#title Anarchy is Order #author Soy La Pesadilla #LISTtitle Anarchy is Order #date 10 September 2024 on Medium #uid 2345234 #source https://medium.com/@soylapesadilla/anarchy-is-order-39cf863bf90c #lang id #pubdate 2025-05-03T12:38:40.313Z #authors Soy La Pesadilla #topics Anarchy, Order, Solidarity, Universal #language Bahasa Indonesia #publication Soy La Pesadilla #notes Tulisan ini merupakan tulisan saya sendiri yang pernah saya publikasikan di medium. “Kita semua memiliki hak yang sama, kita semua memiliki kebebasan yang sama, dan kita semua memiliki kesempatan yang sama. Itulah sebabnya kenapa masyarakat yang merdeka sangat penting.” –Noam Chomsky Apa itu anarkisme? Apakah sebuah paham yang menekankan pada kekerasan? Pernahkah kalian mendengar anarkisme dari seseorang? Saya bisa menebak hal apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran kalian setelah mendengar kata anarkisme; pastilah suatu kondisi ketidakteraturan (disorder) yang terjadi oleh sebab tindakan anarkis yang dilakukan oleh seorang individu, kelompok, atau organisasi tertentu. Ya seperti itulah kebanyakan orang menerjemahkan anarkisme sejak dahulu hingga sekarang ini. Kesalahan dalam mengartikan anarkisme selalu terjadi di manapun, kapanpun—yang didalamnya terjadi kondisi ketidakteraturan, atau kekacauan. Penyiar berita, penulis artikel berita, politisi, pejabat-pejabat pemerintah, dan masih banyak lainnya yang selalu salah dalam mengartikan anarkisme. Bahkan para pengikut Karl Marx yang sering disebut Marxis, acap kali salah mengartikan anarkisme. Padahal, Karl Marx dan Friedrich Engels pernah mengatakan bahwa anarkisme akan terjadi setelah sosialisme. Entah disengaja atau tidak disengaja—kekeliruan dalam mengartikan—dan atau mungkin mereka memang minim literatur yang memadai mengenai anarkisme. Lalu, apa sebenarnya anarkisme itu? Anarkisme berasal dari kata Yunani, yakni tanpa kekerasan atau pemerintah. Segala bentuk otoritas merupakan sumber dari kekerasan, pembatasan dan koersi. Artinya, anarki (anarki merujuk pada kondisi, sedangkan anarkisme merujuk pada teori, atau ajaran, atau paham mengenai itu) bukanlah suatu kondisi ketidakteraturan, atau kekacauan, seperti yang diartikan oleh mereka yang tak pernah ingin tahu apa itu anarkisme. Tetapi, ia lebih merupakan kebalikan dari semua itu—tidak ada pemerintah, sederhananya adalah merdeka dan bebas. Seperti apa yang ditulis oleh Alexander Berkman dalam bukunya ABC Anarkisme, “ketidakteraturan adalah anak dari otoritas dan pemaksaan. Kemerdekaan adalah ibu dari keteraturan.” Lebih lanjut dan lebih sederhananya, anarkisme bukanlah suatu kekerasan, tetapi ialah bentuk suatu tatanan masyarakat tanpa pemerintah, tanpa hierarkis, yang di mana semua individu, anda, saya, dan kita semua memiliki hak yang setara. Anarkisme sangat mengedepankan kedamaian, dan kenyamanan. Tetapi bukankah anarkisme pernah melakukan kekerasan? Kekerasan yang dilakukan oleh anarkisme bukanlah suatu kekerasan yang disengaja. Artinya, kekerasan itu lahir sebagai bentuk reaksi spontan sebab kekerasan yang disengaja. Kekerasan yang dilakukan oleh anarkisme adalah bentuk dari pertahanan diri mereka. Misalnya dalam suatu aksi demonstrasi, seorang anarkis dengan tanpa alasan dihantam oleh aparat keamanan, lalu kemudian mereka membela diri mereka dengan perlawanan balik. Ini artinya bukan kekerasan dibalas dengan kekerasan, tetapi bentuk dari reaksi spontan yang ditimbulkan oleh kekerasan yang disengaja. Anarkisme ialah kehidupan ideal, sebuah konsep kehidupan yang damai, dan harmoni. Ada banyak tokoh-tokoh pemikir anarkisme, setelah mengetahui apa itu anarkisme agaknya ada yang kurang kalau tidak berkenalan dengan beberapa tokoh anarkisme. Pertama tentu ada bapak anarkisme, orang pertama yang mendaku dirinya sebagai anarkis, dan memperkenalkan anarkisme sebagai filsafat politik, ialah Pierre-Joseph Proudhon. Lalu ada Mikhail Bakunin, Peter Kropotkin, Leo Tolstoy, dan Max Stirner. Sebetulnya masih banyak lagi tokoh-tokoh anarkis, tetapi beberapa nama di atas mungkin ialah para pionir yang memperkenalkan anarkisme lebih menonjol. Seperti yang kita tahu, anarkisme seringkali disebut sebagai disorder, hingga pada suatu ketika, Proudhon membuat suatu istilah dalam bukunya yang berjudul Demanding The Impossible, bahwa Anarchy is Order. Hal itu juga merupakan hasil representasi dari simbol anarki yang seringkali digambarkan dengan huruf A dalam lingkarang. A artinya Anarki, dan lingkaran ialah huruf O yakni Order. Anarchy is Order, atau Anarki adalah keteraturan. Dan ada pemaknaan lain mengenai huruf O atau lingkaran yang mengelilingi A, ialah persatuan, atau sebuah solidaritas yang luas. Sebagai sebuah filsafat politik, ataupun pergerakannya, anarkisme memiliki banyak musuh. Tetapi jika kita sederhanakan, musuh sejati anarkisme adalah pemerintah, atau lebih tepatnya suatu otoritas yang mengekang kebebasan individu—di mana di dalamya ada bentuk-bentuk kekerasan terstruktur yakni pemaksaan, dan pembatasan. Jadi apapun itu yang di dalamnya terdapat otoritas, maka jelas ia adalah musuh bagi anarkisme. Suatu tembok yang patut dihancurkan. Lalu, jika kesimpulannya adalah anarkisme ialah suatu ajaran atau paham tentang hidup tanpa pemerintah, dan merujuk pada hidup merdeka dan bebas, bukankah itu sangat tidak mungkin? Bagaimana kita dapat hidup tanpa pemerintah dan hukum? Baiklah, sebelum membahas hal itu, alangkah baiknya kita mengenal dan memahami lebih dahulu mengenai karakteristik anarkisme. Pada dasarnya, anarkisme itu mengedepankan perdamaian, dan kehidupan yang harmoni—tanpa paksaan dari otoritas, tanpa pemerintah dan hukum. Oleh karena mengedepankan perdamaian dan kehidupan harmoni, anarkisme memiliki karakteristik yakni solidaritas universal. Artinya anarkisme selalu membutuhkan kerja sama yang luas. Misalnya untuk membangun suatu tempat tinggal, anarkisme mengedepankan rasa solidaritas yang tinggi, mereka akan melakukan gotong royong untuk membangun tempat tinggal. Dan lagi, misalnya dalam menyelesaikan suatu persoalan, mereka akan bermusyawarah dengan berlandaskan hak berpendapat, dan hak bersuara yang setara, atau lebih sederhananya ialah kesetaraan, dan oleh karena tidak ada pemimpin, maka keputusan akan diambil secara demokratis. Ya, seperti itulah salah satu karakteristik anarkisme dari sekian banyak lainnya. Lalu, apakah mungkin untuk hidup tanpa pemerintah? Mungkin saya akan balik bertanya, apa peran pemerintah bagi kehidupan anda? Apakah pemerintah membantu anda untuk melakukan pekerjaan rumah? Apakah pemerintah membantu anda ketika anda dalam kesusahan ekonomi? Jawabannya pasti tidak, bukan? Bukankah pemerintah ada hanya untuk mengatur? Menariki pajak kalian dengan imbalan akan mensejahterakan kehidupan kalian? Tapi apakah benar? Bukankah seorang pengusaha kaya raya pun hidup bahagia karena usahanya sendiri? Dengan kata lain, ketidakteraturan ialah anak dari otoritas itu merupakan suatu kenyataan yang tak bisa kita hindari? Beberapa orang melakukan kejahatan, lalu kemudian mereka dihukum dengan maksud menimbulkan efek jera. Tetapi setelah mereka bebas, apakah ada jaminan kalau mereka tidak melakukan kejahatan lagi? Bukankah ini sama saja seperti lingkaran yang menyesatkan? Tidak akan pernah ada ujungnya, selalu berputar-putar. Kalau pemerintah berperan untuk mengatur ketidakteraturan, lantas mengapa ketidakteraturan selalu ada? Bukankah ini jelas, siapa ibu dari ketidakteraturan itu? Kesimpulan saya adalah anarkisme merupakan bentuk pandangan hidup yang paling sempurna, anarkisme merupakan keteraturan dalam hidup. Ia berdiri di tengah, dan tidak memihak siapapun, ia mengedepankan kesetaraan, persatuan, dan persaudaraan. Tidak ada otoritas, tidak ada ketidakteraturan, tidak ada paksaan, dan tidak ada pembatasan. Menurut saya, untuk mencapai anarkisme, perlulah proses jangka panjang. Anarki akan lahir setelah kesadaran spontan manusia, ketika manusia menyadari akan kesejatian dirinya yang merdeka dan bebas. Anarki akan datang setelah seluruh manusia dapat memahami, dan saling menghargai individu lainnya. Ketika kesetaraan, persaudaraan, dan kemerdekaan bukanlah suatu omong kosong belaka yang terlahir ketika Revolusi Prancis mampu merubah laju jalannya kehidupan dunia kala itu. “Solidaritas adalah hukum alam yang mendasari kehidupan manusia. Tanpa solidaritas, manusia akan punah dalam waktu singkat.” –Peter Kropotkin.