Title: Sang Pengambil Alih
Author: Renzo Novatore
Language: Bahasa Indonesia
Date: 1919
Notes: Terjemahan bahasa inggris oleh Luther Blissett 2009 – bahasa indonesia oleh TD 2011 [copyleft]. Teks aslinya berjudul The Expropriator

Untuk Nikolina


kebebasanku dan hak-hak ku
Sebanyak daya kemampuanku
Bahkan kebahagiaan dan keagungan
hanya berada dalam ukuran kekuatanku!

- (Dari buku yang aku tulis dan tak akan pernah melihat cahaya)

Sang pengambil alih adalah sosok lelaki yang paling indah, seorang yang tak mengindahkan moral dan kuat yang pernah saya jumpai dalam anarkisme. Dia adalah orang yang tak memperdulikan perhatian, dan tak memiliki altar untuk mengorbankan dirinya. Ia hanya memuliakan Hidupnya dengan filosofi Tindakan. Aku pernah bertemu dengannya pada suatu hari yang jauh di bulan Agustus, disaat matahari bersulam dengan emas alam hijau yang besar, wangi dan meriah, menyanyikan lagu-lagu jenaka akan keindahan pagan.

Ia berkata, "Aku selalu merasa gelisah, mengembara dan memberontak. Aku telah mempelajari banyak orang dan jiwanya dalam berbagai buku dan realitas. Dan aku menemukan perpaduan dari pelawak, penjahat, dan kekolotan. Aku merasa ingin muntah. Di satu sisi ada moral dari momok manusia yang menakutkan, yang diciptakan dari dominasi kebohongan dan kemunafikan. Di sisi lain ada binatang korban yang pengecut dan menyukai fanatisme. “Inilah dunia dari manusia. Inilah kemanusiaan. Untuk dunia ini, untuk seluruh manusia dan kemanusiaan ini, aku merasa jijik”.

Kekolotan dan borjuis adalah hal yang sama. Mereka sama satu sama lain. Sosialisme bukan dari pendapat ini. Ia membuat penemuan akan baik dan jahat. Dan untuk menghancurkan dua antagonisme ia menciptakan dua hantu: Persamaan dan persaudaraan diantara manusia ...

"Tapi orang akan sama dihadapan negara dan bebas didalam Sosialisme ... Dia - sosialisme – Telah menyangkal Kekuatan, Anak muda, dan Perang! Tapi ketika kaum borjuis, yang merupakan petani roh (peasants of the spirit), tidak akan sama seperti orang-orang kolot, para petani daging (peasants of the flesh), kemudian sosialisme mengakui, merengek, peperangan. Ya, bahkan sosialisme telah mengakui pembunuhan dan perampasan. Tapi didalam nama ideal dari kesetaraan dan persaudaraan manusia ... Dari kesetaraan suci dan persaudaraan yang dimulai oleh Kain & Habel! ...

"Tapi dengan Sosialisme kau hanya setengah berpikir, setengah bebas; dan kau hanya setengah hidup ...! Sosialisme adalah intoleransi, impotensi hidup, keimanan akan ketakutan. Aku akan melampaui!

"Kaum sosialis telah menemukan persamaan antara yang baik dan buruk, dan juga ketimpangan diantara keduanya. Pelayan yang setia dan tirani yang jahat. Aku menyeberangi ambang antara baik dan buruk untuk kehidupanku yang sesungguhnya. aku hidup hari ini dan tidak bisa menunggu besok. menunggu adalah sifat dari masyarakat dan kemanusiaan, sehingga tidak akan menjadi urusanku. Masa depan adalah topeng ketakutan. Keberanian dan kekuatan, tidak mempunyai masa depan. Kenyataan sederhananya, mereka (keberanian dan kekuatan) lah masa depan, yang memberontak pada masa lalu dan menghancurkannya.

"Proses kemurnian hidup hanya dengan keberanian mulia, itulah filosofi tindakan."

Aku melihat: "Kemurnian hidupmu ini bagiku tampak mendekati kejahatan!"

Ia berkata: "Kejahatan adalah perpaduan tertinggi dari kebebasan dan kehidupan. Dunia adalah momok dari moral dunia. Ada hantu dan bayang-bayangnya, ada Ideal, Cinta Universal, dan Masa Depan. Ketidaktahuan, ketakutan, dan kepengecutan, inilah bayangan hantu. Kegelapan mendalam. Mungkin kegelapan kekal. Bahkan aku pernah tinggal, satu hari, di penjara yang suram dan seram.

Pada waktu itu aku bersenjatakan dengan obor asusila (sacrilegious) untuk membakar hantu dan mengganggu malam. Ketika aku tiba di gerbang tua dari baik dan jahat, aku merobohkannya dengan marah lalu melintasinya. Kaum borjuis, aku telah melemparkan moral laknatnya dan kutukan moralnya yang bodoh.

"Tapi satu dan yang lainnya adalah kemanusiaan. Aku adalah manusia. Kemanusiaan adalah musuhku. Ia ingin mencengkramku dengan seribu tentakel mengerikannya. Aku mencoba untuk meneteskan air mata dari segala yang hasratku butuhkan. Kami berada dalam perang! Segala kekuatan ku miliki untuk merebut yang menjadi milikku.

Dan semua yang menjadi milikku akan aku korbankan diatas altar kebebasan dan kehidupanku.

Dari hidupku ini aku merasa berdebar-debar diantara api membara yang ku ledakkan di dalam hati; diantara semua siksaan kejamku ini, dimana aku telah membumbungkan jiwa diantara badai ilahi, dan itu membuatku mengggema dalam riuh gemuruh semangat atas perang dan simfoni-simfoni cinta yang agung, aneh dan tak diketahui, aku (empie)[1] urat nadi dari darah segar dan kuat, yang mengalir diseluruh pembungkus ototku, sarafku dan dagingku, yang menggigil jahat dengan ekspansi kegembiraan; dari hidupku ini dimana aku melihat melalui daya lihat kerumunan atas mimpi fantastis dan semangatku yang diperlukan bagi pembangunan abadi.

Semboyanku ialah: berjalan merebut dan menyalakan api, aku selalu meninggalkan lolongan serangan terhadap moral dan batang rokok yang lama dibelakangku.

Ketika manusia tidak lagi memiliki kekayaan etis keunikan sejati, harta sesungguhnya yang tak dapat diganggu-gugat maka aku akan membuang kunci pembuka. Ketika di dunia ini tidak akan ada hantu lagi, maka aku akan membuang oborku. Tetapi masa depan ini berada jauh dan mungkin tidak pernah ada! Dan aku adalah seorang anak dari masa depan yang jauh ini, terkunci di dalam dunia kelam dengan Kesempatan dimana aku akan tunduk pada kekuasaan "Begitulah sang Pengambil Alih berkata padaku pada suatu hari yang jauh di bulan Agustus, disaat matahari bersulam dengan emas alam hijau yang besar, harum dan meriah, menyanyikan lagu-lagu jenaka akan keindahan pagan.

[1] empie — to make impious.