Colin Parker
Dari Komune Paris Hingga Kronstadt
'Komune Paris dan Kronstadt adalah ekspresi pengorganisasian mandiri kelas pekerja yang terus memberikan inspirasi'
Komune Kronstadt dan Paris membagikan kepada kita temuan menarik dan memberitahu kita banyak hal tentang negara yang menenggelamkan dua eksperimen ini ke dalam darah hanya beberapa minggu semenjak kelahirannya.
Inspirasi
Komune Paris memberikan contoh kepada kaum revolusioner tentang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam aktivitas-diri (self-activity) rakyat yang spontan. Meskipun kalah, kemungkinan-kemungkinan itu telah menginspirasi kaum anarkis, termasuk Bakunin, yang mengklaim (Komune) sebagai perjuangan milik mereka (anarkis). Bahkan Marx, yang sampai sekarang menekankan perlunya “politik” yaitu perjuangan parlementer, untuk sementara mengambil posisi yang hampir libertarian dalam masalah Komune. Komunard, katanya dengan puitis, “telah menyerbu surga” dan, meskipun berhati-hati dengan tetap tidak meninggalkan konsep kediktatoran proletar, Marx dan Engels mengidentifikasi kediktatoran itu dengan swaorganisasi massa yang dibawa oleh Komune.
Ironisnya, Lenin untuk waktu yang singkat sebelum revolusi Oktober sangat antusias dengan Komune Paris, dan menganjurkan pembentukan "Negara Komune" di Rusia. Namun, libertarianisme Marx, Lenin dan Engels hanya sementara. Lenin khususnya, segera meninggalkan libertarianisme "Negara dan Revolusi" miliknya dan memaksakan kediktatoran besi Partai dan Cheka (polisi rahasia). Setelah memuji Komune Paris atas aktivitas-diri yang libertarian, dia kemudian menghancurkan eksperimen Komune serupa yang tumbuh di dalam negeri Rusia: yaitu Kronstadt.
Contoh
Apa yang telah dicapai Komune Paris? Pertama, ia menciptakan tentara rakyat dari para tentara pemerintah berpangkat rendah dan penduduk (sipil) bersenjata Paris. Meskipun akhirnya dikalahkan oleh kekuatan negara, ia bertempur dengan gagah berani dari jalan ke jalan sampai titik darah terakhir. Secara militer, Komune membuat kesalahan strategis yang fatal dengan menunggu serangan pemerintah di Paris. Seandainya milisi Komune bertemu dengan tentara penyerang jauh di luar Paris, hasilnya mungkin akan sangat berbeda. Tetapi, sebagai model organisasi militer, Komune memberi kita ide tentang milisi rakyat atau pekerja sebagai alternatif dari tentara tetap yang bertindak sebagai penjaga para penindas kita.
Pada bidang sosial, Komune melakukan sejumlah reformasi. Itu sangatlah egaliter, menetapkan selisih pendapatan yang sangat rendah untuk para pekerja di Komune. Majikan yang melarikan diri dari Paris meninggalkan pabrik produksi yang akhirnya dijalankan oleh para pekerja. Perkembangan terakhir ini sangat penting karena menunjukkan bahwa pekerja biasa mampu mengambil kendali produksi sendiri. Demikian pula dengan masalah distribusi, itu dikontrol oleh tangan-tangan masyarakat Paris sendiri. Selain itu, sementara "demokrasi" borjuis secara efektif menghilangkan pengambilan keputusan dari rakyat, Komune menghancurkan hierarki politik dan memulai sistem demokrasi dengan delegasi (delegate democracy). Demokrasi dengan delegasi memberi para pekerja hak suara langsung dalam administrasi kehidupan sehari-hari mereka di mana delegasi terpilih diberi mandat untuk melaksanakan keinginan mereka dan bisa diberhentikan langsung jika mereka gagal melakukan tugasnya.
Komune dalam kehidupan sehari-hari melakukan sejumlah perubahan yang merupakan reaksi dari penindasan sehari-hari mereka. Misalnya, kerja malam untuk para pembuat roti di Paris dihapuskan. Orang Paris harus menunggu roti mereka! Pegadaian yang dianggap eksploitatif ditutup dan gereja yang selama ini berperan sebagai penindas ideologis massa dibubarkan, propertinya dibagikan dan keterlibatannya dalam pendidikan dihentikan.
Langkah-langkah ini, meskipun tidak cukup jika dilihat dari perspektif anarkis komunis, tapi merupakan bagian dari eksperimen sosial populer yang sepenuhnya progresif dan antikapitalis. Kaum anarkis saat ini mungkin akan menunjukkan keterbatasan Komune, misalnya kelanjutan sistem pengupahan dan pengenalan koperasi sebagai alternatif dari kapitalisme swasta. Akan tetapi, seandainya Komune tidak jatuh dan jika modelnya diadopsi di tempat lain di Prancis (dan di luar negeri), federasi komune yang lebih menyeluruh mungkin akan muncul untuk menggantikan negara-bangsa
Nafas Terakhir
Komune Paris muncul sebagai tanggapan atas negara kapitalis borjuis konservatif, yang bertekad untuk mempertahankan kekuasaannya dalam masa perang. Sebaliknya, Komune Kronstadt muncul pada akhir periode perang saudara. Tetapi sekali lagi, itu adalah ekspresi libertarian dari kaum revolusioner yang gusar oleh aktivitas kediktatoran negara. Perebutan kekuasaan oleh Bolshevik pada bulan Oktober 1917 dilakukan atas nama soviet atau dewan pekerja yang muncul secara spontan di awal tahun. Bolshevik dengan sangat cepat menciptakan negara polisi yang sangat otoriter yang pada awal 1921 telah menghapus hampir semua entitas politik kecuali diri mereka sendiri.
Periode dari Oktober 1917 hingga 1921 telah menjadi salah satu perang saudara yang berkelanjutan yang telah melemahkan moral bahkan para pendukung negara yang paling antusias. Namun, alih-alih memanfaatkan perasaan anti-kapitalis yang populer, pemerintah berusaha untuk memanfaatkannya di dalam jaket lurus ideologis dan organisasinya sendiri. Di tengah sistem inilah para pelaut Kronstadt (yang disebut "bunga revolusi" oleh Trotsky) bangkit melawan. Kaum Bolshevik berubah menjadi kediktatoran yang memeras hasil kerja dari para petani dengan todongan senjata, yang memperbudak pekerja di bawah hierarki komisaris politik dan yang memberikan hak istimewa berupa jatah makanan tambahan dan akomodasi kepada anggota Partai Komunis. Seluruh sistem pembatasan yang menyimpang dan korupsi negara (ada lebih dari 50 tingkat alokasi makanan, tergantung pada peringkat) telah didokumentasikan oleh Emma Goldman dalam volume dua otobiografinya. Kebetulan, sekarang ini tersedia dengan harga murah di Freedom Books dan harus dibaca oleh siapapun yang tertarik dengan "komunisme" pada masa itu.
Di armada Baltik-lah cita-cita asli dari bulan-bulan akhir tahun 1917 dipertahankan dalam bentuk terkuatnya. Meskipun ada upaya untuk mengutuk pejuang Kronstadt sebagai orang kulit putih atau petani terbelakang atau lebih buruk, yang mana semuanya itu terbukti palsu, tidak ada keraguan bahwa mereka menginginkan masyarakat libertarian yang dikendalikan oleh kelas pekerja melalui majelis mereka sendiri. Di pangkalan angkatan laut dan di kapal para pelaut mengadakan rapat massal untuk merumuskan tuntutan mereka. Ini diringkas dengan sangat jelas dalam "resolusi Petropavlovsk."
Soviet-Soviet
Jauh dari kesan kontrarevolusioner seperti yang dituduhkan, tuntutan Komune Kronstadt justru merupakan lanjutan tradisi tahun 1905 ketika pekerja Rusia pertama kali mewujudkan realitas soviet. Nyatanya, tuntutan pertama menyerukan “segera adakan pemilihan umum baru untuk soviet-soviet” yang pada saat itu hanya menjadi stempel bagi birokrasi pemerintah, tidak memiliki independensi sama sekali.
Para pemberontak Kronstadt juga menginginkan pemulihan kebebasan kaum proletar yang telah secara sistematis dihilangkan oleh kaum Bolshevik sejak 1918. Kaum komunard sama sekali tidak menginginkan pemulihan kekuasaan kepada para pengeksploitasi, tetapi kebebasan berbicara dan berkumpul bagi para petani, buruh dan para sekutu politik mereka merupakan tuntutan penting. Upaya untuk memulihkan kebebasan sebelum bulan Oktober ini sangat mendesak karena tidak hanya kaum borjuasi yang dapat ditemukan di penjara-penjara: namun hampir seluruh kaum kiri non-Bolshevik telah dipenjara.
Pada kenyataannya, seluruh sistem negara diktator dan menindas telah diciptakan oleh Lenin dan partainya. Tanggapan spontan mereka terhadap setiap kesulitan yang muncul setelah perebutan kekuasaan adalah dengan memperketat sekrup: represi, birokrasi dan kontrol adalah metode yang digunakan. Ironi yang menyenangkan dalam semua ini adalah bahwa Lenin meninggal sebagai orang yang sangat tidak bahagia begitu dia terlambat menyadari realitas masyarakat Frankenstein-nya. Rusianya Lenin tidak hanya merupakan kediktatoran tetapi juga sangat hierarkis. Hak istimewa borjuis telah digantikan oleh hak istimewa "komisarokrasi". Tidak mengherankan, para pelaut Kronstadt menuntut “pemerataan jatah” untuk semua pekerja kecuali mereka yang melakukan pekerjaan berbahaya atau tidak sehat.
Tidak ada keraguan bahwa para pemberontak mewarisi keberanian kaum Bolshevik dan metode mereka. Hanya penggulingan kaum Bolshevik dan menggantinya dengan organ-organ berupa produksi yang diatur sendiri secara bersama dengan pemberian kebebasan kepada para pengrajin dan petani (selama mereka tidak meng-hire buruh untuk diperkerjakan) yang dapat memulihkan situasi, kata para pemberontak Kronstandt. Tetapi tuntutan Kronstadt, meskipun mereka telah diucapkan oleh kaum Bolshevik sendiri, secara tidak mengejutkan ditanggapi dengan penindasan dan fitnah. Seperti komunitas Paris, orang-orang Kronstadt melakukan perlawanan sengit terhadap penindasan negara dan serangan militer. Dengan kehancuran nafas terakhir perjuangan ini pada tahun 1917, matilah sudah harapan terakhir kaum Rusia yang tertindas.
Pengorganisasian Diri
Komune Paris dan Kronstadt adalah ekspresi pengorganisasian mandiri kelas pekerja yang terus memberikan inspirasi. Kelompok-kelompok Marxis-Leninis-Trotskis dengan sinis akan memanggil the former (orang-orang yang pertama/pembentuk/perumus Komune) untuk sementara, selama itu cocok dengan mereka; kemudian pada akhirnya, secara tidak konsisten, mengutuk Kronstadt sebagai kontrarevolusioner. Jika mereka sangat munafik, mereka akan menangis dengan air mata buaya atas kehancuran Kronstadt, dengan maksud “kebutuhan tragis” dari semuanya.
Tapi kami kaum komunis anarkis melihat di komune sebuah sketsa tentang bagaimana masyarakat dapat diorganisir. Model komune memberikan dasar organisasi untuk menciptakan unit-unit yang mengarahkan diri sendiri (self directing) dan terintegrasi, yang mana bila digabungkan dengan badan-badan serupa dapat memiliki karakter nasional atau bahkan internasional. Komune Paris dan Kronstadt sama-sama dijalankan dalam keadaan yang sangat sulit dan hanya berlangsung selama beberapa minggu. Terlepas dari kesibukan mereka untuk bertahan hidup, mereka menunjukkan kepraktisan komune sebagai bentuk organisasi yang menghasilkan tingkat kebebasan, solidaritas, dan kesetaraan maksimum. Komune sebagai entitas geografis dapat mengakomodasi komunitas dan tempat kerja yang anarki. Itu adalah model untuk masa depan.