancur berantakan. Suara ‘alarm bahaya’ properti kapitalis-swasta terdengar. Para pengambilalih [akhirnya] diambil-alih. "


—Karl Marx, Capital, A Critique of Political Economy, Vol. I, International Publishers, 1967, hlm. 763, emphasis ours

Tesis 10

s2

Frase "produsen yang terasosiasi", "pekerja bebas dan terasosiasi", atau "pekerja terasosiasi", muncul berulang kali di seluruh karya Marx ketika ia berusaha untuk menyebutkan atau mencirikan relasi sosial produksi masyarakat komunis: asosiasi itu sendiri. Ini adalah sesuatu yang sangat dihindari untuk disebutkan oleh Leninis (dari semua varietasnya) dalam semua pembicaraan tentang “negara sosialis” dan “pemerintah pekerja”, dll. mereka lebih suka semua ini dilupakan begitu saja. Tidak ada frasa yang lebih tepat yang dapat dibuat untuk menyebut dan menggambarkan manajemen masyarakat sebagai sistem dewan pekerja selain "produsen yang terasosiasi". Beberapa kutipan yang dipilih dari bagian-bagian yang representatif di mana deskripsi ini muncul, tercantum di bawah ini:

  • Karl Marx, Capital, A Critique of Political Economy, Vol. 1, Penerbit Internasional, (New York, 1967). hlm. 80; vol. III, hlm. 437, hlm. 607, hlm. 447.

  • David McLellan. The Grundrisse, (Harper and Row, 1971) hlm. 152.

  • Karl Marx, Capital (Vol. IV): Theories of Surplus Value (Bagian III), Progress Publishers (Moskow, 1971) hlm. 273.

  • Karl Marx, “Tulisan di Komune Paris” dalam The Civil War in France (Draf Pertama), Hal Draper, Editor, Monthly Review Press, 1971, hlm. 155.

  • Karl Marx, "Instructions For The Delegates of The Provisional General Council: The Different Questions" # 5: "Co-operative Labour". hlm. 81 dalam Karl Marx dan Frederick Engels, Selected Works, Volume 2, Progress Publishers, (Moskow, 1969). Karl Marx, "Nationalization of The Land". hlm. 290, ibid.

Tesis 11

s3

Karl Marx, "Economic and Philosophical Manuscripts" dalam T.B. Bottomore, Karl Marx, Early Writings, McGraw-Hill, (New York, 1963), hlm. 155.

s4

Ini adalah istilah awal Marx untuk apa yang kemudian dia sebut sebagai "relasi sosial produksi". Lihat: Karl Marx dan Frederick Engels, The German Ideology, Progress Publishers, (Moscow. 1968), hlm. 89, 92, dll.

Tesis 13

s5

Karl Marx, The Grundrlsse, dalam “Pre-Capitalist Economic Formations’, Hobsbawn dan Cohen, penerjemah dan editor, International Publishers, (New York, 1965), hlm. 84.

Tesis 14

s6

Karl Marx, “Money and Alienated Man”, dalam Easton dan Guddat, Writings Of The Young Marx On Philosophy And Society, Doubleday (Garden City, 1967), hlm. 271–272.

Tesis 15

s7

Situationist International (Mustapha Khayati, et. al), “On the Poverty of Student Life” (diterbitkan oleh BLACK AND RED, P.O. Box 9546, Detroit, Mich., 48202) hlm. 24.

Tesis 21

s8

Karl Marx, Theories Of Surplus Value, Bagian III, (Vol. IV of Capital), Progress Publishers (Moscow, 1971), hlm. 429.

Tesis 23

s9

Karl Marx, Economic and Philosophical Manuscripts of 1644 (terjemahan FOR OURSELVES) lih. T.B. Bottomore, op. cit. hlm. 158 dan Easton dan Guddat, op. cit. hlm. 306–307.

Tesis 24

s10

Raoul Vaneigem, Treatise On Living For The Use of the Young Generation (Terjemahan bahasa Inggris dari bagian I tersedia dari Bureau of Public Secrets, P.O. Box 1044, Berkeley, Calif., 94701) hlm. 45–46.

Tesis 25

s11

Karl Marx, Bruno Bauer, Die Judenfrage, dalam T.B. Bottomore, op. cit., hlm. 24–25.

Tesis 26

s12

Raoul Vaneigem, op. cit., hlm. 11.

Tesis 30

s13

Heinz von Foerster, “Logical Structure od Environment and its Internal Representation”, dalam Proceedings of the 1962 Design Conference, Aspen, Colorado, R.E. Eckerstrom, editor, (Herman Miller, 1963).

Tesis 35

s14

Karl Marx, “Free Human Production,” dalam Easton dan Guddat, op. cit., hlm. 281:

"Misalkan kita telah memproduksi sesuatu sebagai human beings: dalam produksinya masing-masing kita, akan dua kali mengafirmasikan dirinya sendiri dan yang lain .... Saya akan menjadi mediator antara Anda dan spesies dan Anda akan mengalami saya sebagai reintegrasi sifat alami milik Anda dan bagian penting dari diri Anda .... "

Tesis 36

s15

Ibid.

Tesis 40

s16

Ayn Rand, The Virtue of Egois; A New Concept of Egoism, New American Library, (New York, 1965), et. passim. Capitalism: The Unknown Ideal, New American Library, (New York, 1964).

Tesis 42

s17

Max Stirner, The Ego And His Own, Libertarian Book Club, (New York, 1963), hlm. 5, dalam "All Things Are Nothing To Me".

Tesis 46

[s20]-[s25] ditemukan dalam [a1] dari Tesis 46.

s18

Karl Marx dan Frederick Engels, “Writings On The Paris Commune” (dari draf pertama, oleh Marx, dari The Civil War In France), Hal Draper, editor, hlm. 150–154.

  • Lihat juga: Karl Marx. The Civil War In France: The Paris Commune, International Publishers (New York, 1968), hlm. 54–61, khususnya hlm. 58.

  • Lihat juga: Guy Debord, Society Of The Spectacle, BLACK AND RED (P.O. Box 9546. Detroit, Michigan, 48202), (Detroit, 1970), tesis No. 179 dalam Bab VII "Organization of Territory".

  • Lihat juga: “Situationist International No. 1”, Review of the American Section, Juni 1969, hlm. 27.

  • Lihat juga: Raoul Vaneigem, Notice To The Civilized Concerning Generalized Self-Management.

s19

Eugene Schulkind, The Paris Commune of 1871: View From The Left, Jonathan Cape, (London. 1972), hlm. 164. [Dokumentasi yang terkandung dalam buku ini tentang kecenderungan sosialis di dalam Komune, dan pengaruh mereka di dalamnya dari Internasional Pertama, secara umum, sangat mencengangkan dibandingkan dengan apa yang telah tersedia sebelumnya dan cukup menggetarkan.]

s20

Karl Marx, Capital, A Critique of Political Economy, op. cit., hlm. 592. Vol. I.

s21

Karl Marx, Economic and Philosophic Manuscripts of 1844, International Publishers, (New York, 1964), et. passim. dalam bab “Estranged Labour” lihat juga Pre-Capitalist Economic Formations, op. cit., hlm. 85–99 di mana konsep ini dikembangkan secara signifikan.

s22

Karl Marx; lihat [s40]; lihat Tesis 78.

s23

FOR OURSELVES, “Preamble To The Founding Agreements” (lihat Lampiran).

s24

Karl Marx, Frederick Engels, The German Ideology, (Progress Publishers, Moscow atau international Publishers, New York) kalimat penutup Bagian Satu. Dalam satu edisi (The German Ideology, Bagian Satu, dengan pilihan dari Bagian Dua, Bagian Tiga, dan Teks Tambahan. New World Paperbacks, New York, 1970) teks disusun agak berbeda dan bagian itu muncul pada hlm. 85.

s25

Karl Marx, The Grundrisse dalam “Pre-Capitalist Economic Formations,” loc. cit., hlm. 96.

Tesis 48

s26

Karl Marx, Grundrisse dalam “Pre-Capitalist Economic Formations,” loc. cit., hlm. 96.

Tesis 49

s27

Dalam kata-kata Frederick Engels: “Lihatlah Komune Paris. Itu adalah Kediktatoran Proletariat!” (Karl Marx, The Civil War in France: The Paris Commune, op. Cit., hlm. 22, kalimat penutup dari pengantar oleh Frederick Engels.)

s28

Karl Marx, The Civil War in France, op. cit., hlm. 61.

s29

Karl Marx, Capital, A Critique Of Political Economy, vol. I, op. cit., hlm. 763.

Tesis 53

s30

Karl Marx dan Frederick Engels, The German Ideology, op. cit., hlm. 272.

Tesis 54

s31

Karl Marx, "Economic and Philosophical Manuscripts", dalam T.B. Bottomore, op. cit., hlm. 152 (dalam "Private Proverty and Communism").

s32

Situationist International, “On The Proverty Of Student Life”, op. cit., hlm. 1.

Tesis 63

s33

Karl Marx dan Frederick Engels, “Manifesto of the Communist Party”, dalam Lewis Feuer, Marx & Engels, Basic Writings On Politics And Philosophy, Doubleday, (New York, 1959), hlm. 29.

Tesis 64

s34

Raoul Vaneigem, Traite do Savoir-Vivre a l’Usage des Jeunes Generations, Gallimard, (Paris, 1967), hlm. 200. [terjemahan FOR OURSELVES.]

Tesis 66

s35

Karl Marx, "Economic and Philosophical Manuscripts." Dalam T.B. Bottomore, op. cit., hlm. 164, 165. dll. (lihat juga Tesis 69 dan Tesis 88).

Tesis 69

s36

Karl Marx, "Economic and Philosophical Manuscripts." Dalam T.B. Bottomore, loc. cit., hlm. 164–165, (Manuskrip III; “Private Proverty and Communism”).

Tesis 70

s37

Karl Marx, 'Money and Alienated Man," dalam Easton dan Guddat, op. cit., hlm. 272.

Tesis 74

s38

Raoul Vaneigem, Traits de Savoir-Vivre a l’Usage des Jeunes Generations, op. cit., Bab 23: “Triad Realization: Realization – Communication – Participation”; Bagian 3 - “Radical Subjectivity”, hlm. 255–258, dan passim. [Terjemahan bahasa Inggris untuk bagian ini dari bab ini tersedia dari RE-INVENTION OF EVERYDAY LIFE, P.O. Box 282, Palo Alto, California, 94302].

Tesis 77

s39

Karl Marx, Grundrisse: Foundations of the Critique of Political Economy (Draft Kasar), diterjemahkan oleh Martin Nicolaus, Penguin, (London, 1973), passim.

Tesis 78

s40

Karl Marx, Contribution Tro The Critique of Hegel’s Philosophy Of Right, "Pendahuluan". Dikutip di King Mob Echo Number One, London, April 1968 (Post Box: BCM / King Mob London WC1), (kutipan sampul). [Dalam beberapa kasus, ini diterjemahkan sebagai "I am nothing, and I should be everything"].

Tesis 80

s41

Karl Marx, The Grundrisse, diterjemahkan dan diedit oleh David McLellan, Harper & Row. (San Francisco, 1971). Hlm. 148–149. cf. Karl Marx, The Grundrisse, diterjemahkan oleh Martin Nicolaus, op. cit., hlm. 711–712. Nicolaus, dalam true Masoist grey-life fashion, menerjemahkan "Genuss" dan "Genusses" Jerman, yang diterjemahkan McLellan sebagai "pleasure" dan "enjoyment", sebagai "consumption". Dia memang telah menghasilkan sebaik mungkin terjemahan negara-kapitalis dari Grundrisse, seperti yang dibuktikan juga dalam terjemahan ager publicus ("common land', lih. Hobsbawm & Cohen; Karl Marx,"Pre-Capitalist Economic Formations”, op. Cit., hlm. 67) menjadi “State property” (lihat hlm. 471, catatan kaki 620).

Tesis 81

s42

Situationist International, “On The Proverty Of Student Life”, op. cit., hlm. 24, (lihat Tesis 15 untuk kutipan lengkap).

Tesis 84

s43

Karl Marx, "Economic and Philosophical Manuscripts", di T.B. Bottomore, loc. cit., hlm. 167.

Tesis 88

s44

Ibid., hlm. 154.

Tesis 92

s45

Sigmund Freud, Civilization and its Discontents, Hogarth Press, (London, 1949), hlm. 79–80.

Tesis 98

s46

Raoul Vaneigem, Traite de Savoir-Vivre a l’Usage des Jeunes Generations, op. cit., [dua bagian pertama – sebelas bab – dapat diperoleh dari Solidarity Bookshop, 713 Armitage, Chicago, Illinois, 60614, dan segera seluruh teks akan tersedia dari Tom Woodhull, P.O. Box 531. Berkeley, California, 94701).

Tesis 99

s47

Ibid., Bab 21, "Master Without Slaves".

s48

Lihat [s19].

Tesis 104

s49

Ludwig Feuerbach, The Essence Of Christianity, diterjemahkan oleh George Eliot, Harper & Row, (New York, 1957), passim. (Lihat, for example, hlm. 73).

s50

Karl Marx, Capital, vol. I, op. cit., Bab 1, Bagian 4, 'The Fetishism of Commodities and the Secret Thereof”, hlm. 71-83.

s51

F.S. Pen, Ego, Junger, And Agression: The Beginning of Gestalt Therapy, Random House. (New York, 1969). passim., dan terutama Bab VII, “First Person Singular”, hlm. 216–219.

Tesis 108

s52

Karl Marx, "Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right", Pendahuluan, dalam T.B. Bottomore, op. cit., hlm. 44.

Tesis 109

s53

Karl Marx, "Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right." Pendahuluan (terjemahan FOR OURSELVES). lih. ibid., hlm. 52 dan John Lewis, The Life and The Teaching of Karl Marx, hlm. 7 (gambar depan), Internasional Publisher (New York, 1965).

Tesis 116

s54

Raoul Vaneigem, Treatise On Living For The Use of the Young Generation, op. cit., hlm. 41, di Bab 4, “Suffering”.


Tesis 119

s55

Karl Marx, Grundrisse der Kritik der Politischen Okonomie, hlm. 143 (McLellan, op. cit.) dan hlm. 706 (Nicolaus, op. cit.).

Tesis 122

s56

Situationist International (Tinjauan Bagian Amerika) No. 1, op. cit., hlm. 41.

s57

Frederick Engels, Socialism Utopian and Scientific, Bagian III.

Lihat juga: Karl Marx dan Frederick Engels, Selected Works in Three Volumes, Progress Publishers, (Moskow, 1970), hlm. 144–145. [Pernyataan yang sama muncul hampir secara verbatim dalam Frederick Engels, Anti-Duhring, Herr Duhring’s Revolution in Science (New World Paperbacks, New York), hlm. 303–304).

s58

Ibid., hlm. 34–35.

LAMPIRAN: Mukadimah Perjanjian Pendirian FOR OURSELVES.

Dewan Manajemen-Diri Umum

Kita telah bangun untuk menemukan bahwa ‘hidup tidak tidaklah hidup’. Mulai dari pekerjaan yang membosankan dan tidak bermakna, hingga penghinaan menunggu tanpa henti dalam antrean, di meja dan konter untuk menerima bagian kita untuk bertahan hidup, dari penjara sekolah yang terus berulang, "hiburan" tanpa-pikiran, dari jalanan yang sunyi dan penuh kejahatan hingga isolasi yang mencekik dari rumah, hari-hari kita adalah treadmill di mana kita berlari lebih cepat dan lebih cepat hanya untuk menjaga kecepatan yang sama.

Seperti mayoritas populasi manusia, kita tidak memiliki kendali atas kegunaan kehidupan kita: kita adalah orang yang tidak memiliki apa-apa untuk dijual selain kapasitas kita untuk bekerja. Kita telah bersatu karena kita tidak bisa lagi mentolerir cara kita dipaksa untuk hidup, kita tidak bisa lagi mentolerir kegersangan energi kita: yang digunakan dan dibuang, hanya untuk menciptakan dunia yang semakin asing dan jelek setiap harinya.

Sistem Kapital, baik dalam bentuk korporasi swasta "Barat" atau bentuk birokrasi negara "Timur", [sangatlah] brutal dan eksploitatif, bahkan selama kenaikannya: sekarang, ia membusuk, ia meracuni udara dan air, menghasilkan kualitas barang dan jasa yang memburuk, dan semakin tidak mampu mempekerjakan kita bahkan untuk keuntungannya sendiri. Logika akumulasi dan persaingannya mengarah kepada keruntuhannya sendiri, tanpa bisa dihindari. Bahkan saat ia menghubungkan semua orang di dunia dalam satu jaringan produksi dan konsumsi yang luas, ia mengisolasi kita satu sama lain; bahkan ketika hal itu merangsang kemajuan yang semakin besar dalam hal teknologi dan kekuatan produktif, ia mendapati dirinya tidak mampu menggunakannya: bahkan ketika ia melipatgandakan kemungkinan untuk realisasi-diri manusia, kita menemukan diri kita dicekik dalam lapisan rasa bersalah, ketakutan dan penghinaan diri .

Tetapi kita OURSELVES—kekuatan kita, kecerdasan kita, kreativitas kita, hasrat kita—yang merupakan kekuatan produktif terbesar dari semuanya. Kitalah yang memproduksi dan mereproduksi dunia sebagaimana adanya, dalam citra Kapital; kitalah yang saling memperkuat pengondisian keluarga, sekolah, gereja, dan media, pengondisian yang membuat kita menjadi budak. Ketika kita bersama-sama memutuskan untuk mengakhiri penderitaan kita, menyerahkan hidup kita ke tangan kita sendiri, kita dapat menciptakan kembali dunia seperti yang kita inginkan. Sumber daya teknis dan jaringan produktif di seluruh dunia yang dikembangkan di bawah sistem lama memberi kita sarana: krisis dan keruntuhan terus-menerus dari sistem itu ... memberi kita kesempatan dan kebutuhan yang mendesak.

Ideologi penguasa negara adidaya dunia, dengan serangkaian kebohongan yang saling terkait, hanya menawarkan kepada kita pilihan yang salah antara "Komunisme" versus "Kapitalisme". Tetapi dalam sejarah revolusi selama abad ini (Rusia, 1905; Jerman, 1919-20; Spanyol, 1936–37; Hongaria, 1956) kita telah menemukan bentuk umum yang melaluinya, kita dapat mengambil kembali kekuasaan atas hidup kita sendiri: dewan pekerja. Pada saat-saat puncaknya, dewan-dewan ini adalah majelis populer di tempat kerja dan komunitas, bergabung bersama melalui delegasi yang diberi mandat ketat yang melaksanakan keputusan yang telah dibuat oleh majelis mereka dan yang dapat dipanggil kembali oleh mereka kapan saja. Dewan mengatur pertahanan mereka sendiri dan memulai kembali produksi di bawah manajemen mereka sendiri. Sekarang, melalui sistem dewan di tingkat lokal, regional, dan global, menggunakan telekomunikasi modern dan pemrosesan data, kita dapat mengoordinasikan dan merencanakan produksi dunia serta bebas untuk membentuk lingkungan terdekat kita sendiri. Bentuk kompromi apapun dengan birokrasi dan hierarki resmi, apapun selain kekuatan total dewan pekerja, hanya dapat mereproduksi kesengsaraan dan keterasingan dalam bentuk baru, seperti yang akan ditunjukkan oleh apa yang disebut sebagai negara "Komunis". Karena alasan ini, tidak ada partai politik yang dapat mewakili gerakan revolusioner atau merebut kekuasaan "atas namanya", karena ini hanyalah pergantian kelas penguasa, bukan penghapusannya. Rencana para produsen yang berasosiasi secara bebas sangat bertentangan dengan Rencana diktator produksi negara dan korporat. Hanya kita semua, bersama-sama, yang bisa memutuskan yang terbaik untuk diri kita sendiri.

Untuk alasan ini, kami mengajak Anda dan ratusan juta orang seperti Anda dan kami, untuk bergabung dengan kami dalam transformasi revolusioner dari setiap aspek kehidupan. Kita ingin menghapus sistem-upah dan kerja-upahan, nilai-tukar komoditas dan keuntungan, kekuasaan korporasi dan birokrasi. Kita ingin memutuskan sifat dan kondisi dari semua yang kita lakukan, untuk mengelola semua kehidupan sosial secara kolektif dan demokratis. Kita ingin mengakhiri pembagian mental dari pekerjaan manual dan waktu "luang" dari waktu kerja, dengan menerapkan semua kemampuan kita untuk aktivitas kreatif yang menyenangkan. Kita ingin seluruh dunia menjadi kreasi-diri kita yang sadar, sehingga hari-hari kita penuh dengan keajaiban, pembelajaran, dan kesenangan. Tidak kurang.

Dalam menetapkan program minimum ini, kita tidak mencoba memaksakan cita-cita pada realita, kita juga tidak sendirian dalam menginginkan apa yang kita cita-citakan. Ide-ide kita sudah ada di benak semua orang, disadari atau tidak, karena mereka tidak lain adalah ekspresi dari gerakan nyata yang ada di seluruh planet ini. Tetapi, untuk menang, gerakan ini harus mengetahui dirinya sendiri, tujuannya, dan musuh-musuhnya, tidak seperti sebelumnya.

Kita tidak berbicara untuk gerakan ini, tetapi untuk diri kita sendiri. Kita tidak mengenali Penyebab atas dan di atas diri kita sendiri. Tetapi diri kita sudah sosial: seluruh umat manusia menghasilkan kehidupan masing-masing anggotanya, sekarang lebih dari sebelumnya. Tujuan kita hanyalah membuat proses ini “sadar” untuk pertama kalinya, untuk memberikan kepada produksi kehidupan manusia: intensitas imajinatif sebuah karya seni.

Dalam semangat inilah kami menyerukan kepada Anda untuk organize, seperti yang kami lakukan, di mana Anda bekerja dan di mana Anda tinggal, untuk mulai merencanakan cara kita dapat menjalankan masyarakat bersama-sama, untuk membela diri Anda dari kesengsaraan yang semakin dalam yang membebani semua orang dari kita. Kami meminta Anda untuk secara aktif menyerang kebohongan, penipuan-diri yang lahir dari rasa takut, yang membuat semua orang membeku di tempat, sementara dunia berantakan di sekitar kita. Kami meminta Anda untuk terhubung dengan kami dan dengan orang lain yang melakukan hal yang sama. Di atas segalanya, kami meminta Anda untuk menganggap diri Anda sendiri dan hasrat Anda dengan serius, untuk menyadari kekuatan Anda sendiri untuk menguasai hidup Anda sendiri.

Sekarang atau tidak sama sekali. Jika kita ingin memiliki masa depan, kita sendirilah yang harus menjadi masa depan itu.

FOR OURSELVES!

16 Februari 1974


f-o-for-ourselves-the-right-to-be-greedy-id-rev-2.png

[1] Penahanan, penekanan, dan pengekangan. [Penerj.]

[2] Pengorbanan-diri. Pengorbanan diri sendiri untuk kepentingan orang lain atau untuk tujuan atau cita-cita ideal tertentu. [Penerj.]

[3] Hubungan-pertukaran. Dalam hubungan pertukaran, pemberian manfaat dilakukan dengan harapan agar menerima manfaat yang sebanding sebagai imbalan atas manfaat yang sudah diterima. [Penerj.]

[4] Koruptibilitas. Kemampuan untuk korup. [Penerj.]

[5] Kelangkaan. [Penerj.]

[6] Rayuan. [Penerj.]

[7] Evocation (evokasi) secara harfiah berarti pembangkitan atau kebangkitan. Secara istilah, ia bermakna: tindakan memanggil atau mengingat perasaan, memori, atau gambar ke pikiran sadar. [Penerj.]

[8] Kritik-diri. Tindakan memeriksa diri sendiri secara kritis. [Penerj.]

[9] Inilah Rhodes! di sinilah kamu melompat. [Rhodes adalah pulau di sebelah tenggara laut Aegean Yunani].

[10] Merendahkan. [Penerj.]

[11] Perampasan. [Penerj.]

[12] Kepemilikan bersama. [Penerj.]

[13] Bernilai sepadan dan setara. [Penerj.]

[14] Setelah keruntuhan kapitalisme dan naiknya komunisme. [Penerj.]

[15] Penggandaan. [Penerj.]

[16] Kebalikan dari apropriasi total. [Penerj.]

[17] Kebutuhan-diri.

[18] Kemauan.

[19] Kesadaran.

[20] Hasrat-diri atau keinginan.

[21] Kelekatan-diri.

[22] Kateksis-diri: investasi emosional-diri.

[23] Sentrasi-diri (pemusatan-diri).

[24] Sublasi: mengasimilasi (entitas yang lebih kecil) menjadi ebih besar. [Penerj.]

[25] Penyebutan kolektivisme atau sosialisme sepihak digunakan untuk membedakannya dengan kolektivisme atau sosialisme yang tidak sepihak (yang tidak anti-individualisme). [Penerj.]

[26] Perang semua melawann semuanya. [Penerj.]

[27] Pemilik suatu usaha atau properti. Tuan atau bos. [Penerj.]

[28] Gratifikasi-diri: Kepuasan-diri (indulgensi atau pemuasan hasrat diri). [Penerj.]

[29] Pelepasan.

[30] Secara sosiologi, istilah ini berarti: suatu bentuk dorongan, keinginan, atau sikap untuk hidup berbaur dengan individu lain dalam masyarakat; menjalin persahabatan dan membentuk kelompok sosial. [Penerj.]

[31] Istilah keren dari “pesta” atau “selebrasi”.

[32] Hip movement: gerakan hippie pertengahan tahun 60-an. [Penerj.]

[33] Genre musik hippie “street vermin

[34] Varian dari gutter punk.

[35] Perasaan bahwa kita ingin atau lebih condong ingin melakukan suatu hal A (misal). Yang mana seharusnya keputusan ini diambil berdasarkan fakta, bukan berdasarkan kecenderungan perasaan atau firasat. [Penerj.]

[36] Raoul Vaneigem adalah seorang penulis Belgia yang terkenal dengan bukunya tahun 1967 The Revolution of Everyday Life. Edisi terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Penerbit Liberta (instagram: @penerbit.liberta), kepoin aja kalau penasaran dengan buku tersebut. [Penerj.]

[37] Ramifikasi (akibat/hasil) adalah konsekuensi dari suatu tindakan atau peristiwa, terutama yang kompleks dan tidak diinginkan. [Penerj.]

[38] Aku bukan apa-apa, tapi aku harus menjadi segalanya. [Penerj.]

[39] Pemahaman nihilis mandek di “Aku bukan apa-apa (I am nothing)”, tanpa lanjut ke “tapi aku harus menjadi segalanya (but I must be everything). [Penerj.]

[40] Waktu luang atau waktu senggang free time atau space time secara umum mirip, tetapi leisure time lebih spesifik yang artinya waktu not-working (tidak-bekerja). Dengan contoh, mungkin akan lebih jelas terlihat perbedaannya. Misal: saya pekerjaan saya adalah menyeduh kopi, ketika tidak bekerja, saya menulis buku. Aktivitas menulis buku itu adalah waktu luang atau waktu senggang. Karena “menulis” adalah aktivitas work (di luar pekerjaan-penuh “menyeduh kopi”). Waktu luang/senggang adalah waktu yang menjadi peningkatan diri individu saya (dengan menulis). itulah free atau space time (waktu untuk aktivitas yang lebih tinggi [dalam hal ini aktivitas menulis lebih tinggi daripada aktivitas menyeduh kopi]. Sementara itu, leisure time, contohnya: ketika aku malas menulis, aku menghabiskan waktu bermalas-malasan di pantai, maraton nonton film di kamar, atau neduh di gunung. Tidak ada aktivitas work sama sekali (baik menyeduh kopi atau menulis), spesifik not-working. Dengan contoh itu, mungkin terjemahan yang paling dekat dengan leisure time adalah waktu santai. Waktu luang/senggang, meskipun bukan kerja, namun bisa menjadi kerja rekreatif; sementara itu, leisure, sifatnya MURNI rekreasi. [Penerj.]

[41] Tentunya hubungan timbal-balik seksual yang mutualis ini hanya akan terjadi jika keduanya sama-sama bisa memuaskan dan sama-sama bisa terpuaskan. Potensial orgastik. Berpotensi tinggi dalam orgamse. Akan tetapi, sebelum berbicara sampai sejauh itu … kalau melihat konteks kehidupan kita sekarang dengan maraknya kasus pelecehan, kererasan, dan pemerkosaan seksual; kembali ke basis, jangan lupa konsen. [Penerj.]

[42] Tidak menunjukkan support dan afeksi yang dianggap sebagai peran sister (saudari perempuan). Mungkin dengan kata-kata berikut akan lebih mudah untuk memahami unsisterly behavior : semua perempuan bersaudari. “kok sesama perempuan gak support sih”. Perempuan support perempuan. [Penerj.]

[43] Kebalikan rekuperasi. [Penerj.]

[44] Dengan kata lain: harga orotitas seorang tuan kepada budak adalah = harga penerimaan tuan tersebut terhadap otoritas yang menimpa dirinya ketika ia menjadi budak dan memiliki tuan. [Penerj.]

[45] Kemampuan untuk hidup elegan. [Penerj.]

[46] Revolusi Kehidupan Sehari-hari. [Penerj.]

[47] Pecundang cantik. Seseorang yang menempatkan tujuannya terlalu rendah sehingga tidak pernah mencapai apapun. [Penerj.]

[48] Penurunan, kerugian, penipisan.

[49] Ressentiment sering juga disebut resentment, secara harfiah dapat berarti dendam, kebencian, atau kemarahan. Secara istilah, ressentiment berarti keinginan untuk hidup saleh; dan dengan demikian, memposisikan diri untuk menghakimi orang lain, membagi kesalahan, dan menentukan tanggung jawab. [Penerj.]

[50] Bulan kesebelas dalam kalender Republik Prancis (1793–1805), awalnya berlangsung dari 19 Juli hingga 17 Agustus. [Penerj.]

[51] Kebalikan resonansi.

[52] Character Armour: Jumlah total dari sikap karakter yang khas, yang dikembangkan seseorang sebagai penghalang terhadap kegembiraan emosionalnya, yang mengakibatkan kekakuan tubuh, kurangnya kontak emosional, "kematian". Secara fungsional identik dengan baju besi berotot (muscular amor).

[53] Membeku menjadi postur, artinya menjadi kaku dalam artian character-armor atau muscle armour. [Penerj.]

[54] Malnutrisi akibat penyakit hipotiroidisme sehingga menghambat pertumbuhan fisik dan psikis, kretinisme ini bawaan sejak lahir karena kekurangan yodium sejak dalam kandungan. [Penerj.]