Resurgensi anarkisme di akhir abad ke 19 mendapatkan dukungan tidak hanya dari pekerja industri tapi juga dari para seniman avant-garde Perancis, khususnya para pelukis dan penyair. Pada saat itu puisi aliran Simbolis sudah mendapatkan reputasi sebagai aliran sastra pemberontakan. Figur-figur utamanya—seperti Arthur Rimbaud, Paul Verlaine, Stephane Mallarme, dan Charles Baudelaire—memposisikan puisi mereka ke dalam oposisi keras terhadap dogma mapan dari struktur dan sifat yang kaku. Aliran Simbolis ini menekankan bahwa penyair harus bebas untuk menciptakan dan menggunakan bentuk menurut kemauan mereka sendiri. Yang lebih penting lagi, panduan prinsip-prinsipnya harus menjadi keunikan dan pengalaman subjektif dari penyair itu sendiri. Syair yang baik diciptakan dan dimengerti dengan membiarkan kebebasan total imajinasi untuk menginterpretasi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh penyair Simbolis Stuart Merril:

“Apa yang menjadi kekuatan dari teori simbolis adalah anarkinya itu sendiri. Yang menuntut penyair agar menjadi signifikan, dalam konteks individu, dan dari situ mereka memperlihatkan diri mereka sendiri di dalam pikiran dan emosi dengan menggunakan imaji-imaji semungkin-mungkinnya. Aliran Simbolis adalah anarkisnya sastra.”

Karya Stirner The Ego and its Own dikonsumsi dalam lingkup luas dari lingkaran aliran Simbolis dan penulis-penulis seperti Felix Feneon, Gustave Kahn, Emilie Verhaeren, Bernard Lazare, Pierre Quillard dan Paul Adam yang secara terbuka menerima anarkisme, yang lanjut hari mengomentari dan menjuluki Ravachol, seorang anarkis ‘penjahat’, dengan berkata,

“seorang santo telah lahir di antara kita.”

Dukungan terhadap anarkisme bahkan lebih kuat lagi di antara para pelukis. Seorang seniman Impresionis, Camille Pissarro, secara regular menghasilkan litograf untuk koran La Revolte, walaupun sering sama sekali tanpa imbalan uang, Camille menyelamatkan koran ini dari kebangkrutan dua kali dengan membayar semua hutang-hutang koran tersebut. Figur-figur kunci—yang juga anarkis—dari gerakan neo-impressionis seperti Paul Signac, Henri Edmond Cross, Charles Angrad, Theo Van Rysselberghe dan Maximilien Luce sering memberi kontribusi pada publikasi-publikasi anarkis. Anak-anak Pissarro tumbuh menjadi pelukis dan anarkis. Buku The Anarchist Peril, yang terbitkan pada tahun 1894, berisi dua belas lukisan karya anak-anak dan cucu Pissarro, mereka adalah Lucien, Georges, Felix, dan Rodo, dan di tahun 1901 Lucien mengilustrasikan sebuah buku anak-anak yang ditulis oleh penulis anarkis Jean Grave. Octave Mirbeau, seorang anarkis dan novelis, mendeskripsikan keluarga Pissarro:

“….di dalam masa tua, dikelilingi oleh anak-anaknya, yang semuanya menjadi seniman, yang berbeda-beda! Semuanya mengikuti sifat alami mereka sendiri. Ayahnya tidak mengajari mereka teori, doktrin, pandangan dan perasaan yang dimilikinya. Ia membiarkan anak-anaknya untuk mengembangkan sendiri visi dan intelejensi individual mereka sesuka hati.”

Pissaro esndiri berkata:

“Sungguh indah dan membahagiakan bahwa anak-anak ini memiliki cinta terhadap seni. Zaman kita ini sungguh menyedihkan sampai-sampai kita hanya bisa merasakan hidup kita di dalam mimpi yang indah.”