“Buang kesucian dan kebijaksanaan, maka orang akan seratus kali lebih bahagia. Buang moralitas dan keadilan, maka orang akan melakukan hal yang benar. Buang industri dan keuntungan, maka tidak akan ada pencuri. “

- Tao te Ching, Bab 19.

Sepanjang karir saya, saya telah menjadi binatang yang aneh, antara cukup jauh dan dekat untuk mengetahui apa yang harus saya lakukan: para pecinta gonzo[1] menyukai prosa saya namun bingung dengan sesajen yang saya letakkan di persimpangan jalan[2] dan referensi tanpa akhir akan Stirner; Para anarkis dan Insureksioner menyukai teori-teori saya namun bingung dengan perdagangan jiwa saya dan identifikasi diri saya sebagai seorang jurnalis; Para peminat Okultisme mengagumi kecenderungan magis saya namun tampaknya bingung dengan tingkat konsumsi politis saya yang mendekati kecanduan terkait dengan keinginan nihilistik untuk menghancurkan masyarakat.

Menjadi semacam penyihir seperti apakah saya jika dapat dijelaskan secara mudah, sekurang-kurangnya tentang kecenderungan politik saya? Meski begitu, sama seperti kebakaran musiman akan menggerogoti langit Florida di musim panas ini, kebutuhan untuk menjelaskan diri akan muncul.

Dari surel yang saya baru terima:

"Saya juga seorang Egois, saya juga mengidentifikasi diri sebagai Paska-Kiri. Menurut saya, meninggalkan "Kiri” juga berarti meninggalkan komunisme. Saya setuju dengan sebagian besar kritik Wolfi Landstreicher tentang hal itu.

Saya melihat komunisme sebagai sebuah program politik ideologis yang fana dan tidak nyata. Anda memiliki karya seperti “Hak Untuk Rakus” dan “Hak Untuk Malas” tapi saya secara pribadi merasa, mencoba menggabungkan sentimen anti-kerja dengan sebuah gagasan yang pada dasarnya adalah sebuah cara ekonomis produksi adalah hal yang agak sedikit aneh. Dan ketika kebanyakan orang memikirkan komunisme, mereka tidak berpikir sebagaimana cara orang-orang yang ber-“Hak Untuk Rakus” berpikir, kebanyakan orang akan menghubungkannya dengan cita-cita fana yang besar tentang komunisme, seperti huruf besar A untuk “Adil!” dan huruf besar K untuk “Kemanusiaan!”. Berkorban demi kebaikan semua orang! …

Bagaimana pendapat anda?

Menurut saya menarik ketika anda menyebut diri anda sebagai seorang egois-komunis dan bukannya seorang anarkis, secara khusus. Saya merasa aneh karena anda langsung menggunakan label komunis, dan saya tidak bisa menemukan tulisan anda yang secara eksplisit menyatakan bahwa anda adalah seorang anarkis.“

Di sela upaya mencoba bermeditasi dan Qigong untuk menyembuhkan liver saya yang rusak, saya menulis sebuah respon yang saya pikir cukup kuat untuk dapat menjadi sebuah artikel dan bersama dengannya mungkin ada definisi dari sebuah politik yang beberapa orang pernah mendengarnya.

Pertama, saya adalah seorang Egois, dan bahkan menyebut diri saya begitu sebelum Anarkis. Bagi saya Egoisme melampaui Anarkisme, anggap ini sebagai sebuah posisi, dan melangkah lebih jauh: Tidak ada hirarki di atas saya, namun mungkin saja hirarki itu dibuat-buat sehingga jadi ada. Tentunya ini termasuk Negara, tapi juga konsep Hukum; Ini termasuk Kapitalisme, tetapi juga termasuk gagasan tentang benar dan salah yang secara normal dipakai untuk melawannya sebagai kritik. Semua hal memang bukan apa-apa bagi saya, semua relasi hadir atas sabda saya. Masyarakat tak lebih dari sekadar ide besar, permainan kepura-puraan yang dianggap terlalu serius dan saya tidak bermaksud menjalani hidup saya di planet ini dengan berhutangbudi kepadanya.

Para dukun dan penyihir biasanya tinggal di wilayah ini, selamanya berada di luar peraturan dan adat istiadat Dunia Orang Hidup. Ambillah jamur dengan takaran yang berani, tenggelamkan dirimu dalam Minyak Ilmu Hitam, lalu habiskan malam di pemakaman sekitar tempat anda berada dan anda akan mengerti mengapa. Keberadaan kita ini hanyalah satu di antara banyak, dan sesudahnya anda akan memahami bahwa sebagian besar politik manusia pada akhirnya terlihat seperti sebuah lelucon yang kejam.

Saya terpenjara. Begitu juga anda. Saya tidak bermaksud untuk membuat penjara kita menjadi "tempat yang lebih baik”, namun menganjurkan kehancurannya secara menyeluruh. Saya sama sekali tidak berniat membuat pecutan di punggung saya menjadi “pecutan untuk rakyat” atau menaruhnya
di tangan yang baru. Saya melakukannya tanpa keyakinan relijius bahwa dunia saya yang sedang terbakar ini adalah sesuatu hal yang pasti di cakrawala. Saya bertarung, saya membenci, saya meludahkan racun di dunia yang berusaha menghancurkan saya karena memang inilah saya. Cara sistem ini merugikan orang lain hanya akan memicu kemarahan saya, rasa malu karena perbudakan vulgar yang mengelilingi mereka memenuhi saya dengan kemarahan yang selayaknya. Saya mengikuti diri saya, kehendak saya sendiri; lagu saya sendiri yang hanya bisa dinyanyikan oleh saya.

Lalu kenapa ada sedikit Komunis?

Sebagaimana Novatore mengatakan “Karena kami - yang merayakan kekerasan dan sentimentalis bergairah pada saat yang bersamaan - mengerti dan mengetahui bahwa revolusi adalah sebuah keharusan akan kesedihan senyap yang menderita di dasar, dan sebuah kebutuhan akan jiwa bebas yang menderita di ketinggian”. Saya tidak bisa bebas selama saya dimiliki oleh Kapital dan saya tidak dapat benar-benar menikmati diri saya sementara jeritan dari mereka yang diperbudak berdenging di telinga saya. Saya ingin kebebasan untuk saya dan untuk Anda, agar kita bisa menikmatinya bersama. Ketika saya berbicara tentang Komunisme, saya sedang berbicara tentang definisi aslinya: sebuah keberadaan hidup tanpa kelas, tanpa kewarganegaraan. Definisi ini melenyapkan periode "transisi” apapun.

Jika pekerja tetap pekerja, berproduksi di perusahaan terpisah, bergantung pada hubungan mereka dengan tempat kerja tersebut untuk penghidupannya, dan bertukar dengan perusahaan lain, lalu jikapun pertukaran itu diorganisir sendiri oleh pekerja atau diberi arahan oleh pusat “negara pekerja” maknanya tetap sangat sedikit: muatan kapitalis tetaplah ada, dan cepat atau lambat peran atau fungsi yang jelas dari kapitalis akan menegaskan kembali dirinya sendiri.

Segala jenis pasar berarti uang, namun kaum Kiri bisa jadi berusaha mendandaninya. Karena mudah untuk diukur, mata uang akan selalu menjadi satu-satunya ukuran nilai (seberapa banyak yang anda lakukan hari ini, seberapa layaknya barang ini) jadi semua hal akhirnya diukur dengan patokan ini: Sebuah apel bukan lagi hadiah berharga dari kebun, sebuah keberadaan untuk dirinya sendiri, tapi sebuah komoditas; Anjing keluarga bukanlah sahabat anda, tapi “properti” sederhana dengan nilai moneter.

Dengan demikian kita memiliki dunia yang bukan terdiri dari individu, tapi terdiri dari sumber daya manusia.

Stirner bahkan menunjukkan “Kebutuhan untuk memperoleh sesuatu terus menerus membuat kita lupa bernapas, nikmatilah kegembiraan dengan tenang. Kita tidak memperoleh kenyamanan dari harta benda kita… Oleh karena itu, akan sangat membantu jika kita mencapai kesepakatan tentang tenaga kerja manusia, bahwa kerja tidaklah diperkenankan mengambil seluruh waktu dan daya upaya kita seperti ketika sedang berkompetisi”.

Jadi, apakah yang seorang Egois lakukan?

Kerjasama adalah kebutuhan untuk eksistensi manusia namun ia tidak perlu membagi kita ke dalam kelas-kelas. Kita bisa memperoleh apa yang kita butuhkan dan yang kita inginkan tanpa memusatkan perhatian pada jual beli. Semacam Perhimpunan Individu-Individu yang bekerja sama sehingga setiap orang dapat diuntungkan, lebih dekat mengikuti penjabaran Stirner akan sebuah ”pedang yang dengannya anda mempertajam dan meningkatkan kekuatan alami anda“ daripada apapun yang Soviet lakukan, dan bahkan lebih mendekati konsep Nietzsche tentang "perhimpunan”:

“Gagasan saya adalah bahwa setiap badan spesifik berusaha untuk menjadi tuan atas semua ruang dan memperluas kekuatannya (-keinginan untuk kekuasaan) dan mendorong balik semua yang menahan pelebarannya. Namun secara terus-menerus badan ini menemukan upaya yang serupa dari bagian badan-badan lain dan mengakhirinya dengan sebuah kesepakatan ("perhimpunan”) dengan mereka yang cukup sesuai untuk itu: dengan demikian mereka kemudian bersekongkol untuk mendapatkan kekuasaan.“

Saya ingin berkomplot dengan orang lain untuk mendapatkan kekuasaan sehingga saya bebas mengejar hasrat saya, hasrat yang Stirner katakan akan selalu terbengkalai saat Kapitalisme menjadi yang paling berkuasa:

"Apa yang paling bermanfaat adalah keterbukaan pada pendapat. Dan tentu saja sekarang, ternyata … dalam persaingan, tidak semua orang mendapatkan keuntungan, ‘keuntungan pribadi’ yang ia inginkan, nilainya, minatnya yang sebenarnya.”

Ketika saya berbicara tentang Komunisme, saya sedang TIDAK berbicara mengenai penyerahan properti kepada sejenis hantu yang secara relijius disebut sebagai “Kita” yang lalu mendikte perilaku kita. Saya berbicara tentang tujuan komunisasi: keberadaan diri tanpa pertukaran, uang, komoditas, dll. Saya sedang berbicara tentang kelas pekerja yang berhenti eksis sebagai kelas pekerja. Inilah Komunisme yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat didalamnya demi keuntungan mereka, sistem yang para Bajak Laut di jaman dahulu gunakan:

“Kapal bajak laut beroperasi dengan asas 'Tak Ada Buruan, Tak Ada Bayaran (No Prey, No Pay)’, tapi ketika sebuah kapal dibajak, barang rampasannya dibagi dengan sistem pembagian. Sistem pembagian semacam ini biasa digunakan dalam dunia perkapalan di abad pertengahan, namun telah dihapuskan karena perkapalan berubah menjadi perusahaan kapitalis dan para pelaut mengupah buruh kapal. Kegiatan Ini masih berlangsung dalam bisnis perkapalan milik pribadi dan penangkapan ikan paus tapi para perompak mengembangkannya menjadi bentuknya yang paling egaliter - tidak ada pembagian keuntungan untuk pemiliknya atau investor atau pedagang, tidak ada pembedaan jenjang upah yang rumit - Setiap orang mendapatkan bagian yang sama dari barang rampasan dan kapten biasanya hanya mendapat 1 atau 1 ½ bagian.”

Ini tak ada hubungannya dengan “kemanusiaan” atau apa yang benar. Saya hanya ingin apa yang menjadi milik saya. Inilah komunisme di mana kita bisa melihat ke arah cakrawala dan berkata “ini semua milikmu, dan juga milikku” sebuah komunisme di mana kita bisa saling menjaga satu sama lain karena hal itu membahagiakan kita, dan karenanya kita yakin diri kita juga akan diurus.

“Kerasnya hidup di laut membuat gotong royong menjadi sebuah taktik bertahan hidup yang sederhana. Pasal para bajak laut juga biasanya termasuk bentuk gotong royong dimana milisi yang cedera dan tidak mampu berpartisipasi dalam pertempuran akan menerima bagian mereka sebagai uang pensiun. Para bajak laut menganggap solidaritas semacam ini sangat serius - paling sedikit ada satu kru bajak laut yang memberikan kompensasi kepada kru yang terluka hingga ia sendiri tidak punya apa-apa lagi. Dari pasal kru bajak laut Bartholomeow Roberts: "Jika … ada Seseorang yang harus kehilangan anggota badannya, atau menjadi orang cacat dalam pelayanan mereka, dia berhak memperoleh 800 Dollar, dari saham publik, dan untuk luka yang lebih ringan, secara proporsional.” Dan dari pasal para kru George Lowther: “Dia yang harus mengalami nasib sial kehilangan anggota badannya, di masa baktinya, akan mendapat sejumlah seratus lima puluh poundsterling, dan tetap tinggal dengan Kompi selama dia mau”.

Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi semua kebutuhan kita, seluruh galaksi menantikan ujung jari kita, Jadi mengapa keberadaan kita harus hanya mengenai jual-beli? Tidakkah itu membatasi Keunikan kita? Dapatkah anda memberi makan keluarga anda sendiri? Bisakah saya? Bisakah kita sendiri yang menyediakan listrik ke rumah-rumah kita dan memelihara sistem yang membuatnya terus berlangsung?

Jika kita tidak bisa, bukankah seharusnya kita bekerja sama? Jika kita masih tidak bisa, bukankah seharusnya kita menemui orang lain? Dan ketika kita menemukan mereka, tidakkah mereka ingin memiliki properti sebanyak seperti yang kita punya? Kenapa kita tidak bisa mendapatkan kesenangan individu dengan kehidupan komunitas yang menggembirakan; mengapa tidak melanggar hukum untuk alasan keadilan sosial? Saya mencari keutuhan diri, bukan kepingannya, dan dalam menemukannya saya membutuhkan kawan dan komplotan untuk bekerja sama. Apa yang seseorang kerjakan hasilnya seharusnya dimiliki oleh mereka, jelas dan sederhana, dan saya yakin kita akan terkejut bahwa dengan bekerja sama kita bisa menyelesaikan kerja dengan cepat sehingga kita memiliki lebih banyak waktu untuk kesenangan lainnya.

"Dalam masyarakat komunis, dimana tak ada seorang pun memiliki hanya satu bidang aktivitas eksklusif namun setiap orang bisa berkarya dalam bidang apapun yang ia inginkan, masyarakatlah yang mengatur produksi umum dan dengan demikian memungkinkan saya untuk melakukan satu kegiatan hari ini dan kegiatan lain di esok hari, berburu di pagi hari, memancing di siang hari, mengurus ternak di sore hari, mengkritik setelah makan malam, berlaku seperti orang yang bisa berpikir saja, tanpa harus menjadi seorang pemburu, nelayan, gembala atau kritikus. ” - Marx

Egois-Komunisme dapat dianggap sebagai Mutualisme Tanpa Pasar, sarang lebah dari mafia non-hierarkis yang ingin menjalani hidup sebahagia mungkin dan terbebas dari pembagian palsu seperti ras, kewarganegaraan, kelas, atau gender. Ia mempromosikan perbedaan, merangkul kekacauan, dan menerima gerombolan individu sebagai unit organisasinya, dan bukannya masyarakat yang dibuat-buat. Ia adalah penghapusan semua yang membatasi sang Unik dan pencarian jiwa-jiwa lainnya yang berpikiran sama untuk meningkatkan kekuatannya masing-masing. Bagaimana anda melakukannya pada akhirnya akan terserah anda.

Jangan biarkan namanya menipu Anda, ini bukan ide baru yang radikal. Inilah yang dilakukan manusia di pesta-pesta, setelah bencana, sebelum pemakaman, dan di sela-sela selimut semenjak seluruh kesialan ini dimulai. Alih-alih mencuri momen-momen itu di antara “pekerjaan” dan apa pun juga yang Neraka Teknologi ini paksakan kepada kami, kami berkeinginan menjadikannya misi utama kami.

Itulah Egois-Komunisme, praksis dan tujuannya: hidup untuk mengejar kehidupan, dimana kepuasan individu dan kebahagian orang lain berputar tanpa henti tanpa bentuk.

[1] Gonzo, gaya penulisan yang melebih-lebihkan, subjektif, dan cenderung fiktif dan eksentrik, kombinasi kritik sosial dan satir (https://en.wikipedia.org/wiki/Gonzo_journalism)

[2] Persimpangan jalan dianggap sebagai pertemuan dunia manusia dan dunia orang mati, penganut keyakinan meletakan sesajen di persimpangan jalan dan percaya bahwa roh-roh mudah dikontak di titik itu. (https://en.wikipedia.org/wiki/Crossroads_(mythology))