Keretakan antara apa yang rasional dan apa yang irasional dikonstruksi oleh setiap sistem rasional; setiap rasionalitas secara bersamaan menciptakan irasionalitas. Oleh karenanya, setiap sistem rasional memiliki keterbasan yang sifatnya inheren. Untuk keluar dari suatu rasionalitas dominan, kita mesti juga mampu memahami apa yang membentang di luar segala batasan sistem. Sistem rasional bisa menjadi alat yang demikian berguna namun juga bisa menjadi penjara mental.

Beberapa dari kita menolak sistem rasional karena membenci jenis rasionalitas tertentu, semacam rasionalitas kapitalis. Kita hidup dalam masyarakat yang sudah sedemikian termekanisasi di mana hampir segalanya dapat dikonversikan dalam nilai moneter, di mana ruang kota dan desa telah tergusur oleh kebutuhan kapital sementara umat manusia tinggal dalam lingkungan gersang, meminum minuman yang mengandung bahan kimia dalam kafe-kafe yang memutar musik pelan. Hal ini mendorong beberapa orang kecanduan hal-hal yang sifatnya irasional: kekacauan. Seseorang hanya dapat mendengarkan musik sedemikian lamanya, sebelum terpenuhi hasrat untuk menghancurkan tempat-tempat yang memainkan musik cepat sehingga kita akan meminum minuman kita lebih cepat untuk kemudian pergi. Namun bukanlah irasionalitas yang mampu menumbangkan rasionalitas kapitalis, kapitalisme pun mempunyai sisi irasionalnya, dan seperti halnya semua sistem rasional, kapital menciptakan batasan irasionalnya sendiri. Kita dapat menemukan sumber daya subversi yang jauh lebih kuat dalam imajinasi kita sendiri ketimbang dalam retakan-retakan artifisial yang diciptakan oleh rasionalitas yang ingin kita hancurkan. Imajinasi dapat menunjukkan kita bagaimana membakar Starbucks tanpa kemudian tertangkap. Imajinasi membongkar logika dan kebiasaan nekrofilik: imajinasi adalah anti-hegemonik.

Kaum surealis telah bereksperimen dengan penerbangan imajinatif keluar dari logika nekrofilik. Alejo Carpentier adalah seorang novelis Kuba yang berkawan dengan kaum surealis ketika tinggal di Paris pada 20-an dan 30-an. Tulisannya merefleksikan pengaruh surealis namun dia mendapati surreal dalam histori dan kehidupan sehari-hari, khususnya dalam kehidupan dan sejarah Amerika. Miguel Angel Asturias menulis versi fantastik mitos Maya ketika kembali ke Guatemala dari Paris. Kaum surealis Perancis dan Amerika Latin dipengaruhi penulis-penulis yang berusaha membongkar rasionalitas “Barat” dengan cara-cara yang pada dasarnya berbeda. Kaum surealis Perancis menekankan pada imajinasi alam bawah sadar sama halnya dengan Carpentier and Asturias. Dua penulis ini memandang pribumi dan kultur Afrika di negara dan daerah mereka, sampai logika kultural yang jarang dipakai rasionalitas “Barat” yang dikritisi oleh kaum surealis. Asturias dan Carpentier keduanya orang kulit putih, terpelajar, penghuni kota yang melihat kultur ini dari luar dan kemudian meromantisasinya. Masing-masing logika kultur meninggalkan celah yang tertutup oleh kultur yang lain. Sangatlah jelas dalam kasus logika moral; satu kultur melarang sementara lainnya memperbolehkan. Bagaimanapun juga, metode subversi ini terbatas secara inheren semenjak sekedar mengganti satu prinsip dengan prinsip yang lain. Dua penulis ini memandang kultur yang lain sebagai sebuah celah, sebuah kesempatan yang telah ditutup oleh kultur mereka sendiri.

Carpentier berpikir bahwa kehidupan memiliki realita-realita yang lebih mengejutkan daripada impian-impian kaum surealis. Dia memandang dari ketidaksadaran dan mendapati bahwa segala yang mengagumkan adalah nyata dalam pilihan-pilihan kreatif hidup. Jalan di mana imajinasi kesadaran dapat menumbangkan rasionalitas lebih kuat daripada sekedar apa yang kita gali dari alam bawah sadar.

Dalam novel The Kingdom of this World, Carpentier menceritakan sebuah cerita penggulingan kekuasaan Perancis di Haiti dan buntutnya. Dia melakukan riset arsip di Haiti namun kisahnya ditulis dengan lintasan peluru ke dalam ketidakmungkinan fisikal. Dia menunjukkan kekuasaan Henri Cristophe (setelah pemindahan Perancis) sebagai seorang gila namun mengikuti logika politik. Penyalahgunaan kekuasaannya dilakukan oleh seorang gila yang marah namun menegakkan logika represi dan eksploitasi negara cukup untuk pekerjaan seorang negarawan. Negara, seperti halnya kapitalisme tampil hiper-rasional namun terkadang luar biasa irasional. Konsepsi Carpentier akan kenyataan mengagumkan menantang separasi antara yang nyata dan yang tidak sebagaimana halnya antara rasional dan irasional.

Carpentier juga menggunakan pertempuran realisme yang mengagumkan di mana manusia mampu terbang ataupun berubah menjadi hewan namun dia mendasarkannya pada kepercayaan voodoo, di mana keduanya tak dapat dibedakan apakah dia berkata bahwa seorang manusia sedang terbang ketika hendak dihukum atau jika masyarakat sekedar percaya bahwa hal itu nyata. Oleh karena itu dia mendeskripsikan ketidakmungkinan fisikal sebagai rasional, selayaknya dalam logika voodoo. Metamorfosa fisikal Mackandal, seorang penghasut insureksi, dianggap normal. Novel itu merupakan insureksi anti kolonial pertama yang telah merobohkan kekuasaan Eropa di Amerika, di mana juga digeneralisir sebagai pemberontakan budak. Sang budak menemukan bahwa insureksi lebih tak bisa dipercaya ketimbang manusia yang berubah menjadi hewan. Sudah umum bahwa voodoo memiliki kekuatan nyata, sementara insureksi menawarkan apa yang sebelumya tak dapat dipahami. Properti telah efektif secara temporer dihapuskan dan apa yang dulunya aset budak-pemilik telah menjadi barang rampasan sang budak.

Setelah mencuci lengan mereka dalam darah orang kulit putih, Negro lari menuju rumah mewah, mengutuki mati pada sang tuan, pada Gubernur, pada Tuhan, dan pada semua orang Perancis di seluruh dunia. Namun digerakkan oleh kehausan sekian lama, kebanyakan mereka berdesakan di gudang bawah tanah mencari minuman keras. Pukulan beliung menghancurkan tong ikan laut. Tombaknya menusuk, tong-tong kecil menyemburkan anggur, memerahkan rok para perempuan. Brandy demijohn, rum carboy, membasahi dinding. Sembari tertawa, para Negro tergelincir acar tomat, caper, ikan haring, serta marjoram di lantai bata, lumpur menipis oleh cucuran minyak anyir yang mengalir dari sebuah tas kulit (Carpentier, The Kingdom of this World).

Pemberontakan menciptakan situasi di luar realita yang ada selayaknya sihir. Pemberontakan adalah luar biasa nyata semenjak pemberontakan menuntut hal yang tidak mungkin. Hanya imajinasi berhasrat yang memiliki kekuatan untuk mendobrak konsepsi dan relasi yang mengekalkan status quo.

Logika kapitalis adalah nekrofilik karena mereduksi hidup ke dalam kuantitas. Kesimpulan ekstrem logika ini akan menghasilkan pembasmian kehidupan di planet ini. Contoh paling sederhana reduksi ini adalah penjualan hutan atau organ manusia untuk selabel harga, yang lebih busuk adalah reduksi waktu ke dalam nilai moneter. Menjual waktu demi uang mematikan kehidupan. Irama yang homogen secara abstrak menghasilkan momen-momen ekuivalen; sebidang datar detik dan menit dan jam terhampar di depan kita. Jam 5:33 adalah sama. Logika hukum dan moralitas merangkak pelan menuju pembatasan dan represi otak. Namun, rasionalisasi tak pernah mutlak, hasrat dan tindakan manusia terus-menerus mengelakkan domestikasi serta klasifikasi. Selalu ada ketegangan antara hasrat dan logika yang menekannya, entah logika ekonomi, politik ataupun moral. Pemberontakan para insurgen imajinasi melawan logika nekrofilik seperti halnya hasil-hasil logika nekrofilik semacam polisi dan negara.