Alvin Born to Burn
Tuhan Seorang Nenek, Malaikat itu Ibu, dan Nabi Adalah Anak Perempuan
/1/
Tuhan adalah seorang nenek, ialah yang melahirkan segalanya. Tuhan adalah seorang nenek, ia sudah terlalu tua untuk mengembara. Karena itu, ia duduk di kursi[1] di atas ‘arsy sana,[2] merajut alam semesta dan menulis catatan hariannya (lauh al mahfuz).[3]
Malaikat itu ibu. Ketika turun wahyu pertama “iqro’ (bacalah)”, siapa yang paling tekun dan sabar mengajarkan anaknya membaca dan menulis selain ibu? Karena itu, lahir istilah bahasa ibu, bukan bahasa ayah, sebab bahasa ayah adalah kepalan tangan dan kekerasan.
Sementara itu, Nabi adalah anak perempuan. Nabi adalah anak perempuan, sebab tugas Nabi adalah menyampaikan risalah. Siapakah yang cukup baik bahasanya untuk meyampaikan risalah selain perempuan? Bahasa kasih sayang. Risalah itu disebarkan dengan cinta kasih, bukan dengan kekerasan. Sebuah kesalahpahaman jika orang menyebutkan bahwa Nabi memulai perang. Tidak. Nabi hanya melakukan resistensi terhadap perang yang telah mereka mulai. Nabi itu adalah sosok feminim yang menjadi maskulin ketika diusik. MAKA DARI ITU, BERONTAKLAH WAHAI KALIAN PARA KAUM PEREMPUAN!
/2/
Terlahir tanpa penis di kelamin, maka kuputuskan tuk menciptakan penisku sendiri di kepala. Biarkan lelaki masturbasi dengan onani dan mengocok-ngocok kemaluannya, aku masturbasi dengan membaca buku.
/3/
Hanya dengan lubang[4] manusia dilahirkan
dan hanya kepada lubang[5] manusia dikembalikan.[6]
/4/
Mana yang lebih indah antara danau dan waduk? Keduanya sama-sama indah, selama lubang itu berair, tidak gersang kekeringan. Semua lubang adalah indah, baik yang alami maupun buatan.[7] Tak ada yang berbeda, ikan di danau dan ikan di waduk sama-sama hidup dari air.
/5/
Aku diperkosa bukan karena payudaraku yang terbuka,
tapi karena otak mereka yang tertutup.[8]
Aku diperkosa bukan karena pakaianku yang terbuka,
tapi karena pikiran mereka yang terluka.[9]
/6/
Kelamin adalah narapidana dan pikiran kitalah penjaranya.
/7/
Rap itu rape. Memaksakan makna dengan kata-kata hanya demi rima.
Terkutuklah laki-laki yang nge-rap tanpa ada makna di dalamnya!
Tak cukup dengan memperkosa perempuan, sastra pun kauperkosa.
/8/
+Aku mabuk bukan karena ingin diperkosa, tapi karena ingin meminum alkohol.
-Aku memperkosa bukan karena sedang mabuk, tapi karena ingin memperkosa.
+Kenapa bicaramu jujur sekali?
-Aku sedang mabuk.
/9/
Kalau consent adalah “iya”, lalu bagaimana consent seseorang yang bisu dan buntung tangannya? Menganggukan kepala. Tak ramah gender bagi kau yang tak ramah difabel. “Tubuhku otoritasku” juga otoritas bagi mereka yang tak bertubuh.[10]
/10/
“Indomie seleraku,” kata seorang perempuan di Ghana yang menjual dirinya demi sebungkus mi instan itu.
“iPhone 8 gawai teman-temanku,” Kata seorang perempuan di Tiongkok yang menjual dirinya demi sepotong apel yang sudah tergigit itu.
“Lubang tanah adalah menstrual pad-ku,”[11] kata seorang perempuan di Kenya yang menjual dirinya demi selembar pembalut itu.
Pembebasan perempuan takkan tercapai tanpa pembebasan terhadap kapitalisme.[12] Bagaimana mungkin ikan disebut bebas, kalau ia hanya berenang di dalam akuarium? Walaupun akuarium itu sebesar lautan.
/11/
Bagaimana mungkin memasak adalah tugas vagina dan mencangkul adalah tugasnya penis? Vagina tentu bisa mencangkul, karena ia mengenali lubang. Penis pun tentu bisa memasak, karena ia dapat membedakan mana batang kayu bakar dan mana batang spatula.
Pekerjaan tidak ditentukan dari apa yang ada di dalam celananya, tapi dari apa yang ia kuasai dengan kepalanya.
/12/
Aku tidak menikah bukan karena aku membenci laki-laki, tapi karena aku mencintai perempuan. Andai aku hidup di negeri yang memperbolehkan perempuan menikah dengan perempuan pun, aku tetap tidak akan menikah, karena cintaku tak butuh pengakuan negara, cukup kita yang mengakuinya <3
Matahari yang tak butuh pengakuan dari lampu untuk sadar bahwa dirinya terang.
/13/
“Manusia diciptakan berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan), sebab tuhan menciptakan Adam dan Hawa bukan Adam dan Asep.” Berani sekali tuhan mengatur cara kita berpasangan, padahal ia sendiri tak punya pasangan seksual!
Aku bercinta, maka aku ada. Pernahkah kau melihat tuhan bercinta? Kalau tidak, lantas, apakah tuhan ada?
[1] Kursy adalah tempat duduk tuhan.
[2] ‘Arsy adalah sebutan singgasana kerajaan tuhan yang berada di tempat tertinggi di atas sana.
[3] Lauh Al Mahfuz adalah kitab tempat tuhan menuliskan segala catatan kejadian alam semesta.
[4] Vagina
[5] Kubur
[6] Mati
[7] Waduk adalah sebutan bagi danau buatan. Penulis menjadikan danau dan waduk sebagai metafora atas perempuan (alamiah) dan transpuan (buatan). Sebuah kampanye lanjutan dari All Vaginas are Beautiful yang dimiliki perempuan, bahwasannya trans pun (yang sudah operasi kelamin) memiliki vagina sama indahnya dan sama berharganya seperti perempuan.
[8] Otak yang tertutup. Gelap. Tak mendapatkan cahaya pengetahuan. Bodoh.
[9] Pikiran yang terluka. Pikiran yang sakit. Tidak mampu berpikir. Tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk; mana yang benar dan mana yang salah.
[10] Tak bertubuh di sini berarti cacat fisik
[11] Perempuan Kenya menggali lubang di tanah dan duduk di atasnya selama menstruasi
[12] Perjuangan feminisme tidak cukup hanya sampai kepada perjuangan terhadap patriarki, tapi lebih dari pada itu adalah perjuangan terhadap kapitalisme; dan, perjuangan terhadap kapitalisme pun tidak akan pernah tercapai tanpa perjuangan melawan negara dan segala aparatusnya. Cita-cita itu tidaklah mustahil, karena sebelum dunia menjadi seperti yang sekarang; dalam sejarah umat manusia, dahulu kita sudah hidup dalam bentuk komunal primitif yang bebas dan setara tanpa dominasi patriarki, kapitalisme, maupun negara.