Title: Dari Hantu Hingga Matamu
Author: Wahyu Heriyadi
Language: Bahasa Indonesia
Date: 2020
Source: Poetic Terrorism (Unknown People, 2020).

Beberapa waktu lalu, di sekitaran ruang publik di kota Ciamis ada coretan yang menarik perhatian, di sana tertulis “Hantu adalah Kenangan”[1] akan tetapi di beberapa titik yang berbeda coretan itu bersanding dengan lambang anarki dan tulisan geng motor.

Hal ini tentu menambah rangkaian panjang bagaimana aksi corat-coret di ruang publik kota Ciamis dilakukan. Jika pada waktu sebelum coretan pernah dilakukan terhadap Gedung Kesenian Ciamis,[2] maka ragam coretan di ruang publik kemudian menjadi tersebar di beberapa titik.

Mengapa hantu dan mengapa kenangan? Tentu hanya pencoretnyalah yang paham mengapa diguratkannya coretan itu maksudnya. Melihat fenomena ini, tentu kita akan menerawang ke berbagai peristiwa bagaimana coretan di ruang publik dilakukan. Jika pada masa perjuangan kemerdekaan, tembok kota dipenuhi coretan “merdeka atau mati,” maka kemudian ketika kita melompat ke masa kini dan menyandingkan dengan kalimat “hantu adalah kenangan” maka kita jadikan saja suatu puisi berantai, yang siapapun penulisnya tak ingin dikenal tetapi kata-katanyalah dapat kita kenang hingga saat ini.

Merdeka atau mati
Hantu adalah kenangan

Pada masa perjuangan kemerdekaan, coretan kalimat “merdeka atau mati” di tembok di mana pun akan menjadi sebuah tanda heroik, sebuah pesan untuk melawan penjajahan. Coretan tersebut dibuat sebagai pesan, pada saat itu koran kaum pejuang kemerdekaan juga sudah ada, akan tetapi coretan di tembok adalah pesan dan tanda yang masih tetap dibutuhkan juga ternyata. “Merdeka atau mati” tetap terkabarkan hingga saat ini, baik melalui coretan di tembok, maupun dari teriakan para pejuang kemerdekaan, dan juga tulisan di koran-koran perjuangan.

Di satu sisi, selain “Hantu adalah Kenangan” coretan-coretan yang terjadi saat ini juga membawa lambang anarki. Peristiwa yang menarik adalah apa yang dituliskan oleh George Orwell dalam bukunya Homage to Catalonia, sebuah reportase dengan gaya penulisan novel atau yang saat ini banyak dikenal sebagai Jurnalisme Sastra, yaitu reportase tentang perang sipil di Spanyol, sebuah pertarungan di mana kelompok anarki hadir di dalamnya.

Banyak sekali coretan-coretan yang dilakukan oleh kelompok anarki pada saat itu, sehingga ketika Orwell datang ke Barcelona sebagai wartawan, mencatat berbagai hal yang menarik. Dari mulai “Viva la Revolucion!” Coretan lainnya misal saja kalimat “No Pasaran” sebuah kalimat yang sudah sangat dikenal oleh kelompok anti fasis hingga saat ini. Selain diteriakkan dengan lantang, terbentang di dalam spanduk, juga hadir di dalam coretan-coretan di tembok-tembok. Kalimat “No Pasaran” menjadi sebagai suatu mantra yang sangat kuat untung menghadang kelompok fasisme di medan peperangan pada saat itu. Para fasisme itu jangan sampai lewat, jangan biarkan fasisme itu datang dan menguasai. “No Pasaran” hingga saat ini seringkali digunakan, dicoretkan, dibentangkan untuk menghadang para pendukung fasisme di jalanan kota di berbagai belahan dunia. Masa lalu dan masa sekarang selalu saling mempengaruhi. Ada slogan yang tetap bertahan, ada juga yang terlupakan.

Masihkah coretan “Hantu adalah Kenangan” itu bertahan? Tentu saja, coretannya tidak bertahan lama, para pemilik gedung tidak lama berselang menghapus coretan itu. Tapi tentu saja selalu ada coretan baru, seperti yang tampak baru-baru ini di sebuah kompleks pertokoan lama dekat alun-alun, berbunyi: “Ciamis Heurin ku Koruptor” (Ciamis Penuh/Sempit oleh Koruptor). Lalu coretan lainnya “May Day Is Come”[3] menjelang perayaan May Day tahun 2019, coretan itu mendapat sorotan sebab dilakukan di tempat yang sama dengan tulisan “Hantu adalah Kenangan” satu tahun sebelumnya.

Diberitakan juga oleh salah satu surat kabar lokal Ciamis, Kabar Priangan (12/12/2018). Dalam beritanya Tatang Rahman (warga Ciamis) menduga bahwa coretan-coretan yang tiba-tiba ada di hampir tiap sudut Ciamis itu tidak berkaitan dengan aksi geng-geng anak muda pada umumnya. Coretan-coretan itu seperti membawa pesan atau berusaha mencari perhatian — begitu, kurang lebih.

Begitu banyak coretan-coretan yang justru kadang-kadang tidak hanya bermuatan provokatif tapi justru begitu sangat puitis, selain “Hantu adalah kenangan,” beberapa kutipan puisi, coretan-coretan puitis lain yang luput oleh media diantaranya: “tuhan sisakan satu neraka untuk puisi-puisiku,” “bagaimana aku melupakanmu bila semua hari adalah namamu,” “sebagai ingatan aku ingin sekali dilupakan,” “orang lain adalah neraka,” “untuk menjadi diriku mulailah melupanku” dan banyak lagi. Aksi terbaru yang mencuri banyak perhatian media adalah vandal “Kill The Rich”[4] yang terjadi di Kota Banjar — eks bagian wilayah pemerintahanan Ciamis — tiga tersangka ditangkap atas aksi tersebut, setelah ditelusuri beberapa tulisan lain yang dicoretkan adalah tulisn “sebab hitam di matamu itu adalah aku yang lain,” tulisan yang lagi-lagi jauh lebih puitis dari pada disebut provokatif.

Di luar sana ada begitu banyak lagi, di garasi milik seseorang, di tembok gedung pemerintahan, di monumen nasional, di gapura selamat datang sebuah kota, di gang kumuh, atau bahkan bisa jadi di toilet masjid, dan di mana pun itu.

2019–2020

[1] Entah Apa Maksudnya, Ada Tulisan ‘Hantu Adalah Kenangan’ di Tugu Atlet Ciamis. https://www.harapanrakyat.com/2018/03/entah-apa-maksudnya-ada-tulisan-hantu-adalah-kenangan-di-tugu-atlet-ciamis/, tulisan “Hantu adalah Kenangan” — tersebar di banyak titik kota salah satu yang mencuri perhatian adalah coretan di Tugu Atlet — mengancam Ciamis gagal mendapat penghargaan Adipura pada tahun 2018.

[2] Gedung Kesenian Ciamis jadi Korban Aksi Vandalisme, https://www.harapanrakyat.com/2016/07/gedung-kesenian-ciamis-jadi-korban-aksi-vandalisme/, dalam beritanya disebut bahwa Gedung megah itu baru satu tahun berdiri. Beberapa tulisan yang dicoretkan adalah kutipan puisi Rendra ‘maksud baik sodara untuk siapa?’, Charles Baudelaire ‘sekarang jamnya mabuk’ dan lainnya.

[3] Aksi Vandalisme ‘May Day is Come’ Kotori Tugu Atlet di Ciamis, https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4532004/aksi-vandalisme-may-day-is-come-kotori-tugu-atlet-di-ciamis, Coretan ‘May Day Is Come’ dan ‘Nalarmu Merah’ tersebut terpampang pada tembok di bawah Patung Si Obor.

[4] 3 Pelaku Vandalisme ‘Kill The Rich’ di Banjar Dibekuk Polisi, https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4974294/3-pelaku-vandalisme-kill-the-rich-di-banjar-dibekuk-polisi.