Dengan ini kami menolak segala bentuk kegembelan yang dibuat-buat.

Kami menginginkan yang baik dan bagus untuk semua orang, bukan hanya yang sekedar layak, namun juga yang diidam-idamkan.

Kami tidak akan membuat grafik perhitungan yang menyatakan berapa banyak kerja (atau tidak kerja) yang akan dibutuhkan untuk proyek tersebut, tapi akan kami nyatakan bahwa proyek tersebut adalah sebagian dari keinginan kami akan komunisme.

Dengan ini kami menolak segala bentuk kegembelan punk yang dibikin-bikin, gaya usang shabby chic para neo-hippie, atau mengenakan piyama diluar rumah.

Kami melihat toko-toko di area para borjuis (dan di tempat yang didirikan di atas area gusuran itu) dan menyatakan bahwa kami menginginkan hal-hal tersebut dan bahkan lebih. Kapitalismelah yang menghalangi kami mendapatkan apa yang kami inginkan, dengan komoditas yang ditimbun hanya untuk dijual kembali kepada penawar tertinggi.

Kami telah diajari untuk hidup seminimal mungkin, tidak hanya oleh Kapitalis Hijau, tapi juga oleh Gereja, oleh “teman-teman” liberal kami, dan bahkan oleh sesama kamerad. Persetan tai kucing. Tidak, sudah cukup basa-basi, tujuan kami jelas BUKAN untuk hidup simpel-simpel saja.

Apakah ini fetisisme-komoditas? Ya, dalam bentuknya yang paling buruk. Yang tidak mau mempertahankan relasi-relasi sosial kapitalis, malahan mau menghancurkannya. Kami telah hidup tanpa banyak hal dan kami ingin mengubah situasi ini. Apakah kami juga ingin hidup dengan seperangkat relasi-relasi sosial yang paling sensual, yang paling dalam? YA. Tapi kenapa kami harus memilih di antara keduanya? Kehancuran kapitalisme, untuk komunisme, akan memberikan kita sungguh banyak waktu untuk mengembangkan diri kita, cita rasa kita, gairah-gairah kita.

Orang-orang pra-kapitalis tidak mengenakan tunik berwarna kelabu atau mencukur masal kepala mereka. Kapitalismelah yang telah membuat cita rasa kita jadi sungguh miskin. Terkadang ada kelap-kelip riasan diri memberkahi jalanan, yang dengan menyedihkan hanya akan dijadikan homogen, dipoles, dan dijual kembali ke konsumen tanpa pandang bulu.

Inilah kapitalisme, yang membuat kita terbiasa mengkonsumsi makanan dengan rasa micin, atau merayu kita untuk membayar mahal untuk pakaian bekas. Inilah kapitalisme, yang membuat kita memindahkan furniture IKEA dari apartemen ke apartemen. Kita bermimpi menjarah semua perabotan rumah tersebut. Kapitalisme dengan kemiskinan idenya, dengan jalan kolonialismenya, menerjunkan dirinya ke adat budaya kita dan menjual pada kita kembali apa yang telah diambilnya dari kita. Kami masih ingat bahwa dulu kami membuat bangunan-bangunan yang berdiri untuk jangka waktu lama, sementara sekarang bangunan-bangunan murahan membunuh sungguh banyak orang. Kami masih ingat Kolonialisme Eropa menggurita di seluruh dunia, sebab ia tak punya apa-apa bahkan setelah merampok dirinya sendiri, sementara kami hidup dalam kemakmuran.

“Saya ingin melepaskan privilese dunia pertama saya dan hidup dengan tidak terkungkung aturan main kapitalisme”. Kalau saja hal tersebut memang sebegitu mudahnya. Kita sebenarnya telah membaca kalimat ini (walaupun maksudnya, kita telah melihatnya berkali-kali dan sangat sering). Inilah pikiran reaksioner murni. Untuk melarikan diri dan melakukan hal yang berseberangan. Hanya karena kapitalisme menampilkan fitur sosial tertentu, bukan berarti orang yang tampil seperti kebalikannya bisa disebut anti-kapitalis. Ini membuatmu menjadi borjuis kecil bohemian. Kita semua tidak mau membayar uang sewa rumah, atau membayar untuk makan, atau bekerja dalam jangka waktu panjang, tapi tidak ada yang namanya hal-hal diluar kapitalisme. Asketisisme tidaklah revolusioner. Bahkan mereka yang setuju dengan zona otonom yang tersebar di muka bumi, seperti di kalangan Zapatista, atau Marinaleda, Spanyol, tetap harus berjuang melawan, karena faktanya Kapital sedang mengepung mereka.

Tapi kami tidak akan squatting[1] menuju revolusi. Squatting, ngorek-ngorek tong sampah untuk cari makanan (dumpster diving), naik kereta barang biar gratisan (trainhopping), mencuri dari tempat kerja, kerja berlambat-lambat, bukanlah aksi pemberontakan, namun aksi bertahan (resistance). Oleh karenanya kami mengerti bahwa hal-hal bagus tidak akan datang sampai kapitalisme diselesaikan, sebab aksi-aksi perampasan kecil-kecilan tidak akan membuahkan hasil seperti yang kami rasa pas.

Ini bukanlah provokasi semata — ini adalah sebagian dari yang kami maksud. Komunisme, bagi kami, bukanlah seperti yang diajarkan di sekolah: kemelaratan umum bagi semua orang. Tetapi, seperti yang Marx katakan dengan fasih di tahun 1845, “pergerakan nyata yang melenyapkan keadaan saat ini”. Keadaan saat ini adalah kemiskinan, kelaparan, kerja untuk upah, kematian sosial yang dirasialkan, pergerakan bebas barang-barang dan bukannya manusia, dan kemelaratan umum setiap hari.

Lebih jauh lagi, kritik konsumerisme (dan juga Kapital) yang meminta kita untuk mengkonsumsi lebih sedikit, terlalu fokus pada skema besar tapi gagal memandang dalam implementasi-implementasi kecil di setiap harinya. Kapital akan membuat kita mengkonsumsi lebih sedikit hanya untuk menenteramkan rasa bersalah kita sebagai konsumen. Mari jangan sampai tertipu, Kapital membutuhkan pertumbuhan abadi dan pertumbuhan ini dilakukan dalam bentuk-bentuk yang akan menghancurkan kita, tidak peduli berapa banyak (atau sedikit) kita membeli barang-barang. Kapital telah membuat hasrat kita menjadi dosa, sebab mereka paham bahwa mereka tak akan pernah memuaskannya.

Kepada setiap orang menurut kebutuhannya, dan kepada setiap orang menurut hasratnya. Kami membantah logika kapitalis dan mencita-citakan yang tak masuk akal, sebab logika kapitalis hanya akan memotong kami dari mimpi-mimpi kami yang ceria dan berlimpah-limpah.

[1] Squatting: aksi menempati bangunan atau lahan kosong, tanpa bayar atau izin