Dielo Truda (Workers’ Cause)
Platform Organisasi Komunis Libertarian
Platform Organisasi Komunis Libertarian
I. Perjuangan Kelas, Peran dan Maknanya
II. Perlunya sebuah revolusi sosial yang keras
III. Anarkisme dan Anarkis Komunisme
IV. Penolakan terhadap Demokrasi
V. Penolakan terhadap negara dan otoritas
VI. Massa dan kaum anarkis: perannya di setiap perjuangan sosial dan revolusi sosial
Sekapur Sirih
Suka tidak suka, memilih atau pun tidak, kita kaum anarkis mewarisi ratusan tahun budaya dan pergerakan anarkis modern. Sebagaimana bisa ditebak di dalam banyak lingkar anarkis, masalah organisasi merupakan pokok diskusi yang sering coba dijauhi, kalau tidak dimusuhi. Namun toh persoalan itu tetap ada, dan bahkan sangat krusial dipecahkan di momen penting dalam perjalanan sebuah revolusi sosial. Ya, sebuah revolusi sosial yang saat ini sering jarang diharapkan, atau malah tidak lagi dipercaya ada. Lagi-lagi, suka tidak suka revolusi sosial memang ada bahkan karena itulah ada istilah demikian.
Perlu diingat dokumen ini berusia 82 tahun, dan dalam perjalanannya telah banyak peristiwa dan pelajaran berharaga yang telah terjadi. Anarkis di Indonesia, bahkan belum banyak mengkaji sejarah dan praktek politik anarkis Spanyol terutama dalam revolusi 1936-37 dan pasca Perang Dunia II, meski sering mengutipnya sebagai sesuatu “keberhasilan”.
Apa pun itu, materi ini layak dibaca dan dikritik, sebagai sebuah hasil pemikiran para anarkis Rusia pasca kekalahan menyedihkan mereka di tanah kelahiran komunisme otoriter-totaliter modern.
Yerry Niko
Edisi Bahasa Indonesia Versi 1.0
Platform Organisasi Komunis Libertarian
Prawacana
Di tahun 1926 sebuah kelompok Anarkis Rusia dalam pengasingan di Perancis, kelompok Dielo Trouda (Workers' Cause), menerbitkan pamplet ini. Ia tidak muncul dari semacam studi akademik namun dari pengalaman langsung revolusi Rusia 1917. Para penggagas Pamplet ini merupakan orang-orang yang mengambil bagian dalam penumbangan kelas penguasa lama, menjadi bagian gerakan swa-kelola pekerja dan petani, telah memiliki andil dalam meluasnya optimisme mengenai sebuah dunia baru sosialis dan merdeka... dan telah melihat pengantiannya secara berdarah dengan Kapitalisme Negara dan Kediktatoran Partai Bolshevik.
Kaum Anarkis Rusia memainkan peranan yang tak dapat diabaikan di dalam revolusi tersebut. Saat itu terdapat sekitar 10,000 kaum anarkis aktif di Rusia, tidak termasuk gerakan di Ukraina dipimpin Nestor Makhno. Ada 4 orang anarkis bertugas sebagai perwira tinggi dalam Komite Militer Revolusioner yang didominasi kaum Bolshevik yang merencanakan pengambilan kekuasaan di bulan Oktober 1917. Yang lebih penting lagi, kaum anarkis terlibat didalam gerakan komite pabrik yang menjamur setelah revolusi Pebruari. Organisasi ini berbasiskan tempat kerja, dipilih oleh rapat massal pekerja dan diberi peranan untuk menjaga jalannya pabrik dan berkoordinasi dengan tempat kerja lainnya di dalam industri-industri yang sama atau sedaerah. Kaum anarkis memiliki pengaruh kuat terutama pada pekerja tambang, pelabuhan, pegawai kantor pos, pekerja pabrik roti, dan memainkan peranan penting didalam Konperensi Komite Pabrik Seluruh Rusia yang bertemu di Petrograd menjelang revolusi. Kepada komite-komite inilah kaum anarkis melihatnya sebagai basis bagi swa-kelola baru yang akan menjadi batu penjuru setelah revolusi.
Meski demikian, semangat revolusioner dan persatuan bulan Oktober 1917 tak bertahan lama. Kaum Bolshevik sangat berhasrat untuk menindas semua kekuatan sayap kiri yang mereka lihat sebagai ganjalan yang menghalangi langkah mereka ke arah kekuasaan “satu partai”. Kaum anarkis dan sejumlah golongan kiri lain percaya bahwa kaum pekerja mampu untuk menjalankan kekuasaan melalui komite-komite dan soviet (suatu dewan yang terdiri dari delegasi yang terpilih). Sebaliknya, kaum Bolsheviks mengemukakan dalil bahwa kaum pekerja belum lagi mampu untuk mengontrol nasibnya dan karenanya kaum Bolsheviks akan mengambil kekuasaan itu sebagai "langkah sementara” selama “masa transisi”. Ketiadaan rasa percaya terhadap kemampuan masyarakat biasa dan pengambilalihan kekuasaan secara otoriter menuntun pada pengkhianatan terhadap kepentingan kelas pekerja dan segala harapan serta impiannya.
Pada bulan April 1918 pusat-pusat anarkis di Moskow diserang, 600 orang anarkis dipenjara dan dan puluhan terbunuh. Alasan yang dikemukakan bahwa kaum anarkis "tak dapat diatur". Apapun itu artinya sesungguhnya karena kaum anarkis menolak patuh terhadap para pemimpin Bolshevik. Alasan sesungguhnya adalah pembentukan Pengawal Hitam yang didirikan kaum anarkis untuk melawan provokasi brutal dan perlakuan kejam Cheka (cikal bakal KGB - penj. sejenis polisi rahasia) yang baru saja didirikan partai Bolshevik.
Kaum anarkis mesti menentukan dimana ia berdiri. Satu bagian bekerjasama dengan Bolshevik, dan kemudian bergabung dengan ke dalam partai, dengan pertimbangan efesiensi dan persatuan melawan kaum reaksioner - bagian yang lain berjuang keras untuk mempertahankan capaian revolusi melawan apa yang mereka lihat dengan tepat sebagai sesuatu yang akan berkembang menjadi sebuah kelas penguasa baru. Gerakan Makhnovis di Ukraina dan pemberontakan Kronstadt merupakan perang penting terakhir. Sejak 1921 revolusi anti-otoritarian telah mati. Kekalahan ini memiliki pengaruh mendalam dan abadi terhadap gerakan pekerja secara internasional.
Adalah harapan pengagas pamplet agar bencana semacam itu tidak terjadi lagi. Sebagai sebuah sumbangan mereka menulis apa yang kemudian dikenal sebagai “Platform”. Ia melihat pada pelajaran dari gerakan anarkis Rusia, kegagalannya membangun kehadiran di dalam gerakan kelas pekerja sehingga cukup besar dan efektif agar mampu melawan balik kecendrungan Bolsheviks dan kelompok politik lainnya yang menggantikan posisi kelas pekerja. Ia menyusun panduan yang masih kasar, yang menyarankan bagaimana kaum anarkis mengorganisir diri, pendeknya bagaimana agar kita dapat lebih efektif.
Ia mengemukakan kebenaran yang sederhana semisal adalah menggelikan berada dalam organisasi yang berisikan kelompok-kelompok yang saling bertolakbelakang dan berlawanan dalam memaknai anarkisme. Ia menunjukkan bahwa kita membutuhkan struktur formal yang disepakati bersama dengan disertai kebijakan tertulis, akan peran masing-masing penugasan, perlunya iuran anggota dan sebagainya; sejenis struktur yang mengijinkan berjalannya organisasi besar yang efektif dan demokratis.
Saat pertamakali dipublikasikan platform diserang oleh pribadi anarkis terkemuka saat itu seperti Errico Malatesta dan Alexander Berkman. Mereka menuduhnya sebagai "langkah ke arah Bolshevisme” dan sebuah upaya “mem-Bolshevik-kan anarkisme". Reaksi ini sangatlah berlebihan namun bisa jadi sebagian merupakan akibat dari proposal pembentukan sebuah Perserikatan Umum kaum Anarkis. Para pengagasnya tidak mengutarakan dengan jelas, soal hubungan seperti apa yang akan ada di antara organisasi ini dengan kelompok anarkis lain di luar dirinya. Ia menutupnya tanpa berkata apa-apa mengenai bahwa mestinya tak ada masalah menyangkut organisasi anarkis yang terpisah yang bekerja sama dalam isu-isu dimana mereka berbagi kesamaan pandangan dan strategi.
Tidak juga, sebagaimana telah dikatakan oleh masing-masing pencelanya dan sejumlah pendukung mereka dikemudian hari, apakah ini suatu program untuk "bergerak menjauh dari anarkisme ke arah libertarian komunisme”. Dua istilah ini sepenuhnya dapat saling menggantikan. Ia ditulis untuk menunjukkan dengan tepat kekeliruan kaum anarkis Rusia di dalam kebingungan teoritis mereka; dan dengan demikian berbicara mengenai ketiadaan koordinasi nasional, disorganisasi dan ketidakpastian sikap politik. Dalam kata lain, tidak efektif. Ia ditulis untuk membuka sebuah perdebatan di dalam gerakan anarkis. Ia menunjukkan, bukan ke arah kompromi dengan politik otoritarian, namun kebutuhan vital untuk menciptakan sebuah organisasi yang akan memadukan aktivitas revolusioner efektif dengan prinsip-prinsip anarkis yang fundamental.
Ia bukanlah sebuah program sempurna saat ini, tidak juga di tahun 1926. Ia memiliki banyak kelemahan. Ia tidak menjelaskan sejumlah ide-idenya dengan cukup mendalam, dapat juga dikatakan tidak mencakup sejumlah isu-isu sama sekali. Perlu diingat itu merupakan pamplet kecil dan bukan eksiklopedi 26 jilid. Para pengagasnya dengan jelas menekankan dalam bagian pengantar bahwa ini bukanlah semacam “kitab suci”. Ini bukanlah program atau analisis yang lengkap, ia merupakan sebuah sumbangan untuk sebuah perdebatan yang diperlukan “sebuah awal yang baik.
Agar seseorang tidak meragukan relevansinya untuk hari ini, mestilah dikatakan bahwa ide dasar "Platform" masih terus tersebar di dalam gerakan anarkis secara internasional. Kaum Anarkis berupaya mengubah dunia menjadi lebih baik, pamplet ini menunjukkan kepada kita arah dari sejumlah alat-alat yang kita butuhkan untuk mengemban tugas itu.
Alan MacSimoin, 1989
Pengantar Sejarah
NESTOR MAKHNO dan PIOTR ARSHINOV bersama pengungsi politik Anarkis Rusia dan Ukraina lain yang tinggal di Paris, meluncurkan terbitan apik dua bulanan bernama Dielo Trouda pada tahun 1925. Terbitan itu merupakan jurnal teori anarkis komunis berkualitas tinggi. Setahun sebelumnya, ketika mereka berdua berada di penjara Butirky, Moskow, mereka telah merencanakan gagasan mengenai jurnal semacam itu. Sekarang ide itu dijalankan. Makhno menulis artikel hampir di setiap edisi majalah yang berjalan selama tiga tahun.
Tahun 1926, IDA METT bergabung dengan kelompok itu (beliau merupakan pengarang peristiwa yang menyingkap Bolshevisme, "The Kronstadt Commune"), yang baru saja melarikan diri dari Rusia. Di tahun yang sama pula, terbitlah "Platform Organisasi".
Publikasi ‘Platform’ menghadapi kegarangan dan kemarahan banyak pihak dalam gerakan internasional kaum anarkis. Yang pertama kali menyerang ide Platform, Voline, seorang anarkis Rusia yang juga tengah berada di Prancis, mendirikan gerakan ‘Synthesis’ bersama Sebastian Faure yang coba untuk membenarkan suatu percampuran yang janggal antara Anarkis-Komunisme, Anarko-Sindikalisme dan anarkisme individualis. Bersama Molly Steimer, Fleshin, dan lainnya, Voline menulis jawaban yang menyatakan “menekankan bahwa anarkisme merupakan sebuah teori kelas, membatasinya kepada satu sudut pandang”.
Tanpa merasa dihalangi, tanggal 5 February 1927, kelompok Dielo Trouda mengeluarkan sebuah undangan bagi sebuah “konperensi internasional”. Sebelum konperensi itu, sebuah pertemuan pendahuluan dilangsungkan tanggal 12 di bulan yang sama.
Hadir dalam pertemuan, selain kelompok Dielo Trouda, delegasi dari Pemuda Anarkis Perancis, Odeon; seorang berkebangsaan Bulgaria, Pavel, dalam kapasitas individu; seorang delegasi kelompok anarkis Polandia, Ranko, and orang Polandia lain dalam kapasitas individu; sejumlah militan Spanyol, diantaranya Orobon Fernandez, Carbo, dan Gibanel; seorang berkebangsaan Italia, Ugo Fedeli; seorang Tionghoa, Chen; dan seorang Perancis, Dauphlin-Meunier; semuanya dalam kapasitas individu. Pertemuan pertama ini diadakan di sebuah ruangan belakang yang sempit sebuah kafe.
Sebuah Komisi Sementara dibentuk, terdiri dari Makhno, Chen dan Ranko. Sebuah surat edaran dikirim ke semua kelompok Anarkis tanggal 22 Februari. Sebuah konperensi Internasional diserukan dan akan mengambil waktu pada 20 April 1927, bertempat di Hay-les-Roses dekat kota Paris, di bioskop Les Roses.
Hadir dalam pertemuan, selain kalangan yang hadir pada pertemuan pertama juga datang seorang delegasi Italia yang mendukung “Platform”, Bifolchi, dan delegasi Italia lain dari majalah “Pensiero e Volonta”, Luigi Fabbri, Camillo Berneri, dan Ugo Fedeli. Perancis memiliki dua delegasi yang satu, Odeon, yang cenderung setuju dengan “Platform” dan yang lainnya hadir bersama Severin Ferandel.
Sebuah proposal diajukan :
-
mengakui perjuangan kelas sebagai segi terpenting dari ide anarkis,
-
mengakui Anarkis-Komunisme sebagai dasar gerakan,
-
mengakui sindikalisme sebagai metode penting perjuangan,
-
mengakui kebutuhan sebuah “Perserikatan Umum kaum Anarkis” berdasar kesatuan taktik dan ideologi serta tanggungjawab kolektif,
-
mengakui kebutuhan sebuah program positif untuk mewujudkan revolusi sosial.
Setelah berdiskusi panjang, terjadi sejumlah perubahan atas proposal yang mula-mula diusulkan. Meski demikian, tak ada sesuatu yang tercapai saat polisi membubarkan pertemuan dan menangkap semua yang hadir. Makhno beresiko dideportasi dan hanya dengan sebuah kampanye dipimpin oleh kaum anarkis perancis hal itu dapat dicegah. Namun proposal untuk membentuk sebuah ‘Federasi Internasional kaum Anarkis Komunis Revolusioner’ telah gagal, dan sejumlah orang yang berpartisipasi dalm pertemuan itu menolak melanjutkanya lebih jauh.
Serangan lain atas 'Platform' yang menyusul datang dari Fabbri, Berneri, sejarawan anarkis Max Nettlau, dan tokoh anarkis terkenal Malatesta. Kelompok Dielo Trouda menjawabnya dalam sebuah tulisan 'A Reply to the Confusionists of Anarchism' dan pernyataan lebih jauh oleh Arshniov tentang 'Platform' tahun 1929. Arshinov sangat kecewa atas reaksi terhadap “Platform” dan kembali ke Rusia-USSR tahun 1933. Ia segera ditangkap, dengan tuduhan “berkeinginan mengembalikan ajaran Anarkisme di Rusia” dan dieksekusi pemerintahan Soviet tahun 1937, selama pengejaran yang dilakukan Stalin.
"Platform" gagal memantapkan diri di tingkat internasional, namun ia berhasil mempengaruhi sejumlah gerakan. Di Perancis, keadaan ini ditandai dengan sejumlah perpecahan dan penggabungan, kaum “Platformists” kadang menguasai organisasi anarkis utama, di lain waktu dipaksa keluar dan mendirikan kelompoknya sendiri. Di Itali para pendukung “Platform” mendirikan sebuah kelompok kecil bernama “Unione Anarco Comunista Italiana” yang tak lama kemudian membubarkan diri. Di Bulgaria, perbicangan mengenai organisasi menjadi awal terbentuknya Anarchist Communist Federation of Bulgaria (F.A.C.B.) diatas “platform konkrit” bagi “sebuah organisasi yang permanen dan terstruktur” yang “dibagun diatas prinsip-prinsip dan taktik komunisme libertarian”. Meski begitu, kaum “Platform” garis keras menolak untuk mengakui organisasi baru ini dalam terbitan minguan mereka, “Prouboujdane”, sebelum merekapun akhirnya bubar tak lama setelah itu.
Sama halnya di Polandia, the Anarchist Federation of Poland (AFP) mengakui penumbangan kapitalisme dan negara melalui perjuangan kelas dan revolusi sosial. Mereka juga percaya pada penciptaan sebuah masyarakat baru yang didasarkan dewan pekerja dan petani dan sebuah organisasi khusus yang didirikan dengan persamaan teori namun menolak “Platform” dengan menyebutnya memiliki kecenderungan otoritarian. Di Spanyol, sebagaimana Juan Gomez Casas dalam karyanya “Anarchist Organisation - The History of the F.A.I” mengatakan “Anarkisme Spanyol sangat peduli dengan bagaimana untuk mempertahankan dan meningkatkan pengaruh yang dimilikinya sejak Internasionale pertama hadir di Spanyol”. Kaum anarkis Spanyol, saat itu tidak terlalu kuatir soal melepaskan diri dari isolasi, dan bertarung dengan Bolsevik. Di Spanyol pengaruh Bolsevik sangat kecil. “Platform" sangat mempengaruhi gerakan di Spanyol. Saat pendirian organisasi anarkis "Federacion Anarquista Iberica” atau F.A.I tahun 1927, "Platform" tidak dapat didiskusikan, walau telah masuk dalam agenda pembahasan, sebab belum diterjemahkan ke dalam bahasa Spanyol. Sebagaimana yang dikatakan oleh J. Manuel Molinas, Sekretaris kelompok Anarkis Berbahasa Spanyol di Perancis – dalam suratnya kepada Casas
“Platform yang diajukan Arshinov dan kaum anarkis Rusia yang lain memiliki sedikit pengaruh atas pergerakan baik didalam dan diluar negeri... “Platform” merupakan upaya pembaharuan, untuk memberi karakter dan kapasitas yang lebih luas bagi gerakan anarkis internasional ditengah bergemuruhnya Revolusi Rusia. Sekarang, setelah pengalaman yang kami lalui sendiri, terlihat jelas bahwa upaya mereka tidak sepenuhnya dihargai.”
Perang Dunia ke dua menghambat pertumbuhan organisasi anarkis, namun kontroversi seputar "Platform" muncul kembali dengan berdirinya Federation Comuniste Libertaire di Perancis, dan Gruppi Anarchici di Azione Proletaria di Italia pada awal 50-an. Kedua organisasi memakai "Platform" sebagai acuannya (terdapat juga sebuah kelompok kecil Federacion Communista Libertaria Spanyol di pengasingan). Hal ini kemudian diikuti diakhir 60-an – 70-an dengan pendirian kelompok-kelompok seperti Organisation of Revolutionary Anarchists di Inggris dan Organisation Revolutionnaire Anarchiste di Perancis.
Platform berlanjut menjadi catatan bersejarah yang sangat bernilai ketika anarkis yang percaya pada perjuangan kelas, berupaya mencari keefektifan yang lebih besar dan jalan keluar dari isolasi, stagnasi dan kebingungan, mencari-cari jawaban dari persoalan yang mereka hadapi.
Nick Heath, 1989 alih bahasa oleh Jeri Niko
(Kelompok "Delo Truda" group) - 1926
(Makhno, Mett, Arshinov, Valevski, Linski)
Catatan Penerjemah
Delapan tahun telah lewat sejak penerbitan draft Organizational Platform of the General Union of Anarchists di halaman tabloid bulanan kaum anarkis Rusia, Delo Truda. Namun, masalah organisasi anarkis tetap seperti buku yang terbuka bahkan hingga hari ini, seperti sebuah pertanyaan yang memicu perdebatan yang garang dengan kegeraman yang menakutkan.
Kenyataannya, hal itu merupakan pertanyaan yang telah lama terpecahkan: baik kita menerima adanya kebutuhan kaum anarkis untuk berkumpul secara bersama di dalam organisasinya sendiri yang spesifik sehingga memunculkan kekuatan dan kebersamaan yang lebih besar untuk menghadapi perjuangan; atau kita menolak ide tersebut, dan cukup gembira tetap menjadi bagian dari sebuah dunia "khaotik" anarkisme yang menolak sebuah kebutuhan tersebut untuk alasan satu dan lain hal, menganggapnya tak berguna atau berbahaya, atau menerimanya, namun memilih persatuan kaum anarkis papan nama semata, dimana anarkisme dengan berbagai warna berkumpul bersama di bawah satu organisasi payung tanpa strategi dan persatuan secara politik yang serius.
The Organizational Platform (dalam dunia berbahasa Inggris dikenal sebagai "Organizational Platform of the Libertarian Communists") merupakan usaha pertama sejak era Bakunin untuk merumuskan sebuah posisi teoritis, praktek, serta tugas kaum anarkis, yang dapat memberi anarkisme persatuan politik dan organisasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pengaruh ide-ide anarkis di dalam masyarakat secara umum dan gerakan pekerja secara khusus, setelah kesalahan besar dari kekalahan anarkisme, (yang saat itu telah menjadi) anarkisme "tradisional" dalam Revolusi Rusia menjadi sangat jelas. Platform bukan hanya menyentuh masalah organisasi. Ia juga mencoba menangkap serangkaian permasalahan; ia dengan terang-terangan mengangkat karakter kelas anarkisme; ia menjelaskan peran kaum anarkis dalam periode pra-revolusi dan revolusiner; ia menetapkan peran gerakan sindikalisme sebagai instrumen perjuangan; ia membeberkan prinsip-prinsip mendasar dari teori anarkis seperti anti-kapitalisme, menolak demokrasi borjuis, Negara dan otoritas, dan hal yang lain.
Untuk berbagai alasan, Organizational Platform, meski belum lengkap dalam menjawab berbagai permasalahan, dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut di beberapa tempat, adalah sebuah dokumen bernilai tinggi, bukan hanya bersejarah namun juga praktis. Ia mewarisi pertimbangan yang serius dari mereka-mereka yang melawan, bagi sebuah dunia yang baru, sebuah kemanusiaan baru.
Naskah terjemah berbahasa Inggris dari Platform sebelumnya mengandung kelemahan karena naskah tersebut tidak diterjemahkan langsung dari bahasa Rusia, tapi dari bahasa Prancis. Maka, dalam rangka memperingati 80 tahun publikasi naskah itu, kami menyiapkan sebuah penerjemahan baru langsung dari bahasa Rusia. Meski demikian, untuk mempersingkat waktu, penerjemahan yang baru ini, kami mendasarkan diri atas naskah-naskah terjemahan yang telah ada. Namun, kami juga membuat perbandingan mendetil dengan naskah asli berbahasa Rusia agar sedekat mungkin sesuai dengan naskah asli. Kami juga meneliti kembali paragraf-paragraf yang asli dan menganti jenis huruf emphatic italics dengan bold type, untuk kejelasan.
Bersamaan dengan penerjemahan Platform ke dalam berbagai bahasa (seperti Belanda, Yunani, dan Spanyol) yang umumnya menggunakan terjemahan berbahasa Inggris yang ada sebelum, dalam kesempatan kami menyarankan bagi para penerjemahnya untuk merevisi karya mereka berlandaskan karya terjemahan baru ini, atau , jika mungkin dari naskah asli berbahasa Rusia, yang juga telah tersedia di arsip website ini.
Akhirnya, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kami kepada Will Firth dan Mikhail Tsovma untuk bantuannya yang tak ternilai (dan juga kesabarannya!) terhadap terjemahan baru ini.
Nestor McNab
Pengelola, Arsip Nestor Makhno
Pengantar
Menjadi sangat penting, meski memiliki karakter positif yang kuat dan tak diragukan dari ide-ide libertarian, dan meski posisi kaum anarkis yang terang-terangan serta integritasnya dalam menghadapi revolusi sosial, dan akhirnya heroisme dan pengorbanan yang tak terkira yang ditanggung kaum anarkis dalam perjuangannya bagi komunisme libertarian, walau demikian gerakan anarkis tetap saja lemah diatas segalanya, dan telah muncul, sangat sering, dalam sejarah perjuangan kelas pekerja sebagai kejadian kecil, hanya sebuah episode, dan bukan sebagai faktor yang penting.
Kontradiksi antara hal positif dan kandungan ide-ide libertarian yang tak terterbantahkan ini, dan keadaan menyedihkan dimana gerakan anarkis tumbuh, memiliki penjelasan dalam bermacam sebab, dari itu semua yang terpenting, ketiadaan prinsip-prinsip dan praktek organisasional dalam gerakan anarkis.
Di hampir semua negeri, gerakan anarkis diwakili oleh sejumlah organisasi lokal yang mengusung teori-teori dan praktek yang bertentangan, tak punya pandangan masa depan, tidak juga sesuatu yang berlanjutan dalam kerja militan, dan biasanya lenyap, tanpa meninggalkan sepotong jejak dibelakang mereka.
Jika disimpulkan, keadaan anarkisme revolusioner hanya dapat digambarkan sebagai “disorganisasi kronis yang menyeluruh”. Seperti penyakit kuning, penyakit disorganisasi memperkenalkan dirinya kedalam organisme gerakan anarkis dan telah menguncangkannya untuk waktu bertahun-tahun.
Meski demikian tak diragukan lagi bahwa keadaan disorganisasi ini diturunkan dari teori yang kurang baik: terutama dari penerjemahan yang keliru atas prinsip-prinsip individualitas dalam anarkisme: teori ini telah sering kali disalahtafsirkan dengan ketiadaan segala tanggungjawab. Kaum yang suka menekankan soal “ke-diri-an”, melulu dengan pandangan terhadap kesenangan pribadi. Terus menerus melekat rapat-rapat pada kondisi kacau gerakan anarkis. Dan dalam pembelaannya berusaha mengacu pada prinsip-prinsip mendasar anarkisme dan teoritisi masa lalu.
Namun prinsip-prinsip mendasar dari teoritisi masa lalu telah menunjukkan hal yang justru sangat berlawanan.
Ketersebaran dan keterpencaran bersifat menghancurkan: sebuah ikatan erat kebersamaan merupakan tanda kehidupan dan perkembangan. Kelemahan perjuangan sosial terjadi di dalam kelas sosial demikian juga dalam persoalan organisasi.
Anarkisme bukanlah sebuah utopia yang indah, tidak juga sebuah ide filosofis yang abstrak, anarkisme merupakan sebuah gerakan sosial dari massa pekerja. Untuk alasan ini ia mesti mengumpulkan kekuatannya dalam sebuah organisasi, yang terus beragitasi, sebagaimana yang dituntut oleh kenyataan dan strategi perjuangan kelas.
"Kami meyakinkan", kata Kropotkin, "bahwa penyusunan sebuah organisasi anarkis di Rusia, jauh daripada merugikan tugas revolusioner bersama, sebaliknya hal itu sangat diperlukan dan hingga tingkatan tertinggi sangat berguna." (Pengantar The Paris Commune oleh Bakunin, edisi 1892.)
Bakunin juga tidak pernah menolak konsep mengenai sebuah organisasi anarkis umum. sebaliknya, cita-citanya menyangkut organisasi, demikian juga aktivitasnya dalam Internasional Working Men Association atau IWMA pertama, memberikan hak kita untuk memandangnya sebagai sebagai seorang partisan yang aktif dari organisasi semacam itu.
Secara umum, praktek masing-masing kaum anarkis militan berupaya melawan segala kegiatan yang memecar dan menginginkan gerakan anarkis yang dipersatukan lewat persamaan cara dan tujuan. Selama revolusi Rusia 1917, kebutuhan akan sebuah organisasi umum demikian terasa dan sangat mendesak. Selama revolusi inilah gerakan libertarian memperlihatkan tingkat keterbagian dan kebingungan yang sangat tinggi. Ketiadaan organisasi umum, menuntun banyak dari kaum anarkis militan masuk ke dalam keanggotaan partai Bolshevik. Ketiadaan ini juga menjadi penyebab banyak dari kaum militan saat itu tetap pasif, sehingga menghambat penggunaan segala kekuatan mereka, yang seringkali cukup besar.
Kita memiliki kebutuhan besar terhadap sebuah organisasi yang, setelah mengumpulkan patisipan mayoritas gerakan anarkis, mengembangkan dalam anarkisme sebuah garis politik umum dan taktis yang akan mengabdi sebagai panduan terhadap seluruh gerakan.
Inilah saatnya bagi kaum anarkis untuk meninggalkan rawa-rawa disorganisasi, untuk mengakhiri keraguan tanpa akhir terhadap hal-hal teoritis dan taktis yang paling penting, dan dengan tegas bergerak ke arah tujuan yang dipahami sepenuhnya, dan mengoperasikan sebuah praktek kolektif terorganisir.
Bagaimanapun juga, tidaklah cukup, untuk membangun kebutuhan vital bagi suatu organisasi: adalah juga penting untuk membangun metode, atas penciptaannya. Kami menolak sebagai sesuatu yang tidak pada tempatnya secara teoritis dan praktek, ide menciptakan sebuah organisasi sesuai resep dari kaum “sintesis”, yang dapat dikatakan akan menyatukan ulang semua perwakilan dari berbagai kecenderungan anarkisme. Organisasi semacam itu, setelah memasukkan elemen teoritis dan praktek yang berbagai macam, hanya akan menjadi forum mekanis dari individu-individu yang memiliki konsepsi berbeda atas segala permasalahan gerakan anarkis, sebuah forum yang tidak dapat ditolak bakal rontok saat berhadapan dengan realitas.
Metode anarko-sindikalis tidaklah menjawab masalah kebutuhan organisasi anarkis, karena ia tidak memberi prioritas terhadap masalah ini, karena melulu memfokuskan dirinya pada merebut dan memperoleh kekuatan di kalangan proletariat industri.
Bagaimanapun juga, capaian besar tidak dapat raih dalam arena ini, bahkan untuk memperoleh tempat berpijak, kecuali terdapat sebuah organisasi anarkis umum. Satu-satunya metode yang mengarah pada pemecahan masalah organisasi umum adalah, dalam pandangan kami, dengan mengumpulkan kaum militan anarkis yang aktif untuk mendasarkan diri pada posisi yang tepat: secara teoritis, taktis dan organisasional, yaitu, kurang lebih sebuah dasar yang kuat akan kesamaan program.
Pendalaman akan suatu program merupakan satu dari tugas penting yang dipikul kaum anarkis lewat perjuangan sosial di waktu-waktu belakangan ini. Pada tugas inilah kelompok anarkis Rusia di pengasingan mendedikasikan bagian yang penting dari upayanya.
Platform Organisasi yang diterbitkan di bawah ini merupakan garis besar, sebuah kerangka akan suatu program semacam itu. Ia berfungsi sebagai langkah awal untuk mengumpulkan kekuatan libertarian kedalam, kolektif revolusioner yang aktif yang mampu berjuang: Perserikatan Umum kaum Anarkis.
Kami tak ragu bahwa terdapat jurang perbedaan didalam platform yang kami sajikan. Terdapat jurang perbedaan, sebagaimana juga segala langkah nyata penting yang baru. Mungkin saja terdapat posisi tertentu yang telah keliru, atau hal lain yang dirasakan telah diperlakukan secara memadai, atau hal yang lain masih terlalu detil dan berulang-ulang. Semua itu mungkin, namun bukan yang paling penting. Apa yang terpenting adalah meletakkan pondasi dari sebuah organisasi umum, dan tujuan akhir inilah yang akan diperoleh, hingga tingkat tertentu, dengan menyajikan platform.
Tergantung pada seluruh kolektif, Perserikatan Umum kaum Anarkis, memperluasnya, yang kemudian hari memperdalamnya, membuatnya menjadi sebuah platform yang menentukan bagi keseluruh gerakan anarkis. Ditingkatan lain kami juga memiliki keragu-raguan. Kami dapat meramalkan bahwa sejumlah perwakilan anarkis individualis dan khaotik akan menyerang kami, dengan berbusa mulut, dan menuduh kami merusak prinsip-prinsip anarkis. Walaupun begitu, kami tahu bahwa elemen individualis dan khaotik memahami betul makna pengabaian, kesembronoan dan peniadaan segala tanggungjawab “prinsip-prinsip anarkis”, yang telah mengakibatkan perpecahan yang hampir tak dapat disembuhkan dalam gerakan kita, dan melawan hal itu semualah kami berjuang dengan seluruh tenaga dan semangat. Itulah mengapa kami dengan tenang dapat membiarkan serangan dari golongan ini.
Kami landaskan harapan kami pada kaum militan yang lain: kepada mereka yang masih tetap percaya penuh terhadap anarkisme, mereka yang telah mengalami dan merasakan tragedi dari gerakan anarkis, dan telah bersusah payah menemukan sebuah penyelesaian bagi masalah ini.
Lebih jauh, kami menaruh harapan besar pada kaum muda anarkis yang dalam nafas Revolusi Rusia dan ditempatkan sejak awal ditengah-tengah permasalahan konstruktif, akan tentunya menginginkan perwujudan prinsip-prinsip positif dan organisasional dalam anarkisme.
Kami mengundang seluruh organisasi anarkis Rusia yang tersebar dari berbagai negara di dunia dan juga kaum militan yang terisolasi, untuk bersatu diatas dasar sebuah platform organisasional bersama. Biarlah platform ini mengabdi sebagai tulang punggung revolusioner, titik berkumpulnya seluruh kaum militan gerakan Anarkis Rusia! Biarlah ia membentuk dasar bagi Perserikatan Besar kaum Anarkis!
Jayalah gerakan anarkis terorganisir!
Jayalah Perserikatan Umum Anarkis!
Jayalah Revolusi Sosial pekerja se-dunia!
Kelompok Anarkis Rusia di Luar Negeri,
Petr Arshinov, Sekretaris Kelompok
20 Juni 1926
Bagian Umum
I. Perjuangan Kelas, Peran dan Maknanya
"kemanusiaan tidaklah tunggal
kemanusiaan berkelas-kelas
antara Budak dan Majikan"
Sebagaimana masyarakat di masa sebelumnya, masyarakat kapitalis borjuis jaman kita saat ini tidak berada di bawah satu kemanusiaan "tunggal". Masyarakat terbagi ke dalam dua kelompok yang berbeda, dibedakan secara sosial karena kedudukan dan fungsi mereka, proletariat (dalam makna paling luas) dan kaum borjuis.
Kaum proletariat yang berjumlah besar, telah selama beberapa abad, menjalankan beban kerja fisik, kerja-kerja berat yang hasilnya tidak dirasakan oleh mereka, namun oleh kelas istimewa lain yang menguasai kepemilikan, kekuasaan, dan produk-produk kebudayaan (ilmu pengetahuan, pendidikan, seni): kaum borjuis. Perbudakan sosial dan eksploitasi massa pekerja membentuk pondasi berdirinya masyarakat modern. Tanpa hal itu masyarakat ini tidak mungkin ada.
Kondisi ini memunculkan perjuangan kelas selama berabad-abad. Kadang kala mengambil bentuk terbuka, dengan sifat yang keras, kadang bentuk yang samar dan lamban, meski selalu saja secara mendasar mengarah ke perubahan suatu masyarakat yang memuaskan kebutuhan, keperluan, dan konsep keadilan kaum pekerja.
Dalam ranah sosial, segala sejarah manusia mewakili perjuangan tak terputus yang dijalankan kelas pekerja untuk mengejar hak-hak, kemerdekaan, dan kondisi hidup yang lebih baik. Dalam seluruh sejarah masyarakat manusia, perjuangan kelas ini telah menjadi faktor utama yang menentukan bentuk dan struktur masyarakat.
Penguasa sosial dan politik dari setiap negara di atas segalanya merupakan produk perjuangan kelas. Struktur mendasar setiap masyarakat memperlihatkan kepada kita tahapan perjuangan kelas yang muncul. Perubahan sehalus apa pun di dalam arus perjuangan kelas, dan kekuatan relatif dari kelas-kelas yang berlawanan (antagonistik) dengan segera menghasilkan perubahan di dalam susunan dan struktur masyarakat kelas. Secara umum, inilah makna universal dari perjuangan kelas dalam kehidupan masyarakat kelas.
II. Perlunya sebuah revolusi sosial yang keras
Prinsip perbudakan dan eksploitasi massa melalui paksaan merupakan dasar masyarakat modern. Di segenap wilayah kemasyarakatan - ekonomi, politik, relasi sosial - bersandar pada kekerasan kelas, yang dijalankan atas bantuan organ-organ negara, polisi, tentara, aparat pengadilan. Semua di dalam masyakat kita saat ini, dari setiap pabrik hingga keseluruhan sistem politik kenegaraan, tak lain merupakan benteng kapital, dari sana para buruh selama dipantau, dan dimana pasukan khusus selalu waspada untuk menindas segala gerakan kaum pekerja yang berpotensi mengancam pondasi masyarakat saat ini atau menganggu ketenangan masyarakat borjuis.
Di saat yang bersamaan, struktur masyarakat saat ini secara otomatis mempertahankan ketidakpedulian dan kemadekan mental kaum pekerja; mereka dengan keras mencegah usaha pendidikan dan pencerahan sehingga tetap lebih mudah dikontrol.
Kemajuan dalam masyarakat saat ini: perkembangan teknologi dari kapital dan penyempurnaan sistem politik - memperkuat keperkasaan kelas penguasa dan mempersulit perjuangan melawan mereka, sehingga menghambat datangnya hari penting saat kaum pekerja meraih kemerdekaannya. Analisa terhadap masyarakat saat ini memperlihatkan bahwa tidak ada cara lain untuk dapat mengubah masyakat kapitalis menjadi sebuah masyarakat buruh merdeka kecuali dengan jalan revolusi sosial yang keras.
III. Anarkisme dan Anarkis Komunisme
Perjuangan kelas yang lahir dalam kekerasan yang tercipta dari keinginan berabad kelas pekerja bagi kemerdekaannya, menumbuhkan ide anarkisme di kalangan massa tertindas - ide yang menegasi seluruh sistem sosial yang berdasarkan kelas dan negara, dan menggantikannya dengan masyarakat pekerja merdeka tanpa negara yang dikelola secara swadaya.
Jadi anarkisme berkembang, bukan dari refleksi abstrak sejumlah ilmuwan atau filsuf, namun dari perjuangan langsung kaum pekerja melawan kapital, dari kebutuhan dan keperluan kaum pekerja, dari psikologi mereka, keinginan akan kebebasan dan kesetaraan, aspirasi yang menjadi hidup dalam periode paling heroik dalam kehidupan dan perjuangan massa kelas pekerja.
Pemikir anarkis terkemuka - Bakunin, Kropotkin, dan yang lain - tidak menciptakan gagasan anarkisme, tetapi, hanya menemukannya di tengah-tengah massa, sekedar membantu mengembangkan dan menyebarkannya melalu pemikiran mereka yang kuat dan pengetahuan.
Anarkisme bukan hasil ciptaan pribadi, tidak juga buah dari eksperimen individu.
Demikian juga, anarkisme bukanlah produk dari hasrat umum kemanusiaan. Tidak ada sebuah kemanusiaan yang "tunggal". Setiap usaha untuk menempelkan anarkisme dengan karakter kemanusiaan yang umum akan menjadi kebohongan historis dan sosial yang akan menuntun terelakkan menjadi pembenaran akan status quo dan eksploitasi baru . Tiap upaya membuat anarkisme menjadi sebuah lambang seluruh kemanusiaan, sebagaimana pendiriannya saat ini, atau mencantumkannya pada karakter kemanusiaan secara umum, akan menjadi sebuah kebohongan sejarah dan sosial yang tak terhindarkan akan menghasilkan pembenaran akan tatanan saat ini dan eksoitasi baru.
Anarkisme merupakan kemanusiaan secara umum hanya dalam makna bahwa ide-ide kelas pekerja cenderung untuk memperbaiki kehidupan semua manusia, dan bahwa nasib kemanusiaan hari ini atau esok tidak dapat dipisahkan nasib pekerja budak. Jika massa kelas pekerja menang segala kemanusiaan akan dilahirkan kembali. Jika gagal, maka kekerasan, eksploitasi, perbudakan, dan penindasan akan terus bertahta sebagaimana sebelumnya di dunia.
Kelahiran, berkembangnya, dan terwujudnya ide-ide kaum anarkis berakar di dalam kehidupan dan perjuangan massa pekerja dan ikatan yang tak tercerai beraikan dari nasib yang kemudian.
Anarkisme ingin mengubah masyarakat borjuis kapitalis saat ini menjadi masyarakat yang menjamin kaum pekerja memperoleh hasil pekerjaannya, kebebasan, kemerdekaan, dan ksetaraan sosial dan politik. Masyarakat seperti ini adalah masyarakat anarkis komunis, yang di dalamnya akan ditemui ekspresi penuh bukan hanya solidaritas sosial, namun juga kemerdekaan individu, dan kedua hal iniakan berkembang bersama, di dalam kesempurnaan yang harmonis.
Anarkis komunis percaya bahwa satu-satunya pencipta dari seluruh aset sosial yakni kerja - fisik maupun intelektual - dan, sebagai akibatnya, hanya kaum yang berhak untuk mengelola kehidupan sosial dan ekonomi. Itulah mengapa Anarkis Komunis hal ini ia tidak mempertahankan ataupun membiarkan, baik mempertahankan ataupun membiarkan dalam cara tertentu kehadiran kelas non-pekerja.
Jika kelas-kelas ini berhasil bertahan dan hidup berdampingan dengan Anarkis Komunis, yang belakangan tidak memiliki tanggung jawab terhadap mereka. Hanya ketika kaum pekerja memutuskankan untuk menjadi produktif dan berkeinginan hidup di dalam sistem sosial Anarkis Komunisme di bawah kondisi sebagaimana yang lainnya, yang merupakan anggota masyarakat merdeka, yang menikmati hak-hak dan tangungjawab yang sama sebagaimana anggota produktif lainnya.
Komunisme libertarian ingin mengakhiri segala eksploitasi dan kekerasan baik terhadap individu atau massa pekerja. Untuk mencapai cita-cita ini, dia akan menciptakan basis ekonomi dan sosial yang akan menyatukan kehidupan sosial dan ekonomi negeri ke dalam kesatuan yang harmonis dan menjamin setiap individu memiliki tempat yang sama di antara yang lain dan memperbolehkan setiap dan kesejahteraan maksimum bagi setiapnya. Dasarnya adalah kepemilikan umum dalam bentuk meng-masyarakat-kan segala alat dan instrumen produksi (industri, transportasi, tanah, bahan baku, dsb.) dan membentuk lembaga ekonomi nasional yang sesuai dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan swakelola kelas pekerja.
Dalam parameter masyarakat pekerja yang swakelola ini, Anarkis-Komunis meletakkan prinsip kesetaraan nilai dan kesetaraan hak setiap individu (bukan individualitas yang "abstrak", atau "individualitas mistik", atau konsep ”individualitas sebagai sebuah ide semata").
Dari prinsip-prinsip kesetaraan nilai dan kesetaraan hak setiap individu, dan juga fakta bahwa nilai kerja yang diberikan setiap manusia individu tidak dapat diukur atau pun ditetapkan, sehingga prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan hukum Anarkis Komunis sebagai berikut: "Dari setiap orang menurut kemampuan, untuk setiap orang sesuai kebutuhan".
IV. Penolakan terhadap Demokrasi
Demokrasi merupakan sakah satu bentuk dari masyarakat kapitalis borjuasi.
Dasar dari demokrasi adalah pemerliharaan dua kelas masyarakat saat ini yang antagonistik - kapital dan kerja - dan kolaborasi antar keduanya atas dasar kepemilikan pribadi kapitalis. Parlemen dan pemerintahan perwakilan nasional merupakan ekspresi dari kolaborasi itu.
Secara formal, demokrasi menyatakan menghargai kebebasan berbicara, pers, berkumpul, dan kesetaraan semua orang di hadapan hukum.
Dalam kenyataannya, segala kebebasan ini bersifat relatif: mereka hanya ditoleransi sepanjang tidak berlawanan dengan kepentingan kelas penguasa, yakni kaum borjuasi. Demokrasi mengukuhkan secara erat-erat prinsip kepemilikan pribadi kapitalis. Dengan berbuat demikian, dia mengamankan hak kaum borjuis untuk menguasai seluruh ekonomi negeri, demikian juga media, lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan, seni, yang dalam prakteknya membuat kaum borjuis menjadi tuan atas seluruh negeri. Karena menikmati hak monopoli dalam kehidupan ekonomi, kaum dengan leluasa menciptakan otoritas yang penuh dan tanpa batas dalam kehidupan politik. Sesungguhnya, parlemen dan pemerintahan yang berkuasa, dalam demokrasi, hanya organ pelaksana kaum borjuis. Sebagai akibatnya, demokrasi semata-mata salah satu dari beragam kediktatoran kaum borjuis, kebebasan politik dan jaminan demokrasi semu merupakan asap kabut yang didesain untuk menutupi indentitas yang sebenarnya.
V. Penolakan terhadap negara dan otoritas
Ideologi borjuis mendefinisikan Negara sebagai organ pengatur relasi sosial-politik, sipil, dan sosial manusia di dalam masyarakat saat ini, melindungi hukum dan tatanan di dalama masyarakat ini. Anarkis bersepakat dengan definisi tersebut namun menambahkan bahwa hukum dan tatanan dimana masyarakat ini menegakkan diri menyembunyikan perbudakan atas mayoritas terbesar rakyat oleh sekelompok minoritas tak penting, dan bahwa Negara modern ini berfungsi untuk mempertahankan perbudakan ini.
Negara adalah kekerasan teroganisir kaum borjuis melawan kaumpekerja dan sistem organ pelaksana.
Kalangan sosialis kiri dan khususnya kaum Bolsheviks juga memandang kekuasaan borjuis dan Negara borjuis sebagai semata-mata alat kapital. Namun mereka percaya bahwa, di tangan partai-partai sosialis, kekuasaan Negara dapat menjadi senjata yang ampuh dalam perjuangan emansipasi kelas proletariat. Karena itu mereka memilih kekuasaan kaum sosialis dan negara proletarian. Sebagian dari mereka (kaum Sosial Demokrat) berupaya mencapai kedudukan jabatan kekuasaan lewat cara damai, lewat cara-cara parlemen. Sementara yang lain (kaum Komunis, kaum Sosial Revolusioner Kiri), mencoba merebut kekuasaan lewat cara-cara revolusioner.
Anarkisme menganggap kedua posisi ini secara mendasar keliru dan berposisi berhadapan dengan emansipasi kaum pekerja.
Kekuasaan Negara selalu bergandengan tangan dengan eksploitasi dan perbudakan massa. Ia lahir dari eksploitasi tersebut, atau diciptakan untuk hal itu. Kekuasaan Negara tanpa kekerasan dan eksploitasi kehilangan seluruh alasan keberadaannya.
Negara dan otoritas merampas inisiatif massa dan membunuh semangat akan aktifitas independen, memelihara mereka di dalam mentalitas ketertundukan budak, selalu berharap dan percaya pada penguasa dan kaum majikan. Maka itu, emansipasi kaum pekerja hanya mungkin melalui proses perjuangan revolusioner yang langsung oleh massa pekerja dan organisasi kelas mereka melawan sistem kapitalis.
Perebutan kekuasaan oleh partai-opartai sosial-demokrat lewat metode-metode parlemen dalam kerangka kerja sistem yang saat ini tidak akan memajukan emansipasi kaum buruh setapak pun karena alasan sederhana, bahwa kekuasaan yang sesungguhnya dan otoritas yang nyata, tetap ada di tangan kaum borjuis, yang memiliki kontrol penuh atas politik dan ekonomi seluruh negeri. Dalam hal ini, peran otoritas Sosialis terbatas pada perubahan, untuk memperbaiki sistem borjuis yang sama (lihat contoh MacDonald, partai-partai Sosial-Demokrat Jerman, Swedia, dan Belgia yang memperoleh kekuasaan negara di bawah sistem kapitalis).
Baik perebutan kekuasaan negara lewat revolusi sosial dan organisasi yang menamakan dirinya Negara proletar dapat tidak dapat mendorong ke arah emansipasi buruh yang sejati. Negara yang tadinya dimaksudkan untuk tujuan membela tujuan revolusi, tak terelakkan mengakumulasikan kebutuhannya sendiri dan menjadi tujuan itu sendiri, memperluas hak istimewa kasta sosial dimana dia bergantung, dan dengan paksaan menundukkan massa bagi kebutuhannya dan untuk kasta-kasta istimewa, yang dengan itu memulihkan basis otoritas kapitalis dan Negara kapitalis: perbudakan dan ekspolitasi massa lewat kekerasan lewat kekesan (sebagai contoh ”Negara pekerja dan petani” yang dibangun Bolsheviks).
VI. Massa dan kaum anarkis: perannya di setiap perjuangan sosial dan revolusi sosial
Kekuatan utama dalam revolusi sosial adalah kelas pekerja di perkotaan, buruh-tani, dan sebagian kaum intelektual.
NB: Sementara, sebagaimana proletariat kota dan desa, kelas tertindas dan tereksploitasi, intelektual yang ada lebih terpisah-pisah ketimbang kaum pekerja dan buruh-tani, akibat keistimewaan ekonomi yang dihadiahkan kaum borjuis kepada sebagian dari golongan mereka. Itulah alasan, di permulaan revolusi sosial hanya strata paling rendah intelekual yang mengambil peran aktif dalam revolusi.
Peran massa di dalam revolusi sosial dan pembangunan sosialisme dengan mudah dapat dibedakan dari apa yang perkirakan partai-partai pro-Negara untuk kaum pekerja. Sementara, bolshevisme dan alirannya serupa mengambil garis bahwa massa pekerja hanya punya instink revolusioner yang destruktif, dan tak memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas kreatif dan kontruktif - alasan utama mengapa aktivitas tersebut mesti diserahkan ke tangan orang-orang yang duduk di pemerintahan dan Komite Sentral Partai – kaum anarkis berpendapat sebaliknya bahwa massa pekerja membawa bersama mereka potensi kreatif yang besar dan konstruktif, dan mereka gigih menyingkirkan segala rintangan untuk mencegah perwujudannnya.
Kenyataannya, kaum anarkis memandang negara sebagai halangan utama, karena dia mereampas segala hak massa dan mencabut mereka dari segala fungsi kehidupan sosial dan ekonomi. Negara harus lenyap, tetapi bukan di suatu hari baik di masyarakat masa depan nanti. Ia mesti dihancurkan kaum pekerja di hari pertama kemenangan dan tidak boleh pugar lagi dengan dikembalikan dengan menyamar menjadi bentuk apapun. Di tempatnya, sebuah sistem swakelola mandiri organisasi pekerja dari produsen dan konsomen, disatukan berbasis secara federatif. Sistem ini akan mengusur baik organisasi kekuasaan Negara dan kediktatoran dari suatu partai dari jenis apapun.
Revolusi Rusia pada 1917 memberi contoh pendekatan ini terhadap proses emansipasi sosial melalui penciptaan soviet petani dan buruh dan komite-komite tempat kerja. Kesalahan yang menyedihkan adalah tidak segera menghapuskan organisasi kekuasaan Negara pada tahapan awal revolusi - at first otoritas pemerintahan sementara, kemudian kaum Bolsheviks. Yang terakhir ini, mengeksploitasi kepercayaan kaum buruh dan petani, mereorganisir kembali Negara borjuis sesuai dengan keadaan saat itu dan kemudian, dengan bantuan Negara, membunuh kegiatan kreatif massa revolusioner dengan menghambat perkembangan sistem soviet merdeka dan komite tingkatan tempat kerja yang mewakili sebuah langkah awal ke arah pembangunan sebuah masyarakat tanpa negara.
Aktivitas kaum Anarkis terbagi ke dalam dua tahap: periode pra-revolusi dan periode revolusi. Di tiap perkara, anarkis hanya dapat menjalankan peran mereka sebagai kekuatan terorganisir jika mereka memiliki pemahaman yang jelas mengenai tujuan perjuangan dan metode yang akan menuntun pada hasil yang mereka inginkan.
Dalam periode pra-revolusi, tugas dasar Perserikatan Umum Anarkis adalah menyiapkan kaum buruh dan buruh tani bagi revolusi sosial. Dengan menolak demokrasi formal (borjuis) dan otoritas Negara dan dengan emansipasi penuh kaum buruh, anarkisme menempatkan di paling utama prinsip-prinsip perjuangan kelas, membangkitkan dan memelihara kesadaran kelas revolusioner dan merawat kesadaran kelas revolusioner dan keteguhan kelas revolusioner di antara massa.
Edukasi anarkis terhadap massa mesti dijalankan dengan semangat keteguhan kelas, anti-demokratisme, dan anti-Negara dan dalam semangat Anarkis Komunis. Namun, edukasi sendiri tidaklah cukup. Semacam organisasi massa anarkis juga dibutuhkan. Jika hal ini ingin dicapai, kita mesti beroperasi lewat dua jalur: di satu pihak, lewat pemilihan dan pengelompokkan kekuatan kaum buruh dan buruh tani revolusioner di atas basis teori anarkis (organisasi yang terang-terangan anarkis) dan di sisi lain, di tingkatan pengelompokkan kaum buruh dan buruh tani revolusioner di atas basis produksi dan konsumsi (organisasi produksi pekerja dan buruh tani, koperasi buruh dan buruh tani merdeka, etc.).
Kelas buruh dan buruh tani, yang diorganisir atas basis produksi dan konsumsi dan diilhami ideologi anarkisme revolusioner, yang paling pertama di antara hal yang penting dalam revolusi sosial, dan semakin sering kesadaran anarkis dan organisasi anarkis diperkenalkan di antara mereka saat ini, semakin mereka akan mendemonstrasikan tujuan anarkis, kejernihan dan kreatifitas anarkis di waktu-waktu revolusi.
Sejauh menyangkut kelas pekerja Rusia, setelah delapan tahun kediktatoran kaum Bolshevik, yang merintangi keinginan massa akan aktivitas yang independen, dan secara mencolok mempertontonkan sifat seseungguhnya dari semua otoritas, tampak jelas bahwa kelas tersebut menyimpan di dalam dirinya potensi besar untuk pembentukan sebuah gerakan massa anarkis dan anarko-sindikalis. Kaum anarkis militan terorganisir mesti segera dan dengan segala sumber daya yang dimilikinya untuk mengubah keinginan dan potensi tersebut, jika tidak ingin membiarkan semua itu akhirnya merosot menjadi Meshevisme.
Karena itu, kaum Anarkis tanpa menunggu, mendedikasikan segala upaya mereka untuk mengorgansir buruh tani miskin, yang tertindas penguasa, namun tetap mencari emansipasi, dan menyimpan potensi revolusioner.
Peran kaum anarkis di dalam periode revolusioner tidak bisa hanya dibatasi semata menyampaikan slogan dan ide anarkis.
Kehidupan bisa dilihat sebagai sebuah arena yang bukan hanya untuk mengkotbahkan ide ini atau itu, namun juga dan berbarengan sebagai sebuah arena perjuangan, dimana kekuatan yang bercita-cita baik mempengaruhi masyarakat bermanuver untuk memperoleh benteng ideologi. Lebih dari sekedar salah satu dari pandangan dunia, anarkisme mesti menjadi ide utama dalam revolusi sosial, karena dengan ide-ide anarkis revolusi sosial akan mencapai emansipasi kaum buruh sepenuhnya.
Posisi memimpin dari ide-ide anarkis di dalam revolusi mengadung arti bahwa, pada saat yang sama, kaum anarkis dan teori anarkis memainkan peranan penting di dalam berbagai peristiwa. Bagaimanapun, pengaruh ini tidak bisa salahartikan sebagai kepemimpinan politik sebagaimana dalam partai-partai pro-Negara, yang hanya berujung pada kekuasaan negara semata.
Anarkisme tidak bertujuan untuk merebut kekuasaan politik, untuk menciptakan kediktatoran. Hasrat utamanya adalah membantu massa memilih jalan revolusi sosial yang sejati dan membangun sosialisme. Namun tidaklah cukup hanya mendorong massa ke arah jalur revolusi sosial. Ia mesti memastikan bahwa revolusi berada di jalur dan tujuan -penghancuran masyarakat kapitalis atas nama masyrakat pekerja merdeka. Sebagaimana pengalaman revolusi Rusia 1917 telah memperlihatkan pada kita, ini bukanlah tugas yang mudah, terutama karena banyaknya golongan yang berusaha untuk mengarahkan gerakan ke arah yang berlawanan dari revolusi sosial.
Selama revolusi, kolektif tersebut, yakni Perserikatan Umum Anarkis, akan mengemban tanggung jawab teoritis dan praktis.
Meski massa di dalam suatu pergolakan sosial merasa tertarik lewat berbagai kecenderungan dan slogan anarkis, jika ini tidak dikoordinasi lewat suatu cara, akibatnya mereka tidak akan memiliki koherensi dan kemampuan untuk menjadi ide-ide terkemuka yang sangat penting jika revolusi sosial akan mempertahankan orientasi dan tujuan anarkis. Ide-ide pendorong gerak ini hanya akan menemukan ekspresi di dalam kolektif spesifik yang dibangun oleh massa untuk tujuan nyata tersebut. Elemen anarkis terorganisir dan gerakan anarkis terorganisir akan merangkai diri di dalam kolektif tersebut.
Kolektif mesti menunjukkan inisiatif dan mendemontrasikan komitmen yang utuh di setiap aspek revolusi sosial, menitikberatkan orientasi dan karakter revolusi, perang sipil dan mempertahankan tugas positif revolusi, sistem produksi baru, konsumsi, masalah agraris, dan sebagainya.
Pada masalah ini dan banyak isu lain, massa akan menuntut jawaban yang jernih dan tepat dari kaum anarkis. Dan sekali kaum anarkis membawa konsep revolusi anarkis dan sebuah gambaran struktur masyarakat anarkis ke dalam perhatian publik, mereka mesti menyajikan sebuah jawaban yang tepat terhadap segala permasalahan tersebut, mengkaitkan resolusi tersebut dari masalah-masalah dan dengan keseluruhan konsep anarkisme dan mengerahkan segala sumber daya ke arah perwujudannya.
Hanya dengan seperti itu Perserikatan Umum Anarkis dan gerakan anarkis mampu secara sukses menjalankan peranan mereka sebagai kekuatan kepemimpinan ide dalam revolusi sosial.
VII. Periode Transisi
Partai-partai politik golongan Sosialis menggunakan istilah "periode transisi” ketika mengacu pada fase spesifik di dalam kehidupan rakyat, bentuk esensial yang berbeda dari tatanan lama dan pengenalan sebuah sistem ekonomi dan sosial baru, yang sekalipun demikian tidak serta-merta, meski demikian, dengan emansipasi penuh seluruh kaum pekerja.
Dalam hal ini, seluruh program minimum partai-partai politik sosialis, sebagai contoh program demokratik partai-partai sosialis oportunis, atau program “kediktatoran proletariat” kaum komunis, merupakan program-program bagi periode transisi.
Bentuk esensial dari program-program minimum ini adalah mereka beranggapan perwujudan penuh atas tujuan-tujuan kaum pekerja “kemederkaan, kebebasan dan kesetaraan” sebagai yang tidak mungkin terwujud dalam jangka pendek, dan sebagai akibatnya mereka masih memegang erat seluruh bagian lembaga sistem kapitalis: prinsip koersi (pemaksaan) Negara, kepemilikan pribadi atas instrumen produksi, perbudakan upah, dan banyak yang lain, menurut titik pencapaian program tiap partai politik.
Kaum anarkis telah selalu menjadi musuh utama dari program-program semacam ini, dengan berpandangan bahwa konstruksi sistem transisional dengan memelihara prinsip-prinsip eksploitasi dan koersi atas massa tak terhindarkan akan menghantar pada praktek perbudakan kembali.
Ketimbang program-program politik minimum, kaum anarkis hanya akan pernah memenangkan revolusi sosial sepenuhnya dengan memblejeti hak-hak politik ekonomi istimewa kelas kapitalis dan menempatkan peralatan dan instrumen produksi, dan segala fungsi kehidupan ekonomi dan sosial lain, di tangan kaum pekerja.
Dan itulah pandangan kaum anarkis yang tetap dipegang kuat hingga hari ini.
Ide periode transisi, yang jika mengikuti cara berpikirnya revolusi sosial tidak akan berujung pada masyarakat anarkis, tetapi dalam semacam bentuk sistem yang mempertahankan elemen dan pusaka sistem tua kapitalis adalah anti-anarkis secara esensi. Di dalamnya mengandung ancaman mendukung dan mengembangkan elemen-elemen ke bentuk lama, maka itu membalikkan semua peristiwa ke bentuk sebelumnya.
Satu contoh yang jelas akan hal ini adalah rejim ”diktator proletariat” yang dibangun kaum Bolsheviks di Rusia, yang menurut mereka hanyalah sekedar bentuk peralihan ke arah komunisme sepenuhnya. Namun, faktanya berakibat sebuah penyusunan ulang masyarakat kelas, yang dalam susunan terbawah, sama seperti sebelumnya, kita akan menemukan kaum pekerja industrial dan buruh tani miskin.
Fokus utama dalam pembangunan masyarakat anarkis tidak berisikan jaminan setiap individu, serentak sejak hari pertama revolusi, kebebasan tanpa batas mencari pemuaasan kebutuhan mereka. Namun, dalam perebutan basis sosial untuk masyarakat tersebut dan dalam pembangunan prinsip cara berhubungan di antara manusia. Masalah sedikit atau banyak keberlimpahan sumber daya bukanlah masalah prinsip namun sebuah isu teknis.
Prinsip mendasar dari masyarakat baru akan dibangun, ajaran dimana ia berdiam, bisa dikatakan demikian, dan yang tidak boleh dibatasi sekalipun setitik pun adalah kesetaraan relasi, kemerdekaan dan non-ketergantungan kaum pekerja. Prinsip ini meringkas tuntutan massa utama yang terpenting, dengan prinsip-prinsip itulah mereka akan bangkit dalam revolusi sosial.
Baik revolusi sosial akan berakhir dalam kekalahan kaum pekerja, dalam kasus seperti ini kita semua mesti kembali untuk perjuangan berikutnya, memulai serangan ofensif baru melawan sistem kapitalis; atau jika membawa kemenangan bagi kaum pekerja, di kedua kasus tersbeut, setelah menguasai perlengkapan yang diperlukan untuk menjaga dirinya - tanah, fungsi produksi dan sosial – mereka akan bergerak lebih jauh untuk membangun sebuah masyarakat merdeka.
Momen ini akan menjadi awal penataan sebuah masyarakat anarkis yang sekali dimulai akan berkembang tanpa henti, mengumpulkan kekuatan dan secara konstan memperbaiki diri.
Karena itu, pengambilalihan fungsi produksi dan sosial akan menjadi titik peralihan antara era negara dan non-negara.
Agar dapat menjadi titik kumpul bagi perjuangan massa dan zaman sosial revolusioner, anarkisme mestinya tidak menyembunyikan prinsip-prinsip mendasar. Juga tidak menyesuaikan program-programnya agar berasimilasi dengan tatanan tua tak berguna, tendensi oportunistik dari sistem dan periode transisional; sebaliknya, ia mesti mengembangkan prinsip-prinsipnya dan menyempurnakan diri sejauh mungkin.
VIII. Anarkisme dan sindikalisme
Tendensi untuk mempertentangkan anarkis komunisme dengan sindikalisme, dan vice versa, adalah satu hal yang kami anggap sepenuhnya artificial dan merampas segala basis dan makna.
Ide-ide komunisme dan sindikalisme menempati dua bidang. Dimana komunisme, yakni masyarakat bebas pekerja setara, adalah tujuan perjuangan anarkis, sindikalisme, yakni gerakan revolusioner pekerja industrial yang berbasiskan perserikatan, tidak lain merupakan salah satu bentuk perjuangan kelas revolusioner.
Dalam usaha mempersatukan pekerja industrial di atas basis produksi, sindikalisme revolusioner, seperti juga setiap gerakan serikat pekerja, tidak memiliki ideologi yang spesifik: ia tidak memiliki padangan dunia yang melingkupi segala isu sosial dan politik yang rumit dari situasi saat ini. Ia selalu mencerminkan ideologi berbagai kelompok politik, terutama mereka-mereka yang bekerja secara intensif di antara anggota-anggota serikat pekerja.
Pandangan kami mengenai sindikalisme revolusioner berasal dari apa yang telah kami sebutkan di atas. Tanpa ingin menjawab lebih dulu pertanyaan mengenai peran organisasi sindikalis revolusioner di hari-hari awal revolusi (yakni apakah mereka akan menjadi organiser sistem produksi baru secara keseluruhan, atau apakah mereka akan membiarkan peran tersebut kepada dewan buruh atau komite tempat kerja?), adalah pandangan kami bahwa kaum anakis mesti terlibat di dalam sindikalisme revolusioner sebagai salah satu bentuk gerakan pekerja revolusioner.
Meski demikian, pertanyaannya sekarang bukanlah apakah kaum anarkis mesti atau tidak memainkan sebuah bagian di dalam sindikalisme revolusioner. Namun, lebih bagaimana dan demi tujuan apa mereka mereka akan memainkan peran.
Kami menganggap keseluruhan periode hingga ke masa kita sendiri, saat kaum anarkis merupakan bagian dari gerakan sindikalis revolusioner sebagai pekerja secara individu dan propagandis,sebagai periode dimana relasi dengan gerakan buruh industrial masih amatir.
Anarko-sindikalisme yang berupaya membangun dengan tegas ide-ide anarkis di dalam sindikalisme-revolusioner sayap kiri lewat penciptaan serikat bertipe anarkis, dalam hal ini mewakili sebuah langkah maju, namun ia masih juga belum beranjak dari metode amatirnya. Hal ini karena anarko-sindikalis tidak mengkaitkan dorongan untuk “meng-anarkis-kan” gerakan sindikalis dengan kekuatan organisasi anarkis di luar gerakannya. Hanya jika semacam keterkaitan telah terbentuk maka memungkinkan untuk “meng-anarkis-kan” sindikalisme revolusioner untuk mencegah setiap merosotkan ke arah oportunisme.
Kami menganggap sindikalisme revolusioner semata-mata sebuah gerakan serikat buruh tanpa ideologi sosial dan politik yang spesifik, dan karenanya tidak mampu dengan dirinya sendiri memecahkan permasalahan sosial; dengan keadaan seperti itu pendapat kami bahwa tugas dari anarkis di keanggotaan gerakan tersebut salah satunya adalah mengembangkan ide anarkis di dalamnya dan mengarahkan ke arah anarkis, sehingga dapat mengubahnya menjadi pasukan revolusi sosial yang aktif. Penting untuk mengingat bahwa jika sindikalisme tidak didukung dengan oleh teori anarkis di saat yang tepat, ia akan terpaksa bergantung pada ideologi dari partai politik pro-negara.
Contoh centang perentang untuk hal ini adalah sindikalisme Prancis, yang dulu pernah semarak atas aksinya dengan solgan dan taktik anarkis, sebelum jatuh ke dalam pengaruh kaum komunis dan, di atas segalanya, kaum sosialis oportunis sayap kanan.
Namun tugas kaum anarkis di dalam kalangan anggota gerakan buruh revolusioner hanya dapat dijalankan jika usaha mereka di sana terjalin erat dan terkoodinasi dengan aktivitas organisasi anarkis di luar serikat sindikalis. Dengan kata lain, kita mesti memasuki gerakan buruh revolusioner sebagai kekuatan terorganisir, yang bertanggung jawab kepada organisasi anarkis umum untuk kerja kita di dalam serikat sindikalis, dan memperoleh panduan dari organisasi tersebut.
Tanpa membatasi diri kita terhadap pendirian serikat anarkis sindikalis, kita mesti berupaya mengerahkan pengaruh teoritis atas sindikalisme revolusioner semuanya dalam segala bentuknya (Industrial Workers of the World, serikat buruh Rusia, dsb.). Namun kita hanya dapat mencapai hal ini dengan mengatur kerja sebagai sebuah kolekti anarkis terorganisir yang kokoh, dan tentu saja bukan sebagai kelompok amatir kecil, tanpa hubungan organisasional atau basis kesamaan teoritis.
Kelompok anarkis di tempat kerja, bekerja untuk menciptakan serikat sindikalis anarkis, berkampanye di dalam sindikalisme revolusioner untuk penyebarluasan ide-ide anarkis di dalam sindikalisme dan orientasi teoritisnya. Mereka sendiri dipandu di dalam aktivitas oleh organisasi anarkis umum dimana mereka menjadi anggotanya – inilah pentingnya hubungan antara anarkis dan sindikalisme revolusioner dan gerakan sindikalisme revolusioner bersangkutan (dan bentuk yang mesti diambilnya).
Bagian Konstruktif
Masalah di hari-hari awal revolusi sosial
Tujuan obyektif gerakan buruh dan perjuangannya merupakan, melalui revolusi, merupakan pondasi masyarakat anarko-komunis merdeka yang egaliter berdasarkan prinsip: ”Dari setiap orang sesuai kemampuan, untuk setiap orang sesuai kebutuhan”.
Bagaimanapun, masyarakat semacam itu dalam bentuk yang paling matang tidak akan terbentuk dengan sendirinya namun hanya berkat perubahan sosial yang radikal. Perwujudannya memerlukan sebuah proses sosial revolusioner yang kurang atau lebih cukup panjang, sebuah proses yang dijalankan oleh kekuatan terorganisir dari kaum pekerja yang jaya/victorious labour menurut jalan tertentu.
Tugas kita adalah menunjukkan jalurnya di sini dan saat ini, untuk menentukan masalah praktis yang positif, yang akan dihadapi kaum pekerja sejak hari pertama revolusi sosial. Nasib revolusi sosial akan bergantung atas pemecahan yang layak atas masalah-masalah ini.
Tak perlu dijelaskan lagi bahwa pembangunan masyrakat baru hanya akan mungkin setelah kaum pekerja memenangkan diri atas sistem borjuis kapitalis saat ini serta para perwakilannya. Konstruksi ekonomi baru dan hubungan sosial baru tidak dapat dibangun hingga kekuasaan Negara yang membentengi sistem perbudakan dihancurkan, hingga masa ketika buruh industrial dan buruh tani telah menguasai ekonomi industri dan agraris negeri lewat revolusi.
Sebagai akibatnya, tugas mendesak revolusi sosial untuk menghancurkan mesin Negara dari masyarakat kapitalis, memblejeti kaum borjuis, dan secara lebih umum lagi, segala elemen yang secara sosial memiliki hak-hak istimewa, dan secara universal membangun semangat pekerja pemberontak seperti disuarakan dalam prinsip-prinsip mendasar revolusi sosial. Sisi destruktif dan bersifat peperangan dari revolusi ini sekedar memperjelas jalan untuk tugas positif yang merupakan makna dan esensi sebenarnya dari revolusi sosial.
Tugas tersebut sebagai berikut:
a. Menemukan sebuah solusi anarkis bagi masalah produksi industri negeri.
b. Memecahkan permasalahan agraris dengan cara yang sama.
c. Memecahkan masalah konsumsi (pasokan makanan).
Produksi
Ingatlah bahwa industri dalam negeri merupakan hasil usaha berbagai generasi kaum pekerja dan berbagai cabang industri terhubung dengan erat. Kita memandang produksi di dalam keseluruhannya sebagai suatu bengkel kerja besar kaum produsen, yang sepenuhnya kepunyaan pekerja sebagai keseluruhan dan tidak secara sendiri-sendiri.
Mesin-mesin produksi negeri ini merupakan sesuatu yang dengan lengkap dan milik seluruh kelas pekerja. Hal ini menentukan karakter dan bentuk sistem produksi yang baru. Mesin-mesin tersebut juga semuanya akan dipersatukan, secara umum dalam artian bahwa produk yang dibuat produsen, akan menjadi milik setiap orang. Produk-produk tersebut, apapun tipenya akan merepresentasi lumbung umum bagi pekerja, darinya setiap partisipan di dalam sistem produksi baru akan menerima segala yang mereka butuhkan, dengan kedudukan yang setara satu sama lain.
Sistem produksi baru sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan perbudakan upah dan eksploitasi di segala bentuknya dan akan memantapkan prinsip kerjasama yang bersahabat di antara pekerja.
Kelas menengah yang di dalam masyarakat kapitalis modern menjalankan fungsi-fungsi perantara (dalam bidang perdagangan, dan lain-lain), seperti juga kaum borjuasi, akan memainkan perannya di dalam sistem produksi baru ini dalam kedudukan yang sama dengan setiap orang lain. Jika tidak, kelas-kelas ini akan menempatkan dirinya di luar masyarakat pekerja.
Tidak akan ada majikan, tidak juga pengusaha, kepemilikan tidak juga kepemilikan-Negara (sebagaimana yang dapat ditemukan kini di Negara-nya kaum Bolshevik). Di dalam sistem produksi baru, fungsi organisasi akan berkembang melalui lembaga yang secara khusus diciptakan, yang secara tujuan dibangun, oleh kelas pekerja: dewan pekerja, komite tempat kerja atau administrasi pekerja atas pabrik dan bengkel kerja. Lembaga-lembaga ini, berhubungan satu sama lain di tingkat kota praja, provinsi, dan kemudian di tingkat negeri, akan membentuk institusi kota praja, provinsi, dan setelah itu lembaga umum (federal) bagi pengelolaan dan administrasi produksi. Dipilih oleh massa dan terus menerus menjadi diawasi dan dikontrol oleh massa. Lembaga-lembaga ini akan terus menerus diperbarui, dengan cara itu mencapai cita-cita swa-kelola oleh massa yang sesungguhnya.
Produksi yang disatukan, yang di dalamnya alat produksi dan hasil akhir menjadi milik semua orang, dengan perbudakan upah digantikan prinsip kerjasama persaudaraan dan kesetaraan hak-hak bagi semua kaum produsen menjadi kenyataan yang kokoh, produksi diawasi oleh lembaga administrasi yang dipilih masaa: inilah langkah praktek pertama menuju jalan perwujudan komunisme anarkis.
Konsumsi
Permasalahan konsumsi akan mencuat selama revolusi menjadi dua isu. Pertama, pentingnya membangun sumber pasokan makanan. Kedua, pentingnya distribusi pasokan makanan ini.
Sejauh menyangkut distribusi pasokan makanan, pemecahan atas masalah ini bergantung sepenuhnya pada kuantitas barang-barang yang tersedia, prinsip keselarasan, dsb.
Dalam menyelesaikan rekonstruksi keseluruhan tatanan sosial yang telah mapan, revolusi sosial karena itu mengasumsikan sebuah kewajiban untuk memperhatikan kebutuhan terpenting masing-masing orang. Satu-satunya pengecualian adalah mereka yang tidak bekerja, yang menolak berperan di dalam sistem produksi yang baru di atas landasan/dengan alasan kontra revolusi. Namun, secara luas dan dengan pengecualian orang-orang dari kategori terakhir itu, seluruh kebutuhan populasi di daerah dimana revolusi sosial berlangsung akan dipenuhi melalui lumbung penyimpanan dan cadangan makanan milik revolusi. Jika kuantitas barang dirasa tak mencukupi, maka akan dialokasi menurut kebutuhan, dengan prioritas bagi anak-anak, golongan lemah, dan keluarga kaum pekerja.
Masalah yang jauh lebih sulit adalah mengorganisir cadangan penyimpanan makanan revolusi.
Tak diragukan, di hari-hari awal revolusi kota-kota akan dilanda kelangkaan bahan-bahan pokok penting yang dibutuhkan penduduk. Di saat yang sama, buruh -tani akan mengalami keberlimpahan atas pasokan yang rendah yang terjadi di kota-kota.
Bagi kaum anarkis, tidak ada keraguan mengenai hubungan saling memberi manfaat di antara pekerja perkotaan dengan pekerja di pedesaan. Anarkis percaya bahwa revolusi sosial tidak dapat dituntaskan kecuali melalui usaha berbarengan kaum pekerja dan buruh tani. Akibatnya, pemecahan atas masalah konsumsi dalam revolusi hanya mungkin terjadi melalui kerjasama revolusioner yang erat di antara kedua kelas pekerja ini.
Dalam rangka membangun kerjasama ini, kelas pekerja di perkotaan, setelah menguasai produksinya, mesti segera mempertimbangkan kebutuhan mendasar bagi mereka-mereka yang hidup di pedesaan dan berusaha keras untuk memasok mereka dengan barang-barang kebutuhan konsumen sehari-hari demikian juga dengan alat dan instrumen untuk bercocok tanam secara kolektif di lahan pertanian. Isyarat solidaritas dari pekerja perkotaan untuk memenuhi kebutuhan buruh tani akan menimbulkan respon yang serupa, dan sebagai balasannya, buruh-tani secara kolektif akan memasok kota dengan hasil produksi dari pedesaan, terutama bahan makanan.
Koperasi-koperasi buruh-tani akan menjadi organ utama untuk memenuhi keperluan makanan dan kebutuhan ekonomi kota dan desa. Di kemudian hari, dengan tanggung jawab untuk menangani tugas-tugas lebih luas dan rutin, terutama sekali memenuhi segala hal yang penting untuk mendukung dan mengembangkan kehidupan sosial dan ekonomi pekerja dan buruh tani, koperasi-koperasi ini akan diubah menjadi lembaga permanen yang memasok kebutuhan kota dan desa.
Pemecahan bagi masalah pasokan makanan ini akan memampukan kaum proletariat perkotaan membangun simpanan tetap yang berdampak menguntungkan dan krusial atas nasib sistem produksi baru.
Tanah
Di dalam solusi atas permasalahan agraris, kami menganggap buruh-tani - mereka yang tidak mengeksploitasi tenaga kerja orang lain - dan proletariat desa penerima-upah sebagai kekuatan kreatif utama revolusioner. Misi mereka akan dijalankan melalui penataan pembagian pertanahan yang baru, sehingga tanah dipergunakan dan diolah menurut cara komunis.
Seperti halnya dalam bidang industri, tanah, digarap dan diolah bergenerasi kaum pekerja, adalah produk dari upaya para pekerja tersebut. Ia juga merupakan milik rakyat pekerja sebagai sebuah keseluruhan, dan bukan milik orang per orang. Sebagai properti kaum pekerja secara umum dan tak dapat terpisahkan, tanah tidak boleh perjualbelikan. Tidak juga disewakan satu orang ke orang yang lain, tidak juga difungsikan sebagai alat untuk mengeksploitasi tenaga kerja manusia lain.
Tanah juga semacam bengkel kerja publik dimana rakyat pekerja memproduksi sarana untuk mendukung kehidupan. Namun tanah merupakan tipe bengkel kerja yang, akibat kondisi kesejarahan tertentu, setiap pekerjanya (buruh tani) telah terbiasa untuk bekerja sendiri, menjual hasil produksi secara independen dari para produsen yang lain. Sementara di dalam industri bentuk kerja kolektif (komunis) merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dan satu-satunya yang mungkin, di dalam bidang agrikultur saat ini hal tersebut bukan satu-satunya metode yang mungkin dilakukan. Mayoritas buruh tani mengerjakan tanah memakai metode individual.
Sebagai akibatnya, saat tanah dan alat-alat untuk mengolahnya diberikan kepada buruh tani dengan tiada kemungkinan untuk menjual atau menyewakannya, masalah bagaimana tanah akan digunakan dan apa yang seharusnya ditanam (di tingkat komune atau keluarga) tidaklah sepenuhnya dan tegas dapat segera diputusakan, sebagaimana dalam bidang industri. Untuk menguak masalah ini, kita mungkin akan menguraikan kedua metode ini.
Pola perlakuan dan penggunaan tanah terutama akan ditentukan oleh buruh-tani revolusioner itu sendiri. Tidak boleh ada paksaan dari luar dalam masalah ini.
Meski demikian, sejak kita menganggap hanya dalam sebuah masyarakat komunis-lah, yang mana di bawah panji tersebut revolusi sosial dijalankan, yang membebaskan pekerja dari perbudakan dan eksploitasi dan memberkahi mereka kemerdekaan dan kesetaraan penuh; karena buruh-tani adalah tercatat sebagai mayoritas penduduk (hampir 85% di Russia) dan sejak. sebagai akibat, sistem pertanian yang diadopsi oleh buruh-tani akan menjadi faktor krusial dalam menentukan nasib revolusi; dan akhirnya, sejak perusahaan swasta di dalam pertania, seperti halnya perusahaan swasta di dalam industri, menuntun ke arah perdagangan, akumulasi kepemilikan privat dan pengembalian kapital, adalah tanggung jawab kita saat ini dengan segala kekuatan kita untuk memastikan permasalahan agraris dipecahkan menurut garis kolektif.
Untuk tujuan ini kita mesti memulai sejak saat ini propaganda yang intensif di kalangan buruh-tani dengan prinsip bercocok tanam dan pengolahan tanah secara komunis.
Penciptaan sebuah serikat tani khusus dengan pandangan anarkis bisa cukup membantu dalam menjalankan upaya tersebut.
Dalam hal ini, kemajuan teknis menjadi sangat penting untuk memfasilitasi perkembangan pertanian dan demikian juga pencapaian komunisme di perkotaan, dan di atas segalanya di dalam industri. Jika, dalam berhubungan dengan buruh-tani, kaum pekerja beroperasi tidak sebagai kelompok yang terpisah-pisah, namun lebih sebagai sebuah kolktif besar komunis yang mencakup setiap cabang produksi, jika mereka memberi porsi perhatian yang besar terhadap kebutuhan penting pedesaan dan memasok tiap desa, bukan hanya dengan keperluan sehari-hari, tetapi juga dengan peralatan dan mesin bagi pengolahan lahan kolektif, tidak akan diragukan lagi mendorong buruh-tani ke arah pertanian komunisme.
Pertahanan Revolusi
Pertahanan revolusi juga merupakan salah satu masalah sejak "hari pertama". Secara esensial, pertahanan paling ampuh revolusi merupakan penyelesaian secara sukses atas tantangan yang dihadapinya: dalam masalah produksi dan konsumsi, dan pertanahan. Jika permasalahan tersbeut telah dipecahkan, tidak ada satupun kekuatan kontra-revolusi yang dapat mengubah atau menggoyang masyarakat buruh merdeka. Bagaimanapun, kaum pekerja meski demikian mesti menghadapi musuh revolusi untuk mempertahankan keberadaannya secara fisik.
Revolusi sosial, yang mengancam hak-hak istimewa dan eksistensi mendasar kelas-kelas non-pekerja dari masyarakat saat ini, tak terelakkan akan memprovokasi perlawanan mati-matian dari kelas-kelas ini yang akan berbentuk perang sipil yang bengis.
Sebagaimana pengalaman Rusia, perang sipil tidak hanya terjadi dalam hitungan beberapa bulan namun beberapa tahun.
Bersamaan dengan suksesnya langkah pertama kaum pekerja pada permulaan revolusi, kelas-kelas penguasa akan bagaimanapun mempertahankan kapasitasnya yang besar untuk waktu yang cukup lama, dan selama beberapa tahu mereka akan melancarkan serangan-serangan terhadap revolusi, mencoba untuk menggunakan kesempatan untuk merampas kekuasaan dan hak istimewa yang telah dicopot dari mereka.
Tentara dengan jumlah yang cukup besar dan memiliki peralatan lengkap, didukung ahli-ahli strategi militer dan disokong kapital - ini semua akan menjadi jebakan melawan kemenangan kaum pekerja.
Jika kaum pekerja ingin memelihara hasil-hasil revolusi, mereka mesti menyiapkan organ pertahanan revolusi, dalam rangka menurunkan kekuatan tempur yang sesuai dengan tantangan ini, melawan pembantaian kaum reaksioner. Di hari-hari awal revolusi, kekuatan perlawanan akan dibentuk dari segala kaum pekerja dan petani bersenjata. Namun ini hanya kekuatan bersenjata sementara yang hanya dapat dijalankan di hari-hari awal saja, ketika perang sipil belum mencapai puncannya dan dua pihak yang berseberangan belum lagi membangun organisasi militer reguler.
Keadaan yang paling genting di dalam revolusi sosial bukan sewaktu otoritas digulingkan, namun waktu setelahnya ketika kekuatan rejim yang tergusur melancarkan serangan umum terhadap kaum pekerja, saat hasil-hasil revolusi yang telah dicapai mesti dilindungi.
Sifat serangan tersebut, senjata yang digunakan, dan jalannya perang sipil akan mensyaratkan kaum pekerja menciptakan lembaga militer revolusioner yang spesifik. Sifat dan prinsip-prinsip mendasar dari unit-unit ini mesti digagas lebih lanjut. Demi menolak metode-metode pengontrolan massa yang otoriter dan kenegaraan, kami mesti menolak prilaku negara di dalam kekuatan militer pekerja yang terorganisir, yaitu kami menolak prinsip keberadaan barisan tentara yang berdasarkan wajib militer. Prinsip sukarela, sesuai dengan prinsip dasar anarkisme, yang mesti menjadi pondasi kelembagaan militer kaum pekerja. Detasemen partisan revolutioner kaum pekerja dan buruh tani selama revolusi Rusia dapat kutip sebagai contoh dari struktur-struktur semacam itu.
Namun layanan revolusioner sukarela dan aktivitas partisan tidak seharusnya diartikan dengan pandangan sempit, yakni sebagai perjuangan yang dijalankan kekuatan kaum pekerja dan buruh tani forces melawan musuh lokal, tanpa koordinasi di dalam bentuk perencanaan operasi keseluruhan, setiap unit beraksi atas inisiatifnya sendiri. Ketika mereka telah sepenuhnya berkembang, aksi dan taktik partisan dalam revolusi mesti dikawal dengan strategi revolusioner dan militer lazim.
Seperti setiap perang, perang sipil hanya dapat dijalankan secara sukses oleh kaum pekerja jika dua prinsip mendasar dari segala aktivitas militer diperhatikan: kesatuan perencanaan operasi dan kesatuan komando bersama. Waktu yang paling kritis bagi revolusi adalah ketika kaum borjuis berarak sebagai kekuatan terorganisir terhadap revolusi dan akan mensyaratkan kaum pekerja untuk mengkaji-ulang prinsip-prinsip strategi militer ini.
Maka, dengan tuntutan strategi militer dan strategi kontra-revolusi yang telah ditentukan, kekuatan bersenjata revolusi akan tidak terelakkan harus bergabung ke dalam sebuah tentara revolusioner yang lazim dengan komando bersama dan perencanaa operasi bersama.
Tentara tersebut didirikan di atas prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
a. sifat alamiah dari kelompok bersenjata terorganisir;
b. layanan militer sukarela (segala paksaan mesti ditinggalkan dalam masalah pertahanan revolusi);
c. subordinasi total tentara revolusioner kepada massa pekerja dan buruh tani sebagaimana diwakili lembaga kaum pekerja dan butuh tani di seluruh negeri, yang akan dibentuk massa saat revolusi dan diberikan tugas untuk menjalankan kehidupan ekonomi dan sosial negeri.
d. disiplin-diri yang revolusioner (layanan militer sukarela dan disiplin-diri bersifat melengkapi-bersama di setiap geraknya dan berdungsi untuk membuat tentara revolusioner lebih tangguh secara psikologi ketimbang tentara suatu negara);
Dengan kata lain, organ pertahanan revolusi, yang bertanggung jawab memerangi kontra revolusi baik di front militer terbuka juga front perang sipil tersamar (rencana kaum borjuis, persiapan pemberontakan, dsb.), akan berada di bawah kendali penuh organisasi produksi tertinggi kaum pekerja dan buruh tani - organ ini akan bertangung jawab ke mereka dan di bawah arahan politik mereka.
NB: Sementara tentara revolusioner mesti diatur sesuai dengan prinsip-prinsip anarkis yang spesifik, hal itu mesti tidka dianggap sebagai titik prinsipil. Ini hanya konsekuensi strategi militer dalam revolusi, sebuah langkah strategis dari proses perang sipil yang mau tak mau memaksa untuk diambil kaum pekerja. Namun langkah ini mesti diperhatikan dengan seksama bahkan sejak sekarang. Ia mesti dengan mendalam dipelajari bahkan sejak saat ini untuk menghindari keterlambatan yang fatal dalam mempertahankan dan melindungi revolusi, karena dalam suasana perang sipil, keterlambatan dapat berakibat fatal bagi hasil akhir dari keseluruhan revolusi sosial.
Bagian Organisasi
Prinsip-prinsip organisasi anarkis
Posisi konstruktif secara umum yang dinyatakan di atas membentuk platform organisasi dari kekuatan revolusioner anarkisme.
Platform tersebut berasal dari suatu orientasi teoritis dan taktis tertentu. Hal itu bersifat minimum, yang menjadi dasar berkumpulnya semua kaum militan gerakan anarkis terorganisir.
Tugasnya adalah untuk mengabungkan di sekitarnya semua unsur-unsur yang sehat dari gerakan anarkis ke dalam sebuah organisasi yang aktif dan organisasi dapat beroperasi, Perserikatan Umum kaum Anarkis. Kekuatan dari semua kaum anarkis militan mesti mengarahkan kemampuannya untuk menciptakan organisasi ini.
Prinsip-prinsip organisasional yang mendasar dari Perserikatan kaum Anarkis berisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesamaan teori
Teori merupakan kekuatan yang menuntun aktivitas individu dan organisasi sesuai dengan jalur tertentu menuju tujuan yang spesifik. Tentu saja, ia mesti dipahami oleh seluruh orang atau seluruh organisasi yang bergabung di dalam Perserikatan Umum. Aktivitas Perserikatan Umum kaum Anarkis, baik di secara umum maupun lebih detil, mesti benar-benar konsisten dengan prinsip-prinsip yang diyakini the Perserikatan.
2. Kebersamaan taktik atau metode aksi kolektif
Metode taktis yang dipraktekkan oleh anggota individu atau kelompok di dalam Perserikatan juga mesti tersatukan, cukup konsisten satu sama lain demikian pula dengan keseluruhan teori dan taktik Perserikatan. Berbagi garis taktis yang umum (bersama) di dalam gerakan adalah sangat penting untuk keberlangsungan organisasi dan gerakan secara keseluruhan: ia menyelamatkan pergerakan dari kebingungan yang timbul akibat keberadaan berbagai taktik yang justru saling bermusuhan dan memfokuskan segala kekuatan gerakan kepada arah bersama yang pada akhirnya membawa pada tujuan spesifik.
3. Tanggung jawab kolektif
Praktek beroperasi dengan tanggung jawab semata-mata pada individu masing-masing mesti dikutuk dan ditolak di dalam kalangan gerakan anarkis.
Di ranah revolusioner, kehidupan sosial dan politik secara mendasar bersifat kolektif. Aktivitas revolusioner publik di wilayah ini tidak dapat dilandaskan pada tangung jawab individual dari militan bersangkutan.
Badan eksekutif dari gerakan anarkis umum - Perserikatan Anarkis - mengambil posisi tegas terhadap taktik individualisme tanpa tangung jawab dan memperkenalkan prinsip tanggung jawab kolektif kepada anggotanya: Perserikatan sebagai keseluruhan bertangung jawab terhadap aktivitas politik tiap anggota perserikatan; demikian juga, masing-masing anggotanya bertangung jawab atas aktivitas politik dan revolusioner perserikatan secara keseluruhan.
4. Federalisme
Anarkisme selalu menolak organisasi sentralis baik menyangkut kehidupan sosial massa demikian juga di dalam ranah aktivitas politik. Sistem sentralisasi sangat bergantung pada seberapa kuat mengekang semangat kritisisme, inisiatif, dan kemerdekaan setiap individu dan pada kepatuhan membabi buta massa kepada yang "pusat". Sifat dan hasil tak terelakkan dari sistem semacam ini adalah sifat membudak dan mekanis, baik dalam kehidupan publik maupun kegiatan kelompok.
Kebalikan dari sentralisme, anarkisme selalu mengadvokasi dan membela prinsip federalisme, yang mengkombinasikan kemerdekaan individu atau organisasi dengan inisiatif dan pelayanan mereka untuk mengatasi masalah umum.
Dengan mengkombinasi ide kemerdekaan dan pemenuhan masing-masing hak individu dengan pelayanan yang disyaratkan secara sosial dan insting, federalisme membuka jalan bagi terwujudnya setiap kecakapan masing-masing individu yang berfaedah.
Tetapi sangat sering pula prinsip tersebut disimpangkan di kalangan anarkis; sangat sering ia dipakai untuk membenarkan semata-mata hak untuk mempertontonkan ego seseorang dan mengabaikan kewajiban seseorang terhadap organisasinya.
Penyimpangan ini telah menyebabkan disorganisasi akut di dalam gerakan kami di masa lalu dan kini saatnya mengakhiri hal tersebut untuk selama-lamanya.
Federalisme berarti kesepakatan merdeka masing-masing individu dan organisasi secara keseluruhan mengenai ikhtiar kolektif, dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Sekarang, suatu kesepakatan dan suatu perserikatan federatif, hanya mungkin menjadi nyata (ketimbang hanya eksis di atas kertas) jika kondisi esensial dipenuhi bahwa setiap pihak yang bersepakat dan berserikat sepenuhnya menghormati kewajiban yang mereka sepakati dan mematuhi keputusan yang dicapai bersama.
Dalam setiap proyek sosial, seberapa pun besarnya basis sebuah federasi tersebut, tidak boleh ada suatu hak tanpa tanggung jawab, sama halnya dengan tak ada suatu keputusan tanpa penerapan. Demikian juga tidak dapat diterima di dalam organisasi anarkis yang hanya menerima kewajiban atas dirinya dengan memandang pekerja dan revolusi sosial mereka.
Hasilnya, tipe federalis dari organisasi anarkis, di satu pihak mengakui hak setiap anggota organisasi terhadap kemerdekaan, kebebasan berpendapat, inisiatif pribadi, dan kebebasan individu, mempercayakan setiap anggotanya dengan kerja-kerja organisasi tertentu, menuntut bahwa ini mesti dilaksanakan tepat waktu. Keputusan yang diambil bersama juga mesti dijalankan. Hanya dengan cara ini prinsip-prinsip federalis menjadi hidup dan organisasi anarkis berfungsi secara selayaknya dan bergerak ke arah tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Gagasan mengenai Perserikatan Umum Anarkis memunculkan masalah koordinasi kegiatan dari seluruh kekuatan gerakan anarkis. Setiap organisasi yang berafiliasi ke dalam Perserikatan mewakili sebuah sel hidup yang merupakan bagian dari keseluruhan organisme. Tiap sel memiliki sekretariatnya sendiri untuk memfasilitasi kegiatannya dan menyediakan panduan teori dan politik.
Untuk mengkoordinasi aktivitas dari setiap organisasi yang berafiliasi kepada Perserikatan, sebuah badan khusus didirikan dalam bentuk Komite Eksekutif Perserikatan. Fungsi-fungsi berikut melekat kepada Komite: implementasi keputusan yang dibuat Perserikatan sebagaimana dimandatkan; mengatur perkembangan aktivitas dan teoritis tiap-tiap organisasi, dalam kerangka garis teoritis dan taktis Perserikatan secara keseluruhan; memantau keadaan umum gerakan; memelihara ikatan fungsional di antara seluruh anggota organisasi di dalam, demikian juga dengan organisasi lain.
Hak-hak, tanggung jawab, dan tugas dari Komite Eksekutif telah digariskan oleh kongres Perserikatan Umum.
Perserikatan Umum kaum Anarkis memiliki tujuan yang telah dijabarkan dengan jelas dan spesifik. Untuk kesuksesan revolusi sosial, di atas segalanya ia harus memilih elemen yang paling revolusioner dari kalangan petani dan pekerja untuk bergabung di dalamnya.
Sebagai sebuah organisasi yang mempromosikan revolusi sosial (dan juga sebagai organisasi anti-otoritarian) yang mendesakkan penghancuran langsung masyarakat kelas, Perserikatan Umum kaum Anarkis juga bergantung atas dua kelas fundamental dari masyarakat saat ini, pekerja dan petani dan ia mesti secara setara memfasilitasi perjuangan keduanya untuk memerdekakan diri.
Menyangkut organisasi pekerja buruh perkotaan revolusioner, Perserikatan Umum kaum Anarkis mesti berusaha sekuat tenaga untuk menjadi pemandu dan sumber teoritis mereka.
Perserikatan Umum kaum Anarkis menetapkan tugas yang sama menyangkut buruh tani, dan berfungsi sebagai basis, memainkan peran yang sama seperti halnya terhadap serikat buruh revolusioner kelas pekerja perkotaan. Ia mesti berusaha membangun sebuah jaringan organisasi ekonomi petani revolusioner, dan lebih jauh, sebuah sebuah Serikat Petani spesifik yang berlandaskan prinsip-prinsip anti-otoritarian.
Karena lahir dari kandungan massa pekerja, Perserikatan Umum kaum Anarkis mesti mengambil bagian dalam segala aspek kehidupan mereka. Selalu dan dimanapun membawa semangat organisasi, kegigihan, militasi, dan hasrat untuk terus menyerang.
Hanya dengan demikian ia dapat memenuhi perannya, menjalankan misi teoritis dan historis dalam revolusi sosial kaum pekerja dan menjadi mata pisau terorganisir di dalam proses emansipasi mereka.
Nestor Mhakno, Ida Mett, Piotr Archinov, Valevsky, Linsky 1926