Abraham P. DeLeon
Anarkisme dan Pendidikan
Meskipun banyak aktivis yang menganut teori anarkis, anarkisme juga telah hadir di berbagai bidang akademis yang berbeda. Sosiologi anarkis telah menjadi perdebatan (Purkis 2004), begitu juga dengan gambaran awal dari antropologi anarkis (Graeber 2004). Namun, yang sering terabaikan adalah bidang pendidikan, yang memiliki hubungan yang menarik dengan anarkisme dan teori-teori radikal pembebasan lainnya. Teori anarkis tidak ada dalam literatur pendidikan dan ketiadaan ini juga terjadi pada teori-teori pendidikan yang lebih radikal.
Teori anarkisme dalam konteks pendidikan telah mempengaruhi beberapa topik penting, seperti struktur organisasi, aksi politis untuk guru, dan memikirkan kembali bagaimana bentuk sekolah dan tujuan yang dilayaninya. Anarkisme dalam pendidikan berarti merangkul beberapa faktor kunci tentang sekolah. Para anarkis berpendapat bahwa berbagai institusi sekolah membantu mereproduksi perpecahan rasial, kelas, orientasi seksual, dan gender yang menopang praktik-praktik kelasisme yang melemahkan kelas pekerja dan siswa miskin. Paul Goodman, dalam tulisannya yang terkenal di tahun 1964 tentang Compulsory Miseducation, berargumen bahwa sekolah lebih banyak menguntungkan orang kaya dan berkuasa dan berfungsi untuk mengindoktrinasi murid-muridnya ke dalam sebuah sistem ideologi daripada berfungsi sebagai tempat pencerahan dan dialog kritis. Kaum anarkis berpendapat bahwa guru dan siswa harus menjadi pencipta pengetahuan bersama dan pembagian antara "guru", "siswa", dan "kepala sekolah" harus direstrukturisasi.
Teori anarkis dalam pendidikan berusaha untuk membangun sekolah yang tidak diatur berdasarkan hirarki yang kaku dan setiap sekolah harus sebebas dan seterbuka mungkin, memungkinkan individu untuk mengeksplorasi identitas mereka, membebaskan keinginan mereka dari norma-norma sosial yang menindas secara historis, dan setiap sekolah harus bersifat otonom sehingga dapat memenuhi kebutuhan komunitas dengan lebih baik. Sekolah dan komunitas tempat mereka berada harus berada dalam hubungan simbiosis mutualisme yang didasarkan pada saling membantu, pembangunan komunitas, dan praktik-praktik non-koersif. Kaum anarkis telah memainkan peran bersejarah dalam pendidikan dan teori pendidikan, bahkan jika terdapat keterbatasan. Mereka telah menciptakan sekolah-sekolah yang menyerupai konsepsi anarkis dan mengkritik institusi sekolah itu sendiri. Francisco Ferrer, misalnya, mendirikan sebuah "sekolah modern" di Spanyol yang menggabungkan kerangka ideologi yang sangat berbeda dari sekolah-sekolah pada masa itu. Anak-anak tidak dihadapkan pada kurikulum dogmatis atau serangkaian tes standar yang sekarang kita temukan di sekolah-sekolah Amerika Serikat; alih-alih, kurikulum dan filosofi panduan yang diperjuangkan oleh Ferrer adalah kebebasan setiap anak untuk mengejar minat intelektualnya dalam lingkungan yang tidak hirarkis. Ferrer berpendapat bahwa sekolah harus direstrukturisasi dengan cara yang sama sekali berbeda untuk melepaskan diri dari peran sekolah yang menjajah dan menindas dalam mengindoktrinasi siswa ke dalam status quo. Ferrer ingin agar para guru memiliki otonomi penuh dari mekanisme negara sehingga mereka dapat mendorong siswa untuk mengejar minat pendidikan yang mereka pilih.
Proyek-proyek sekolah non-otoriter dan demokratis lainnya telah ada dan didasarkan pada beberapa nilai dan gagasan yang diungkapkan oleh Ferrer. A. S. Neill, salah satu pendukung sekolah alternatif yang paling terkenal, menciptakan Summerhill, sebuah sekolah yang menekankan pertumbuhan pendidikan berdasarkan minat anak. Di Summerhill, "pelajaran" muncul dari para siswa sendiri dan anak-anak didorong untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri. Meskipun ide-ide Neill telah diadopsi dan dirumuskan kembali dari awal, mereka terus mempengaruhi sekolah-sekolah yang ingin menciptakan pengalaman pendidikan yang memungkinkan anak mendapatkan lingkungan belajar yang terbuka, bebas, dan tidak memaksa. Meskipun secara teknis tidak bersifat "anarkis", Neill menyusun Summerhill tanpa kurikulum yang kaku atau jadwal formal untuk belajar. Dia mengakui kebebasan setiap anak, dan dia menolak otoritas guru tradisional (Suissa, 2006: 93). Sekolah-sekolah lain telah dipengaruhi oleh ide-ide Neill. Di Albany, New York, Albany Free School mengijinkan murid-muridnya untuk mengeksplorasi minat mereka sendiri dengan cara yang tidak hirarkis, yaitu dengan melibatkan pembicara tamu dan guru yang sesuai dengan minat murid-muridnya. Di Albany, para siswa merupakan bagian integral dari komunitas di sekitar mereka, sementara sekolah berfungsi sebagai pusat pembelajaran dan aksi komunitas. Para siswa belajar untuk mengelola pengalaman belajar mereka sendiri dan berpartisipasi dalam komunitas sekolah.
Meskipun banyak "sekolah alternatif" yang tidak secara langsung mengaitkan teori anarkis dengan misi ideologis mereka, mereka sebanding dengan apa yang dikatakan oleh para anarkis bahwa hal tersebut diperlukan untuk membangun komunitas dan menanamkan semangat alamiah pembelajaran yang tidak bersifat koersif. Tidak seperti pendidikan umum tradisional, "sekolah alternatif" memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengontrol pengalaman belajar mereka dan membentuk tujuan pendidikan mereka. Di sekolah pendidikan tradisional, kurikulum, kegiatan, dan pengalaman belajar telah ditentukan, sehingga siswa memiliki pilihan yang terbatas dalam menentukan tujuan dan capaian mereka. Sekolah-sekolah ini terstruktur dengan cara yang kaku dan hirarkis. "Sekolah alternatif", di sisi lain, merupakan kebalikannya karena mereka cenderung tidak memiliki kurikulum sekolah formal. Sekolah-sekolah ini mempromosikan filosofi berbasis komunitas yang mencerminkan pengalaman individu. Kehadiran tidak selalu wajib dan kelas-kelas sering kali muncul secara organik melalui inisiatif dan minat siswa. Siswa dan guru berkolaborasi untuk mengejar minat akademik dan intelektual individual.
Selain membangun kepedulian para siswa secara individu, konsepsi anarkis tentang sekolah memandang pembangunan komunitas sebagai peran integral dalam perkembangan anak-anak. Siswa harus merasa menjadi bagian dari komunitas sekolah untuk lebih terlibat dalam kegiatan kreatif dan intelektual mereka. Poin utamanya adalah bahwa pendidikan siswa harus berada di tangan individu, dengan sekolah memandu proses tersebut dengan menyediakan aktifitas dan petunjuk yang sesuai untuk memenuhi tujuan siswa dan masyarakat.
Lihat juga: Anarchism ; Escuela Moderna Movement (Sekolah Modern) ; Goldman, Emma (1869–1940)
Referensi dan Saran Bacaan:
-
Antliff, A. (2007) Breaking Free: Anarchist Pedagogy. In M. Coté, R. Day, & G. de Peuter (Eds.), Utopian Pedagogy: Radical Experiments Against Neoliberal Globalization. Toronto: University of Toronto Press.
-
Chomsky, N. & Macedo, D. (2000) Chomsky on Mis-education. Lanham: Rowman & Littlefield.
-
DeLeon, A. (2006) The Time for Action is Now! Anarchist Theory, Critical Pedagogy, and Radical Possibilities. Journal of Critical Education Policy Studies 4, 2 (November).
-
Goodman, P. (1971) Children Should Be Anarchists. New Schools Exchange Newsletter 58: 5.
-
Graeber, D. (2004) Fragments of an Anarchist Anthropology. Chicago: Prickly Paradigm Press.
-
Illich, I. (1983) Deschooling Society. New York: Harper & Row.
-
Purkis, J. (2004) Towards an Anarchist Sociology. In J. Purkis & J. Bowen (Eds.), Changing Anarchism: Anarchist Theory and Practice in a Global Age. Manchester: Manchester University Press.
-
Sheehan, S. (2003) Anarchism. London: Reaktion Books.
-
Spring, J. (1998) A Primer of Libertarian Education. Montreal: Black Rose Books.
-
Suissa, J. (2006) Anarchism and Education: A Philosophical Perspective. London: Routledge