Sebuah Tulisan Pengantar

Tulisan ini mengajukan secara terbuka mengenai ide-ide sosialisme libertarian. Penulis berharap tulisan ini dapat mengantarkan kita pada diskursus yang lebih mendalam tentang sosialisme libertarian. Sebagai tulisan pengantar, disini saya memaparkan denah-denah dari usulan saya.

Apa Itu Sosialisme Libertarian?

Dalam diskusi gerakan sosial, makna libertarian kerap dipadankan dengan kebebasan bersaing ala pasar bebas. Bila merujuk penggunaannya pertama kali, pemaknaan tersebut adalah bentuk sesat pikir. Istilah libertarian tidaklah lahir dari semangat kompetisi, melainkan kritik atas sentralisasi ekonomi dan politik, untuk mengembalikan semangat gerakan sosial yang keranjingan mengadopsi pola-pola sentralistik kapitalisme dan negara.

Istilah libertarian dalam gerakan radikal diperkenalkan pertama kali di tahun 1858 oleh seorang anarkis ber-kebangsaan Perancis, Joseph Déjacque, melalui jurnal gerakan sosial Le Libertaire di New York. Di tahun 1880 istilah tersebut kemudian diadopsi dalam Kongres Anarkis Perancis, menjadi komunisme libertarian atau sosialisme libertarian. Salah satu alasan-nya adalah untuk menghindari politik represif anti-anarkis di dataran Eropa saat itu.

Barulah pada tahun 80-an, partai sayap Kanan di Amerika mulai mengadopsi dan mendistorsi istilah libertarian untuk menggambarkan politik free market capitalism mereka. Ironisnya, kebanyakan intelektual Kiri di Indonesia juga ikut-ikutan dalam sesat pikir ini.

Sekarang, tepat 157 tahun kemunculan istilah “libertarian”, tulisan ini bisa jadi upaya tersendiri untuk mengembalikan akar libertarian pada posisinya. Istilah Kanan dan Kiri tidak relevan membeda-kan antara yang pro-pasar bebas dan pro-kebebasan sejati. Jika bukan libertarian, maka ia adalah non-libertarian. Sesederhana itu!

Menautkan terma libertarian di bela-kang istilah sosialisme menunjukkan keliyanan sosialisme yang saya maksudkan. Sosialis libertarian menolak gagasan dalam sosialisme otoritarian mengenai kepemilikan dan kontrol negara atas ekonomi, sekaligus menolak negara itu sendiri. Tatanan sosialis berarti kendali atas alat produksi sepenuhnya berada langsung di tangan kelas pekerja, bukan negara, bukan pula yang mengatasnamakan kelas pekerja. Dan kendali tersebut haruslah merupakan usaha dari kelas pekerja itu sendiri.

Perihal perbedaan antara sosialis libertarian dengan sosialis otoritarian, anarkis Italia yang dihukum mati pemerintah Amerika Serikat, Vanzetti Bartolomeo, menuliskan hal itu secara ringkas dan tanpa basa-basi, “Kita semua adalah sosialis, begitu juga kaum sosial-demokrat, kaum sosialis, komunis, dan IWW, mereka semua adalah sosialis. Yang membedakan kami dari mereka –dan ini adalah hal mendasar, bahwa mereka otoriter sementara kami libertarian, mereka percaya akan negara atau pemerintahnya, kami tak percaya negara atau pemerintah apapun”.

Dalam sosialisme, ekonomi dikelola berdasarkan “dari tiap orang sesuai kemampuannya, untuk semua orang sesuai kontribusinya”. Hal tersebut menggambarkan perlawanan terhadap sistem ekonomi sekarang yang berpijak pada akumulasi profit dan eksploitasi kelas pekerja, dan semangat meng-hilangkan persaingan ekonomi. Sosialisme libertarian mengusulkan tatanan ekonomi dimana alat produksi dimiliki dan dikendalikan pekerjanya, sementara hasil produksi bisa diakses oleh semua masyarakatnya. Sosialisme libertarian menentang pemuasan ego pribadi mencari keuntungan semata.

Akan tetapi, karena tatanan sosialis tidak begitu saja lepas dari jejak-jejak sistem sosial sebelumnya, maka apa yang harus diubah bukan saja pada tataran formal, melainkan relasi sosial dalam masyarakatnya. Perubahan relasi sosial adalah esensi untuk tidak mengulang sejarah kelam kediktatoran rezim Bolshevik di Rusia. Semua kesepakatan yang terkait pengelolaan ekonomi harus disusun bersama melalui rapat-rapat umum yang berbasis pada demokrasi langsung.

Sosialisme berarti menghapus masyarakat berkelas dan kerja upahan. Kaum sosialis libertarian menginginkan tatanan sosial yang memaksimalkan kapasitas individu, dan berupaya menghilangkan dominasi yang melemahkan kapasitas tersebut. Karenanya kekuasaan ekonomi di tangan segelintir orang dan kendali politik tersentral harus ditentang bersamaan.

Mengapa Sosialisme Libertarian?

Gerakan Kiri di Indonesia banyak dipengaruhi oleh Internasional Kedua dan Ketiga. Perlu diketahui, Internasional Kedua dan Ketiga terutama didominasi oleh ide-ide Leninisme. Dari sisi strategi, tidak banyak hal yang berubah semenjak pembentukan Indies Social-Democratic Association (ISDV) di tahun 1914 hingga penumpasan PKI akhir 60-an oleh Orde Baru. Penumpasan tersebut berdampak sangat kuat sehingga menyebabkan kemunduran gerakan Kiri, hingga kemunculannya kembali di akhir 90-an.

Perlu dicatat, bahwa taktik bukanlah sekedar penentuan langkah yang melalui pertimbangan kondisi dan hal lainnya, namun juga mencakup prinsip perjuangan dan tradisi. Kita telah melihat bagaimana taktik men-degradasi tujuan awal perjuangan.

Salah satu contoh mencolok dalam organisasi Kiri adalah praktek yang dalam tradisi Leninis dikenal sebagai sentralisme-demokratik. Organisasi-organisasi Kiri masih juga kekeuh dengan prinsip sendem dan berusaha untuk menyegarkan diri dengan modifikasi model organisasi yang terkesan demokratis. Tapi demokrasi ini hanyalah kamuflase untuk membungkus sentralisme.

Sentralisme adalah cerminan politik otoritarian. Revolusi-revolusi di masa lampau remuk oleh karakter otoritarian. Kekuatan revolusioner banyak digulung oleh kekuasaan birokratis dan yang berakar dari sentralisme.

Dengan meninjau sejarah revolusioner di masa lalu, kita dituntut harus senantiasa belajar tentang kemenangan maupun kekalahan yang pernah terjadi. Belajar dari kekalahan Komune Paris 1871, dari runtuhnya Revolusi Rusia 1917-1919, dan tentu saja sejarah penghancuran komunis di Indonesia sendiri. Bukankah mengulang kesalahan yang sama adalah hal tindakan konyol?

Inilah mengapa saya mengusulkan sosialisme libertarian. Dari hingar bingar wacana sosialisme dari atas, saya percaya sosialisme diberlakukan oleh semua orang dan untuk semua orang. Kekuasaan politik dan ekonomi bukan sekedar perebutan kekuasaan negara namun mesti melampaui logika kekuasaan yang tertanam di dalamnya. Hanya dengan berdaulat penuh atas penentuan nasib kita sendiri, mengambil-alih dan mengontrol alat produksi, semua itu bisa terwujud.

Bagaimana Organisasi Libertarian Dipraktekkan?

Mayoritas orang, termasuk yang melek wacana sosialis pun, masih me-mandang bahwa sosialisme libertarian adalah utopis. Asumsi dasarnya lahir dari pembacaan keliru bahwa para sosialis libertarian menolak ber-organisasi, sehingga mustahil mewujudkan sebuah gerakan revolusioner terorganisir. Belum lagi anggapan bahwa berorganisasi adalah wujud tidak konsistennya menolak keterpusatan.

Berjuang melalui organisasi libertarian adalah sebuah pilihan realistis untuk menghadapi penindasan dan penghisapan musuh yang semakin solid. Perdebatannya bukanlah pada berorganisasi atau tidak, melainkan organisasi seperti apa yang relevan dengan karakter libertarian.

Kaum sosialis libertarian menghendaki sebuah organisasi yang mencerminkan pembangunan dunia baru dalam kungkungan tatanan sekarang. Organisasi tersebut adalah wadah perjuangan sekaligus wahana pelatihan diri bagi kadernya akan gagasan dan praktek progresif revolusioner. Bagi kaum sosialis libertarian, relasi sosial dalam organisasi merupakan cerminan relasi sosial yang hendak diperluas di masyarakat, yang akan memberdayakan tiap individu, menghapuskan hirarki sosial dan sentralisme kekuasaan.

Bentuk organisasi dalam tradisi libertarian dapat mengambil bentuk bermacam-macam. Dimulai dari affinitas, yakni kelompok kerja swakelola dan otonom, yang terdiri dari beberapa orang untuk mengerjakan aktifitas dan kepentingan spesifik tertentu. Untuk memperluas dan memadukan proses propaganda, agitasi, diskusi dan pembangunan politik libertarian, dibentuklah federasi antar affinitas. Federasi ini dapat berbentuk sebagai federasi sintesis, yakni federasi yang menyatukan semua bentuk dan tendensi kekuatan libertarian; federasi platformis, yang mensyaratkan adanya “kesatuan teoritik dan taktik” dan “tanggung jawab kolektif” dalam sebuah struktur libertarian; atau pun federasi perjuang-an kelas, yaitu federasi dari berbagai kelompok libertarian yang menitik-beratkan pada perjuangan kelas pekerja.

Meskipun terdapat beberapa perbeda-an, semuanya membutuhkan disiplin diri yang rapi dan solid. Bukan model tangan besi ala Leninis (misalnya), melainkan bentuk kontrol-diri yang dibudayakan dalam tubuh organisasi untuk menghindari penyakit “kebebasan individu” yang liberal dalam tubuh gerakan. Arah gerak dalam organisasi dipandu oleh sebuah platform politik, untuk menghindari kekusutan dalam menilai target-target perjuangan.

Salah satu perbedaan paling mendasar dari organisasi sosialis libertarian dengan sosialis otoritarian adalah pada tata cara pengambilan keputusan. Kaum sosialis otoritarian menerapkan sentralisme demokratik-nya, sementara para sosialis libertarian menerapkan demokrasi langsung dan konsensus.

Penutup : Membangun Sosialisme Libertarian

Ide dan wujud sosialisme bukanlah sesuatu yang ahistoris dan utopis, melainkan telah menjadi naluri tiap makhluk untuk bertahan hidup. Peter E Newell dalam “Dari Komunisme Primitif Sampai Komunisme Libertarian”, menuliskan bahwa sosialisme bukanlah sesuatu yang jauh dari tubuh kita, melainkan telah ada sejak dulu bahkan menjadi kebutuhan karena krisis kapitalisme.

Untuk membangun sebuah masyarakat sosialis yang libertarian di era modern sekarang, kita harus mengupayakannya sekuat tenaga. Ini hanya bisa ditempuh dengan mengorganisir diri dan menghimpun kekuatan, berbagi kesadaran dan mendorong seluruh kaum resah untuk membangun revolusi. Kita mesti berkumpul dengan mereka!