Jhon Ajat

Pemerintahan Masa Depan dalam Pemikiran Noam Chomsky

Avram Noam Chomsky lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat pada 7 Desember 1928. Chomsky berasal dari keluarga yang berpendidikan tinggi, dari pasangan Dr. Willian Zev Chomsky dan Elsie Simonofsky. Ayahnya dikenal sebagai ahli gramatika bahasa Ibrani sementara Ibunya seorang pemikir dan aktivis antikemapanan.

Chomsky dikenal sebagai salah satu pemikir ternama dunia yang banyak bergerak dalam berbagai bidang, termasuk linguistik, filsafat, sejarah hingga politik. Lebih dari 100 karya tulis dalam berbagai jenis dengan beragam tema telah ditulis olehnya. Chomsky juga merupakan seorang Profesor Linguistik di Universitas Arizona serta Profesor Emeritus di Institut Teknologi Massachusetts (MIT).

Melalui berbagai tulisannya yang kritis, Chomsky menyuarakan perlawanannya terhadap otoritarianisme yang menindas serta mengemukakan banyak sekali dukungan terhadap perjuangan hak asasi manusia. Tidak hanya kritiknya dalam bentuk tulisan, Chomsky juga membuat petisi dan memprotes kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang dianggap menindas bagi negara lain, hal tersebut membuat namanya sempat masuk dalam daftar musuh gedung putih pada masa pemerintahan Richard Nixon.

Dari rentetan karya yang ditulis oleh Chomsky, pandangan-pandangan yang berkenaan dengan kekuasaan, pemerintahan dan peran negara dibubuhkan dalam sebuah buku berjudul Pemerintahan Masa Depan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Heterotopia, dan diterbitkan di bulan Desember 2020 oleh Penerbit Liberta.

Dalam buku tersebut Chomsky mencoba untuk mengartikulasikan pembelaan yang jelas dan tanpa kompromi tentang visi sosialisme libertarian, yang disampaikannya dalam sebuah ceramah di Poetry Center, Kota New York, pada 16 Februari 1970.

Dalam buku Pemerintahan Masa Depan, Chomsky membuat sebuah kerangka untuk mendiskusikan empat posisi yang agak ideal berkenaan dengan peran negara dalam masyarakat industri yang maju: liberalisme klasik, sosialisme libertarian, negara sosialis, dan negara kapitalis. Menurut sudut pandangnya, konsep sosialisme libertarian merupakan serangkaian pemikiran yang luas dari marxisme sayap kiri hingga anarkisme, konsep ini secara fundamental merupakan perluasan yang tepat dan alami dari liberalisme klasik menuju era masyarakat industri yang maju. Sementara ideologi sosialisme negara, yaitu apa yang telah terjadi dengan Bolshevisme, sedangkan ideologi kapitalisme negara yaitu konsep mengenai negara kesejahteraan modern itu sendiri. Namun menurutnya, kedua ideologi ini regresif dan merupakan teori sosial yang sangat tidak memadai, karena dianggap memiliki sejumlah besar masalah yang mendasar berkaitan dengan ketidaksesuaian dan ketidaktepatannya bentuk-bentuk sosial tersebut dengan masyarakat industri modern.

Liberalisme klasik menegaskan bahwa gagasan utama liberalisme klasik adalah sebagai oposisi terhadap semuanya kecuali bentuk intervensi paling terbatas dan minimal dari negara atas kehidupan pribadi dan sosial. Dalam Limits of State Action yang ditulis Wilhelm Von Humboldt pada tahun 1792, yang baru dipublikasikan setelah 60-70 tahun kemudian. Negara dalam pandangan Humboldt telah “menjadikan manusia sebagai alat untuk melayani tujuan-tujuannya yang sewenang-wenang, mengabaikan tujuan individual, dan karena manusia pada hakekatnya makhluk yang bebas serta mencari dan menyempurnakan diri sendiri, maka negara adalah lembaga anti-manusia”. Tindakan dan keberadaan negara pada akhirnya tidak sesuai dengan perkembangan harmonis atas potensi manusia, dan karenanya hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang Marx, Bakunin, Mill sebut sebagai tujuan sejati manusia.

Sebagaimana yang dikatakan Humboldt, Rousseau serta para pengikut Descartes yang mengatakan bahwa atribut utama manusia adalah kebebasannya. Kebebasan “untuk meneroka dan mencipta, inilah pusat-pusat di mana semua pengejaran manusia kurang lebih berpusar secara langsung”. Kebebasan tak diragukan lagi adalah kondisi yang sangat diperlukan yang tanpanya pencarian paling kompatibel atas kodrat individu manusia tak akan pernah berhasil. Bagi Humboldt, manusia “dilahirkan untuk meneroka dan mencipta, dan ketika seorang manusia atau seorang anak memilih untuk menerka atau mencipta dari pilihan bebasnya sendiri, maka ia menjadi seniman dalam tujuanya sendiri, bukan alat produksi atau burung beo yang terlatih”, inilah inti dari konsep tentang sifat manusia. Kemudian Chomsky mencoba untuk membandingkannya dengan naskah-naskah Marx, khususnya catatannya tentang keterasingan pekerja.

Marx, dalam catatanya menyebutkan bahwa keterasingan pekerja ketika kerja adalah bagian eksternal dari pekerja, bukan bagian dari kodratnya, sehingga dia tidak memenuhi dirinya sendiri dalam pekerjaannya, melainkan menyangkal dirinya sendiri serta kepayahan fisik dan terdegradasi secara mental. Ingat juga perkataan Marx tentang bentuk masyarakat yang lebih tinggi di mana kerja tidak sekedar menjadi sarana hidup, tetapi juga keinginan tertinggi dalam hidup. Ingat juga kritiknya terhadap kerja terspesialisasi, yang memutilasi pekerja menjadi fragmen manusia dan merendahkanya menjadi sekadar perlengkapan mesin, sehingga menghancurkan makna esensialnya dari potensi intelektual proses kerja.

Sayangnya Humboldt dalam tulisannya pada 1780-an dan awal 1790-an, tidak memiliki konsepsi tentang bentuk-bentuk yang akan diambil kapitalisme industri. Konsekuensinya, dalam liberalisme klasik ini ia tekankan pada masalah pembatasan kekuasaan negara, dan ia tidak terlalu peduli dengan bahaya kekuasaan swasta. Alasanya adalah karena dia percaya dan berbicara tentang kesetaraan esensial dari warga negara.

Namun, pernyataan tentang kesetaraan bagi semua warga negara tersebut menuai kritik dari seorang sejarawan anarkis Rudolf Rocker. Rocker mengatakan “bahwa demokrasi dengan model kesetaraan bagi semua warga negara di hadapan hukum dan liberalisme dengan hak asasi manusia atas dirinya sendiri, keduanya akan hancur di atas realitas ekonomi kapitalis”, dan memang, Humboldt pada 1790 juga tidak memahami bahwa relasi ekonomi kapitalis melanggengkan suatu perbudakan yang jauh lebih buruk daripada perbudakan yang telah terjadi.


Selanjunya, konsep pertama dari negara yang ingin Chomsky jadikan acuan dasar adalah liberalisme klasik. Doktrinya adalah bahwa fungsi negara harus dibatasi secara drastis. Namun menuruntnya karakterisasi ini sangat dangkal. Lebih dalam lagi, pandangan liberalisme klasik berkembang dari konsep tertentu mengenai kodrat manusia, yang menitikberatkan pada pentingnya keberagaman dan penciptaan bebas. Oleh karena itu, pandangan ini sangat bertentangan terhadap kapitalisme industrial dengan perbudakan upahnya, tenaga kerja teralienasi, serta prinsip hierarkis dan otoriter dari organisasi sosial dan ekonomi.

Akan tetapi paling tidak, menurut Chomsky, dalam bentuk idealnya sekalipun, pemikiran liberalisme klasik juga akan bertentangan dengan konsep individualisme posesif yang merupakan hakekat ideologi kapitalis. Ia berupaya menghilangkan belenggu sosial dan menggantinya dengan ikatan sosial; bukan dengan individualisme liar; bukan dengan kerajaan korporasi, swasta atau negara. Dengan demikian, menurut Chomsky pemikiran libertarian klasik mengarah langsung ke sosialisme libertarian atau anarkisme.

Selanjutnya, Chomsky mencoba mengulas mengenai visi sosialisme libertarian atau anarkisme tentang negara. Menurutnya, seorang anarkis yang konsisten harus menentang kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, tetapi seorang anarkis yang konsisten juga akan menentang organisasi produksi oleh pemerintah. Pernyataan yang cukup mengejutkan datang dari seorang marxis sayap kiri, yang kemudian bergabung ke dalam arus anarkis, Anton Pannekoek. Ia menyatakan begini “itulah yang dimaksud sosialisme negara, perintah atas produksi dari pejabat negara dan perintah dari manajer, ilmuan, serta pejabat di perusahaan. Tujuan kelas pekerja adalah pembebasan dari eksploitasi, dan tujuan ini tidak tercapai dan tidak akan dapat dicapai lewat kelas pengatur dan kelas pemerintah baru yang menggantikan dirinya untuk kaum borjuis. Tujuan ini hanyalah dapat diwujudkan oleh para pekerja yang menjadi empunya produksi melalui pembentukan dewan pekerja

Untuk menjelaskan suatu konvergensi antara marxisme sayap kiri dan anarkisme sosialis, Chomsky menawarkan satu ilustrasi yang dikutipnya dari sebuah buku yang berjudul The State: Its Origins and Funcition, yang ditulis oleh William Paul pada awal 1917.

kaum sosialis revolusioner menyangkal bahwa kepemilikan negara dapat berakhir ke dalam apapun selain despotisme yang birokratis. Kita telah melihat mengapa negara tidak dapat mengendalikan industri secara demokratis. Industri hanya bisa dimiliki dan dikendalikan secara demokratis oleh kelas pekerja yang memilih langsung komite administratif industri dari jajaran mereka sendiri. Sosialisme secara fundamental akan menjadi sistem industrial; para pemilih komitenya akan menjadi karakter dari industri. Dengan demikian, mereka yang menjalankan aktivitas sosial dan industri dari masyarakat akan terwakili langsung dalam dewan administrasi sosial daerah dan pusat.dengan jalan ini, kekuatan delegasi semacam itu akan memungkinkan mereka yang melakukan pekerjaan memahami segala hal yang dibutuhkan komunitasnya. Karena itu, negara yang kapitalis secara politis atau geografis akan digantikan oleh komite administratif industri dari sosialisme. Transisi dari satu sistem sosial ke sistem sosial lainya akan menjadi revolusi sosial. Negara politik sepanjang sejarah selalu berarti pemerintahan oleh kelas yang berkuasa, sementara republik sosialisme akan menjadi pemerintahan industri yang dikelola atas nama seluruh komunitas. Yang pertama berarti penundukan ekonomi dan politik secara massal. Yang kedua adalah kebebasan ekonomi untuk semua orang. Oleh karena itu, ini akan menjadi sejatinya demokrasi.

Menarik, bahwa kritik yang dilontarkan oleh William Paul terhadap sosialisme negara amat mirip dengan doktrin libertarian kaum anarkis, khususnya dalam prinsip bahwa negara harus musnah dan digantikan oleh organisasi industrial dari masyarakat dalam rangka revolusi sosial. Hal demikianlah yang secar esensial adalah ide mendasar kaum anarkis revolusioner. Bagi Chomsky, komunisme dewan dalam pengertian ini adalah bentuk alami dari sosialisme revolusioner dalam masyarakat industri. Ini mencerminkan pemahaman intuitif bahwa demokrasi hampir seluruhnya palsu jika sistem industri dikendalikan oleh segala bentuk elit otokratis, baik para pemilik, manajer, teknokrat, partai pelopor, birokrasi negara atau apa saja. Di bawah dominasi otoriter ini impian liberalisme klasik tidak dapat terwujud.

Pada akhirnya, dalam ulasan yang dikemukakan oleh Chomsky untuk mediskusikan negara, yakni liberalisme klasik dan sosialisme libertarian. Sebagian besar sepakat bahwa fungsi negara bersifat represif dan tindakan negara harus dibatasi. Selanjutnya sosialisme libertarian menegaskan bahwa kekuasaan negara harus dihilangkan demi organisasi demokratis milik/dari masyarakat industri dengan kendali langsung atas semua institusi oleh mereka yang berpartisipasi di dalamnya, serta mereka yang secara langsung terdampak oleh cara kerja institusi—institusi tersebut. Jadi dapat dibayangkan sistem dewan pekerja, dewan konsumen, majelis komune, federasi regional, dan sebagainya dengan jenis utusan langsung dan yang dapat diberhentikan. Dalam pengertian bahwa para utusan dapat bertanggung jawab secara langsung dan dengan secara langsung juga dapat kembali ke kelompok sosial yang jelas dan utuh yang mereka bicarakan dalam organisasi tingkat tinggi.

Kepada hari ini, Chomsky menyampaikan bahwa, kita memiliki sumber daya teknis dan material untuk memenuhi kebutuhan hewani manusia. Namun, kita belum mengembangkan sumber daya budaya dan moral atau bentuk organisasi sosial demokratis yang memungkinkan penggunaan kekayaan dan kekuasaan material secara manusiawi dan rasional. Bisa dibayangkan bahwa cita-cita liberalisme klasik, seperti yang diekspresikan dan ditumbuhkan dalam bentuk sosialisme libertarianya, dapat tercapai. Dengan demikian, hanya dengan gerakan revolusioner yang populer, yang berakar dalam strata populasi yang luas, dan berkomitmen untuk menghapuskan lembaga-lembaga yang represif dan otoriter, negara dan swasta. Menciptakan/penciptaan gerakan semacam itu adalah tantangan yang kita hadapi kini apabila ingin membebaskan diri dari barbarisme kontemporer.

Ciamis, 2020-2021