Federação Anarquista do Rio de Janeiro – FARJ
Especifismo di Brasil
Wawancara dengan Federasi Anarkis Rio de Janeiro (FARJ)
Pengantar oleh Jonathan Payn (Penulis)
Especifismo di Brasil: Wawancara dengan Federasi Anarkis Rio de Janeiro
Pengantar oleh Jonathan Payn (Penulis)
Dalam wawancara ini, yang berlangsung antara bulan Agustus dan Oktober 2010, Federasi Anarkis Rio de Janeiro (Federação Anarquista do Rio de Janeiro - FARJ) berbicara tentang pemahamannya soal konsep seperti especifismo, dualisme organisasi, penyisipan sosial (social insertion) dan peran politik organisasi anarkis dalam hubungannya dengan gerakan sosial dan perjuangan kelas.
Wawancara ini juga berkaitan dengan masuknya FARJ ke dalam Forum Anarkisme Terorganisir (Fórum do Anarquismo Organisado - FAO)[1] dan efek sosial akibat kota Rio de Janeiro terpilih sebagai Tuan Rumah (City Host) FIFA 2014, dan juga berbicara tentang persoalan sulit, seperti menemukan keseimbangan antara tingkat kesatuan teoretis dan strategi yang diperlukan, dan kebutuhan untuk tumbuh sebagai sebuah organisasi.
Especifismo di Brasil: Wawancara dengan Federasi Anarkis Rio de Janeiro
Federasi Anarkis Rio de Janeiro (Federação Anarquista do Rio de Janeiro - FARJ) adalah organisasi anarkis khusus (especifismo) dari kota Rio de Janeiro, Brasil. Didirikan pada tanggal 30 Agustus 2003, FARJ mengidentifikasi asal-usulnya dalam hasil kerja para militan diantaranya seperti Ideal Peres (1925-1995), ayahnya Juan Perez Bouzas (atau João Peres) (1899-1958) dan José Oiticica (1882-1957 ). Asal-usul mereka juga merujuk pada organisasi politik seperti Aliansi Anarkis (Aliança Anarquista), didirikan pada tahun 1918, dan Partai Komunis libertarian (Partido Comunista), didirikan pada tahun 1919 (jangan sampai keliru dengan partai komunis reformis dan berorientasi pemilu (elektoral) yang didirikan pada tahun 1922). Asal-usul mereka juga dari referensi historis pada serikat pekerja yang dipengaruhi oleh anarkis pada awal Abad ke-20, seperti Federasi Buruh Rio de Janeiro (Federação Operária Rio de Janeiro - FORJ), didirikan pada tahun 1906, juga dalam semua kerja-kerja untuk menemukan kembali 'vektor sosial anarkisme' pada tahun 1940-an dan 1950-an, dan dalam kerja-kerja anarkis setelah era kediktatoran militer.
Jonathan Payn (JP): Bagi pembaca yang tidak mengenal konsep dualisme organisasional, bisakah kalian menjelaskan persoalan tentang kebutuhan untuk membangun sebuah organisasi politik anarkis di Rio de Janeiro? Proses apa yang harus kalian lalui untuk sampai pada kesimpulan terbentuknya organisasi dan untuk membentuk FARJ?
Federasi Anarkis Rio de Janeiro (FARJ): Istilah 'dualisme organisasi' berfungsi untuk menjelaskan konsepsi organisasi yang kami angkat, atau yang secara klasik disebut persoalan antara 'partai dan gerakan massa' . Singkatnya, tradisi especifista kami berakar pada Bakunin, Malatesta, Dielo Truda, Federación Anarquista Uruguaya (FAU) dan para militan / organisasi lain yang telah membela perbedaan antara level organisasi. Artinya, level yang lebih luas yang kami sebut 'level sosial', yang terdiri dari gerakan rakyat (popular movement), dan apa yang aproksimasikami sebut 'level politik', yang terdiri dari para militan anarkis yang dikelompokkan dengan dasar politik dan ideologis yang ditetapkan bersama.
Model ini didasarkan pada beberapa posisi: bahwa gerakan rakyat tidak dapat dibatasi hanya pada kelompok dengan ideologi tertentu - dan, dalam hal ini, kami membedakan diri kami dari anarko-sindikalis, misalnya - karena mereka (gerakan rakyat) harus mengatur kebutuhan mereka sendiri (tanah, tempat tinggal , pekerjaan, dll.), dan mengelompokkan persatuan sektor-sektor besar masyarakat secara bersama-sama. Dan ini yang kami maksud dengan level sosial atau gerakan massa. Model ini juga berpendapat bahwa, untuk bekerja dalam gerakan (massa), tidak cukup dengan melebur - atau masuk - ke dalamnya, bahkan saat gerakan itu mengenali kami sebagai anarkis. Hal ini diperlukan agar kami mengorganisasikan diri, dan berusaha membentuk kekuatan sosial yang signifikan sehingga akan memudahkan dalam mempromosikan program kami dan juga dalam membangun pertahanan terhadap serangan dari musuh yang memiliki program lain. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah kami tidak mempromosikan bahwa kalian berpartisipasi dalam satu level atau lainnya; anarkis juga pekerja dan merupakan bagian dari kelompok mayoritas yang kami sebut kelas yang dieksploitasi (exploited class) dan, oleh karena itu, mereka mengorganisir diri mereka sendiri, sebagai kelas, dalam gerakan sosial. Meski begitu, karena level organisasi ini (organisasi kelas yang dieksploitasi) memiliki keterbatasan, para anarkis juga harus mengorganisir diri mereka sendiri di level politik, sebagai anarkis, sebagai cara untuk mengartikulasikan kerja dan gagasan mereka.
Apa yang disebut organisasi anarkis khusus (especifismo) bukanlah hal baru dalam gerakan anarkis. Asal-muasalnya bisa diambil dalam militansi Bakunin sendiri di dalam Internasional Pertama, dengan dibentuknya Aliansi Demokrasi Sosialis pada tahun 1868. Malatesta, yang mengembangkan tesis minoritas aktif Bakunin, juga memikirkan hal yang serupa. Dengan cara yang sama diantaranya adalah orang-orang Rusia yang berada di luar negeri dalam kelompok Dielo Truda maupun FAU. Pengelompokan khusus kaum revolusioner anti-otoritarian ini didasarkan pada posisi umum (objektif), strategi dan taktik bersama. Artinya, organisasi anarkis khusus (especifismo) bukanlah 'penemuan' baru-baru ini, namun memiliki lintasannya dalam sejarah konsolidasi anarkisme itu sendiri sebagai alat revolusioner, dan menelusuri dirinya dalam tindakan Bakunin.
Dalam perkembangan sejarah gerakan anarkis, posisi tradisi organisasi anarkis khusus terbengkalai di berbagai negara dan merugikan dengan menyebut bahwa 'sindikalisme' (yang menghimpun gerakan sosial) sudah cukup. Tapi bagi kami tidak. Kami percaya bahwa tugas organisasi anarkis khusus, yang oleh Malatesta disebut 'partai' anarkis, adalah untuk mengartikulasikan kekuatan anarkis dalam usulan-usulan umum dan merangsang gerakan sosial agar maju lebih jauh melampaui tuntutan awal mereka, dan mampu untuk menempa dasar transformasi revolusioner mereka.
Penting untuk digarisbawahi bahwa dualisme organisasi tidak berarti adanya hubungan subordinasi atau hierarki antara dua level yang disebutkan. Dalam memahami anarkisme, organisasi anarkis khusus dan gerakan sosial haruslah dalam kondisi sukarela. Hubungan organisasi anarkis khusus berarti hubungan etis dan horisontal, yang berarti tidak memiliki hubungan hierarki atau dominasi atas pihak-pihak yang berpartisipasi.
Di Rio de Janeiro, anarkis terorganisir mencoba menemukan organisasi anarkis khusus dua kali; namun represi negara menunda proyek mereka. Para kamerad ini merasa secara intuitif bahwa surutnya sindikalisme revolusioner juga dapat mengirim anarkisme ke ajalnya. Dan inilah yang terjadi. Sindikalisme tidak 'cukup' dan dengan kosongnya sindikalisme revolusioner, anarkisme memasuki krisis, dan terjadi pada tahun 1930an. Pada dekade 1940 dan 1950, para kamerad dari Rio de Janeiro (dan juga dari Sao Paulo) mendirikan organisasi khusus mereka, namun benar-benar terisolasi dari gerakan sosial dan mengorganisir diri mereka untuk membalikkan gambaran tersebut.
Pada dekade 1960, kudeta militer dan kondisi gerakan anarkis sendiri telah menunda proyek organisasi anarkis khusus di Rio de Janeiro. Dengan gerakan yang benar-benar hancur pada tahun-tahun kediktatoran, pada dekade 1980 dan 90 terjadi penyatuan militan lama dan baru, hal ini dilakukan terutama oleh kerja tak kenal lelah dan kesabaran dari Ideal Peres. Pada saat itu tidak hanya untuk melanjutkan perdebatan lama, tapi juga mendiskusikan pengalaman perjuangan penting yang dilakukan oleh anarkis, bahkan jika mereka tidak menyatukan diri di seputar strategi umum (pendudukan, kelompok pendidikan rakyat, keterlibatan dalam serikat pekerja, dll).
Pada awal tahun 2001 kami memahami bahwa inilah saatnya untuk mengambil lompatan berkualitas, untuk meninggalkan model 'pusat kebudayaan', di mana kami telah mengorganisir diri sejak tahun 1980an, dan untuk membentuk sebuah organisasi politik yang lebih memadai untuk bekerja dengan gerakan masyarakat. Hal ini menjadi semakin nyata; Itulah jalan yang harus kami ikuti. Kami memiliki beberapa pengalaman dengan pekerjaan sosial dan, dengan keputusan bahwa anarkisme harus berfungsi untuk mendorong perjuangan rakyat, menjadi jelas bahwa kami harus mencari sesuatu yang lebih terorganisir, dengan lebih banyak perpaduan (kohesi), setidaknya, instrumen yang memungkinkan kami memperdalam pekerjaan kami dengan cara seperti yang disebutkan sebelumnya.
Saat itulah beragam militan dari gerakan anarkis di Rio de Janeiro hadir bersamaan dengan maksud untuk mendiskusikan usulan membentuk sebuah organisasi. Mereka sudah memiliki pengalaman tertentu dalam militansi sosial, namun tidak memiliki keinginan untuk mendiskusikan model organisasi kami nantinya. Salah satu kelompok menarik diri dari proses tersebut dan memutuskan untuk berdiskusi sendiri secara terpisah. Kemudian mereka mendirikan Federasi Anarkis Insureksionis, yang kemudian mereka sebut UNIPA (Anarchist Popular Union - União Popular Anarquista). Kelompok yang lain, melanjutkan diskusi, membentuk FARJ pada tahun 2003. Penting untuk disoroti bahwa FARJ adalah konsekuensi dari akumulasi setidaknya satu dekade sebelumnya, dengan kehadiran anarkis dalam beragam gerakan sosial di negara bagian Rio de Janeiro.
JP: Bagaimana kalian melihat peran kalian - peran organisasi anarkis khusus dalam kaitannya dengan gerakan sosial?
FARJ: Peran organisasi anarkis khusus adalah bertindak sebagai katalisator perjuangan sosial. Kami tidak percaya bahwa organisasi politik harus membimbing atau mengarahkan perjuangan, seperti yang dikatakan oleh kaum Marxis-Leninis. Konsep Bakunin tentang minoritas aktif sangat berguna bagi kami dalam hal ini. Minoritas aktif tidak memaksakan, mendominasi, membangun hubungan hierarkis atau kontrol dalam gerakan sosial.
Peran organisasi anarkis khsuus dalam gerakan sosial juga tidak mengajak setiap orang ke posisi gerakan yang ia ikuti, tapi menyebar dan mempengaruhi gerakan dengan praktik libertarian (aksi langsung, otonomi, pengelolaan sendiri (swakelola), dll. ), tanpa adanya 'doktrin'.
Peran ini menyiratkan tanggung jawab yang sangat besar dan menggambarkan adanya hubungan etis dengan gerakan sosial. Peran ini juga membawa kami pada peran tak terelakkan untuk berkontribusi pada perjuangan melawan segala jenis penunggangan gerakan sosial, memerangi birokrasi, menstimulasi organisasi internal gerakan tersebut, dan berupaya memastikan bahwa gerakan-gerakan ini selalu berdiri di atas kaki mereka sendiri.
JP: FARJ membuat perbedaan antara kerja sosial dan penyisipan sosial. Bisakah kalian mendefinisikan keduanya?
FARJ: Ya, kami membuat perbedaan ini. Seperti dalam program kami: 'kerja sosial adalah aktivitas sadar organisasi anarkis di tengah perjuangan kelas, membuat anarkisme berinteraksi dengan kelas yang dieksploitasi'; Penyisipan sosial adalah 'proses mempengaruhi gerakan sosial oleh praktik anarkis. Dengan demikian, organisasi anarkis melakukan kerja sosial saat menciptakan atau mengembangkan pekerjaan dengan gerakan sosial dan melakukan penyisipan sosial saat ia berhasil mempengaruhi gerakan sosial ini dengan praktik anarkis.'
Bagi kami, kerja terpenting organisasi anarkis adalah berfungsi sebagai motor / alat perjuangan gerakan sosial, serikat pekerja dan lain-lain dan, dalam hal ini, kami selalu memiliki tujuan untuk menciptakan gerakan baru atau untuk berpartisipasi dalam gerakan yang sudah ada.
Dengan begitu, kami bisa mengatakan bahwa kami melakukan kerja sosial saat kami berpartisipasi dalam gerakan sosial atau menciptakan gerakan baru ketika mereka tidak bekerja dengan strategi yang kami anut. Ketika kami memasuki sebuah gerakan sosial seperti gerakan tunawisma, misalnya, kami mengembangkan pekerjaan tanpa berhasil mengatur proyek yang tepat yang merupakan aplikasi praktis dari program kami, maka kami melakukan kerja sosial. Kerja sosial, oleh karena itu, untuk berpartisipasi dalam sebuah gerakan, namun tanpa mengaturnya untuk melaksanakan program kami, proyek yang tepat yang kami gunakan untuk tawarkan. Umumnya, langkah pertama organisasi anarkis selalu merupakan kerja sosial, namun sangat diperlukan untuk melakukan penyisipan sosial, sesuai dengan momennya.
Sesuai dengan definisi yang dibuat di atas, penyisipan sosial terjadi ketika, dimulai dengan kerja sosial, organisasi anarkis berhasil membuat fungsi strateginya praktis dalam gerakan populer. Kenyataannya, bagi kami tidaklah cukup hanya berada dalam gerakan sosial dan untuk menumbuhkannya; perlu berada di sana dengan membawa sebuah program dan berjuang agar bisa dilaksanakan semaksimal mungkin dalam praktik.
Dalam program kami, kami mengusulkan sebuah strategi yang pasti untuk gerakan sosial: ringkasnya, pergerakan yang luas tanpa karakteristik agama dan ideologis sebagai dasar untuk perhimpunan ini; Memiliki karakteristik kelas, yaitu gerakan yang dibangun oleh sektor kelas yang dieksploitasi; bersifat “siap tempur” (combativenes) yang bertujuan untuk memenangkan pertarungan dengan cara perjuangan dan bukan dengan kolaborasi lintas kelas atau kesepakatan saat kampanye; bersifat otonomi dalam hubungannya dengan individu, organisasi dan institusi seperti partai otoriter, negara dan sebagainya; aksi langsung sebagai bentuk jaminan terhadap kendali kelas dalam perjuangan kelas itu sendiri, tanpa berpartisipasi dalam demokrasi borjuis; pengambilan keputusan dengan cara demokrasi langsung, yaitu gerakan yang diroganisir secara horisontal, dengan keputusan dibuat oleh semua pihak yang terlibat dalam proses perjuangan gerakan tanpa kepemimpinan dari pusat dan mendukung pengelolaan sendiri dan federalisme; Akhirnya, sebuah perspektif jangka panjang yang bisa mendesak tuntutan kebutuhan sehari-hari dan juga mendorong perjuangan dengan tujuan sosialis dan revolusioner.
Singkatnya, semakin kami berhasil mempromosikan strategi ini dalam gerakan, dan semakin banyak gerakan sosial yang berfungsi dengan cara ini, semakin banyak penyisipan sosial yang kami miliki.
Hemat kami, perbedaannya adalah: kerja sosial adalah untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial dan penyisipan sosial adalah mengelola gerakan sosial untuk melaksanakan suatu program. Kerja sosial harus selalu menjadi permulaan dan penyisipan sosial adalah tujuan yang diinginkan dalam gerakan.
Kami memberi ketegasan pada gerakan sosial, sehingga kerja sosial tidak dilakukan secara acak dan bahkan mungkin kami dapat mempertimbangkan aksi pemberontakan, akan mengagumkan bila pemberontakan ini diarahkan melawan penindas, sebagai kerja sosial. Awalnya ada persoalan medan; Apa saja medan perjuangan kelas dan kemungkinan tawaran untuk membentuk organisasi populer? Jika kami memahami kelompok kelas yang dieksploitasi sebagai protagonis revolusi, tidak ada yang lebih jelas daripada bekerja dengan gerakan yang dibentuk oleh orang-orang yang tertindas oleh kapitalisme.
Gerakan ini sudah ada, atau perlu diciptakan - tugas terakhir ini bisa datang dari organisasi anarkis khusus atau tidak. Kerja sosial membutuhkan suatu sistematik yang khusus. Artinya, perlu dilakukan secara teratur dan dikembangkan dengan basis yang kurang lebih solid dan memiliki karakter kelas yang tereksploitasi. Hal ini diperlukan untuk merenungkan tujuan kalian dalam partisipasi ini, di bawah ancaman jatuh ke dalam aktivisme demi kepentingan aktivisme atau membuang-buang energi yang diperlukan untuk kemajuan perjuangan.
Kami harus menekankan bahwa kerja sosial membutuhkan banyak kesabaran dan ketekunan. Karena itulah sikap khusus sangat dibutuhkan. Sesuatu yang disebut FAU sebagai karakter militan (militan style), sebuah istilah yang benar-benar jelas untuk kami dan merupakan sesuatu yang kami mulai merefleksikannya baru-baru ini. Tidak ada militansi yang memberi hasil bila ada perbedaan yang signifikan antara sikap militan. Kami juga tidak ingin agar semua orang bertindak dan berperilaku dengan cara yang seragam atau mereka dipecat karena merugikan kolektif. Ada berbagai kepribadian dan temperamen dalam organisasi.
Apa yang kami pikirkan adalah bahwa kalian harus memiliki parameter kerja sosial khusus yang harus dirangsang dalam organisasi anarkis khusus. Pernyataan prinsip kami sudah mendefinisikan pondasi organisasi kami, namun pengalaman kerja sosial sehari-hari mensyaratkan persoalan yang tidak akan diselesaikan hanya dengan gagasan saja (abstraction). Karena itu, sangat diperlukan bahwa militan bukanlah benda eksotis atau eksogen atau 'makhluk asing' terhadap gerakan yang ingin mereka ikuti (atau akan mengikuti) untuk berpartisipasi di dalamnya. Militan perlu mengetahui bagaimana cara mendengarkan, dan mengetahui bagaimana cara mendengarnya. Juga diperlukan kesabaran, dan yang terpenting, untuk menjadi sangat otentik dan tulus dalam kerja yang dilakukan. Menanam nilai-nilai yang kami pegang bukanlah dengan banyak kata-kata (verbocity) atau indoktrinasi murni, tapi dengan berjalan bahu-membahu, dengan persaudaraan dan solidaritas perjuangan yang terbentang dalam pengalaman kerja sosial sehari-hari. Tidak mungkin untuk mengembangkan kerja sosial, jika saya hanya bisa berinteraksi, bercakap-cakap dan bersosialisasi dengan 'revolusioner' sesama saya.
Jelas, tidak ada militan yang memiliki semua kualitas yang kami harapkan, tapi dari pertimbangan kolektif kami mempertajam nada (sharpen the tone).
Semakin banyak karakter militan ini ada, semakin besar kemungkinan mendapatkan penyisipan sosial. Namun ini bukan tentang ideologisasi gerakan, atau mengubahnya menjadi gerakan sosial anarkis, tapi dengan melakukan hal sebaliknya mereka bisa meju sejauh mungkin menuju cakrawala revolusioner.
JP: Sejak pertama kali mengunjungi FARJ di tahun 2005, kalian telah membentuk front baru, yang kalian sebut sebagai Anarkisme dan Alam (Anarchism and Nature), dalam organisasi kalian. Secara singkat, bisakah kalian menggambarkan kegiatan, fokus dan struktur masingmasing dari tiga bidang ini, di luar gerakan sosial tempat mereka bekerja?
FARJ: Kami beraktivitas dalam gerakan sosial melalui front kami. Front Gerakan Sosial Perkotaan bertindak terutama di Movimento dos Trabalhadores Desempregados - Pela Base (Gerakan Pekerja yang Menganggur - dari Akar Rumput), yang merupakan gerakan yang terdiri dari pengangguran, pekerja dan semua orang yang menderita akibat dari mode kapitalisme dalam beberapa cara. MTD-RJ Pela Base mengorganisasikan seputar kebutuhan masyarakat dan lingkungan tempat ia dibentuk. Sebenarnya kami bisa menghitung beberapa sel (nuclei), sebagian besar aktif di favelas (kota-kota kecil dan perkotaan) dan masyarakat pinggiran Rio de Janeiro. Sel yang berada di Kompleks Monyet (Complexo dos Macacos - sebuah favela di Rio de Janeiro), kami bekerja, pada dasarnya, dengan pendidikan rakyat; kami terlibat dalam organisasi prevestibular (preparatory school - di Indonesia lebih mirip seperti lembaga bimbel), yang merupakan kursus yang dibuat bagi siswa yang tidak dapat membayar biaya tinggi kursus pribadi untuk memungkinkan mereka mempersiapkan ujian masuk universitas negeri. Sel ini, yang terletak di dalam Pusat Budaya Sosial (Centro de Cultura Social), juga melakukan workshop penggunaan kembali (reusing) pakaian dan kertas, yang diorganisir oleh seorang kamerad yang dulu tinggal di sebuah pendudukan yang merupakan sel MTD-RJ dan diusir sekitar satu setengah tahun yang lalu. Sel dari kompleks Penha beraktivitas terutama dengan persoalan budaya, khususnya hiphop. Ada pra-vestibulars lain yang terletak di kompleks Maré, di mana anggota MTD-RJ Pela Base terlibat bekerja sebagai guru. Dan, di luar kota Rio de Janeiro, kami memiliki sel di kota Petrópolis, daerah dataran tinggi negara bagian Rio de Janeiro; Sel ini bekerja dalam persoalan transportasi dan pekerja informal. Ada banyak hal yang harus dilakukan, sel-sel sedang dikonsolidasikan. Yang paling penting adalah bahwa MTL-RJ Pela Base berhasil mengelompokkan bersama berbagai rekan sejawat, yang cakrawala utamanya adalah antikapitalisme dan pengorganisasian gerakan selalu dari akar rumput, mencari otonomi sepenuhnya dari pemerintah, partai dan perusahaan.
Pada level hunian sewa, Front Gerakan Sosial Perkotaan juga beraktivitas di Pusat Akademik Sejarah (Centro Acadêmico de História) di Universitas Federal Rio de Janeiro, dengan bekerja di kalangan kamerad mahasiswa. Untuk menciptakan hubungan antara gerakan mahasiswa dan gerakan rakyat nampaknya sangat diperlukan untuk setiap proyek transformasi sosial, walaupun kami tahu itu bukan pekerjaan mudah.
Front Komunitas kami bertanggung jawab atas berlangsungnya Centro de Cultura Social (CCS-RJ), yang terletak di lingkungan Vila Isabel dan terutama menangani masyarakat Morro dos Macacos. Di dalam CCS ada berbagai kelompok dan proyek. Lokakarya (workshop) literasi dan bioskop dengan anak-anak dan remaja dari Morro dos Macacos, sebuah lembaga pra-vestibular seperti yang disebutkan di atas, yang merupakan kerja sama tiga kelompok (MTD-RJ Pela Base, CCS dan Luz do Sol), pendidikan kesadaran lingkungan dan daur ulang material / menggunakan kembali bengkel, penjualan pakaian bekas dengan harga rakyat untuk masyarakat, kursus ilmu komputer dan, terakhir, Perpustakaan Sosial Fabio Luz (Biblioteca Social Fábio Luz).
Sebenarnya kami bekerja sebagai guru dan pendukung di lembaga pra-vestibular, yang terutama melayani masyarakat sekitar, dalam organisasi Perpustakaan Sosial Fabio Luz (yang memiliki arsip yang berasal dari anarkisme hingga sastra, filsafat dan buku ilmiah) dan di lokakarya literasi dan bioskop dengan pemuda masyarakat. Marques da Costa Research Nucleus (Núcleo de Pesquisas Marques da Costa) juga aktif di CCS, dan bertanggung jawab untuk memproduksi artikel dan penelitian tentang sejarah gerakan buruh dan anarkis di Rio de Janeiro, di mana kami juga menerbitkan buletin berjudul 'Emecé', untuk menyatukan peneliti serupa. Fungsi utama CCS bukan hanya untuk menjadi rujukan bagi gerakan sosial Rio de Janeiro, namun membuka pintu bagi inisiatif otonom dan berkontribusi pada pelatihan sosial dan politik masyarakat di sekitarnya. CCS secara sederhana memenuhi tujuan ini.
Bagian terakhir dan terakhir kami, yang disebut Anarkisme dan Alam, atau agroekologi, diciptakan dari pekerjaan khusus yang dikembangkan terutama di Seropédica (bagian pedesaan Rio de Janeiro) dan di Baixada Fluminense, dan dari kerja militan di Jaringan (Germinal) Sel Kesehatan dan Makanan (Núcleo de Saúde e Alimentação Germinal), yang selama beberapa tahun menyelenggarakan kegiatan di Pusat Budaya Sosial (CCS-RJ), juga mendukung kegiatan masyarakat yang terkait dengan gerakan para tunawisma dan perkotaan.
Yang memulai keterlibatan militan kami dalam kelompok agroekologi dari wilayah ini (Kelompok Pertanian Ekologis - GAE dan Asosiasi Produsen Otonomi dari Kota dan Desa (Field) - APAC), mengakibatkan keterlibatan front dalam kelompok MST (Gerakan Rakyat Tanpa Tanah - Movimento dos Trabalhadores Rurais Sem Terra) dan keterlibatan dengan petani kecil dari wilayah ini. Front juga terintegrasi, melalui gerakan di mana ia dimasukkan, Artikulasi Agroekologi Rio de Janeiro (Articulação de Agroecologia Rio de janeiro - AARJ), yang merupakan jaringan beragam kelompok sosial pedesaan dan gerakan dari negara bagian Rio de Janeiro yang berjuang terutama melawan ekspansi agribisnis, transgenetika dan untuk penguatan inisiatif agro-ekologi. Kami memahami bahwa agroekologi hanya bisa menjadi alternatif untuk berpisah dengan kapitalisme, ketika terhubung dengan gerakan yang memperjuangkan tanah dan mengendalikan produksi di ladang dari perspektif aksi langsung.
JP: Apa fungsi front berkaitan dengan organisasi dan gerakan rakyat?
FARJ: Hubungan dengan organisasi khusus, front bukanlah kelompok dalam organisasi, namun bagian integral dari FARJ. Pembagian front lebih merupakan persoalan tentang pengorganisasian militan yang lebih baik. Sifat otonom front adalah operasi, yaitu, berada di bawah garis strategis yang didefinisikan secara kolektif di dewan federasi kami dan terhubung dengan prinsip dan program organisasi. Hal ini sangat mendasar sehingga kami memiliki visi perjuangan yang sama. Tanpa ini, kerja sosial tidak mungkin dilakukan dan dengan cepat akan beralih ke 'aktivisme demi kepentingan aktivisme', yang akan menjadi pemborosan energi yang mengerikan.
Dan itu terjadi, misalnya, meski tidak terlalu rutin, bahwa militan bermigrasi dari satu front ke front lain; Baik itu untuk tuntutan kolektif organisasi atau untuk kesulitan sementara (atau kemudahan) ini untuk aktif di ruang-ruang tertentu.
Front muncul dari kebutuhan praktek dari gerakan di mana kami beroperasi dan dari kondisi organisasi untuk mengoperasikan dan mengkoordinasikan kegiatan anarkis di ruang-ruang ini.
Sehubungan dengan gerakan rakyat (popular), pada dasarnya kami bermaksud untuk memperkuatnya; menyebar melalui teladan, melalui praktik politik dan etika prinsip-prinsip otonomi, aksi langsung dan horizontalisme. Seperti yang telah kami katakan, kami tidak percaya pada gerakan sosial 'anarkis', gerakan sosial anarkis akan menyingkirkan sebagian besar militan dari gerakan tersebut dan, karena ini, mengasingkan anarkisme ke pojok kegelapan atau hanya untuk kalangan yang terbatas. Namun, untuk menyebarkan nilai-nilai libertarian adalah untuk memastikan bahwa gerakan tidak dimanfaatkan oleh partai dan pemerintah, mereka juga tidak mengambil arah reformis. Aktivitas front dipahami dalam pengertian ini. Dengan bekerja agar otonomi dan daya tempur gerakan terjamin; dan untuk aktif sehingga gerakan menjadi semakin terorganisir dan mencapai cakrawala revolusioner.
Jelas, difusi anarkisme dalam gerakan terjadi secara alami dalam perjalanan praktik kami sebagai militan, bahkan jika tidak berakhir seperti itu, jika ini masuk akal, selalu menghormati pilihan dan posisi pribadi militan yang membentuknya.
JP: Apakah kalian bekerja di luar tiga front ini? Jika iya, jenis pekerjaan apa?
FARJ: Ada beberapa kerja melintang (transversal) di mana kami disisipkan, seperti Universitas Populer, di mana berbagai kamerad dari front dilibatkan. Universitas Populer adalah proyek pendidikan populer yang pada dasarnya berfungsi sebagai lokakarya dan kursus pendidikan sosial dan politik di masyarakat, pusat pengangguran (kemungkinan lembaga pelatihan), pinggiran kota, pendudukan, perkemahan, dan lainlain. Ada juga yang front belum diformalkan yang khusus. Beberapa kamerad terlibat dalam serikat masing-masing atau di lingkungan mahasiswa mereka, namun selalu memprioritaskan pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka di bidang masingmasing. Kami belum meresmikan front sindikalis, karena kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya, namun kemungkinan ini terbuka.
Untuk menghindari kelebihan pekerjaan, sangat penting untuk tidak menguras tenaga militan. Jelas, semua militansi membutuhkan sejumlah pengorbanan; Tapi untuk menguras tenaga militan kami dengan pekerjaan yang tidak dikelompokkan di sekitar tujuan bersama adalah buang-buang waktu. Oleh karena itu kami selalu berpikir secara kolektif (bersama-sama) tentang inisiasi kerja baru. Dengan berpencar-pencar (dispersed) kami kurang efektif; Oleh karena itu, sangat penting untuk memutuskan aktivitas yang akan dioperasikan di lingkup front. Ada pekerjaan di luar front yang berlangsung dalam sekretariat organisasi. Kami tidak menganggap ini sebagai kerja nyata militansi sosial; tetapi kami memilih untuk mendefinisikan bahwa setiap militan harus melakukan pekerjaan eksternal (di dalam front, yaitu pekerjaan dalam gerakan sosial masing-masing) dan kerja internal (dalam sekretariat organisasi). Hal ini mencegah, di dalam kelompok, bahwa ada orang-orang yang hanya fokus pada kerja 'ideologis' internal, sebagian besar merasa nyaman dan terbebas dari kontradiksi dan ketegangan gerakan sosial. Ini juga mencegah agar militan hanya bertindak secara sosial dan tidak khawatir dengan tugas internal organisasi, yang sangat penting. Sangat penting bagi kami bahwa semua militan memiliki kontak langsung dengan dan kerja tetap dalam gerakan sosial di mana mereka dimasukkan, dan mereka melakukan beberapa pekerjaan internal untuk organisasi tersebut.
JP: Pada bulan Agustus 2008 kalian mengadopsi dokumen Anarquismo Social e Organização (Anarkis dan Organisasi Sosial) sebagai program kalian. Bisakah kalian menjelaskan bagaimana dokumen ini disusun dan proses puncak dalam adopsinya?
FARJ: Untuk beberapa lama kami telah berusaha untuk mensistematisasikan beberapa perdebatan yang muncul di dalam organisasi. Refleksi ini dibuat mulai dari pengalaman kami tentang militansi sosial yang dioperasikan oleh front. Program ini dibentuk sebagai formalisasi beberapa gagasan, yang tidak hanya memperhatikan konsepsi anarkisme kami, tapi juga pemulihan, baik historis maupun ideologis, konsepsi organisasi yang membentuk sejarah gerakan anarkis. Kami juga perlu mendefinisikan cakrawala revolusioner kami dengan lebih baik dan memformalkan beberapa metode, menyelesaikan perbedaan dalam konsepsi dan mensistematisasikan refleksi kolektif.
Proses penulisan program dilakukan tidak hanya dari akumulasi pembacaan kolektif yang kami miliki; yaitu akumulasi teoretis, tapi juga muncul dari refleksi front dalam kesulitan, keberhasilan dan kegagalan mereka dalam kerja militansi sosial. Program ini tumbuh dari praktik politik kami, yang sederhana, namun sangat kaya akan kontribusi.
Jadi, kami memulai diskusi internal, di mana kami berbagi tanggung jawab untuk berkontribusi pada teks 'akhir'. Pembacaan semua materi, kontribusi individu dan kolektif agak panjang dan melelahkan, namun penting bagi kami untuk memiliki cakrawala strategis. Pekerjaannya bagus, karena selain itu, militansi kami tidak bisa diinterupsi. Setelah banyak usaha dan diskusi kolektif yang intens, kami berhasil mensistematisasikan materi ini. Poin mendasar dari proses ini adalah bahwa kami berhasil mengelompokkan para militan organisasi, yang memecahkan perbedaan (asimetri) ideologis dan memberikan kontribusi besar terhadap pendidikan diri kami.
Jelas, kami melihat bahwa program ini bukan perjanjian yang ditulis di atas batu, atau sebuah kitab suci. Kami telah menilai bahwa ada beberapa penyesuaian, hasil ketidakakuratan, dapat (dan harus) dilakukan nanti; Artinya normal bahwa ini terjadi. Tapi yang terpenting adalah memberikan kontribusi tidak hanya pada kami, tapi juga keseluruhan gerakan anarkis.
Tanpa diragukan lagi, kami dapat mengatakan bahwa dampak dari program ini jauh lebih besar dari perkiraan kami! Yang memberi kami banyak kepuasan, tapi di sisi lain, memberlakukan lebih banyak tanggung jawab pada kami dan juga membuat kami lebih sadar akan tugas kami.
JP: FARJ baru-baru ini bergabung dengan Forum Anarkisme Terorganisir (FAO) di Brasil. Apa itu FAO dan apa tujuannya?
FARJ: Forum Anarkisme Terorganisir adalah forum yang menyatukan serangkaian organisasi dan kelompok anarkis khusus di seputar visi umum aktivitas anarkis terorganisir dalam gerakan sosial dan populer. FAO adalah ruang untuk debat dan jaringan antara organisasi anarkis, kelompok dan individu yang bekerja atau berniat untuk bekerja menggunakan prinsip dan strategi especifista anarkisme sebagai basis.
Tujuan utama FAO adalah menciptakan kondisi untuk membangun sebuah organisasi anarkis nasional di Brasil. Kami tahu bahwa tugas itu tidak akan berlangsung dalam jangka pendek, tapi tugas ini perlu diinisiasi sekarang. Kebutuhan akan sebuah proyek yang setidaknya mengelompokkan anarkis bersama di tingkat nasional sangat penting agar kami bisa berhasil menangkap kembali kekuatan dari proposal libertarian.
JP: Apa implikasi praktis dari masuknya FARJ ke FAO? Dan mengapa masuknya FARJ ke FAO tertunda begitu lama?
FARJ: Untuk saat ini, untuk berbagi dan setidaknya mengartikulasikan proposal bersama. Untuk mendiskusikan dan memperdebatkan tidak hanya praktik politik kami, namun persoalan teoritis yang tampaknya penting bagi kami untuk melakukan aksi bersama, mendiskusikan realitas lokal yang berbeda di mana kelompok beroperasi.
Ketika proses FAO dimulai, sebelumnya kami memilih untuk membangun organisasi kami secara internal dan mengkonsolidasikan kerja kami, yang telah kami pikir dan evaluasi hari ini sebagai pilihan yang sangat bijaksana, karena kami sudah lebih baik mendefinisikan persoalan strategis dan mengembangkan praktik militan kami. Pilihan ini dipilih, sebagian besar, karena ada ketidaksepakatan seputar persoalan praktis yang menyangkut aktivitas organisasi anarkis lain di Rio de Janeiro, yang selain sayangnya menghalangi FARJ bergabung dengan Forum, segera gagal, dan setelah keluar, dituduh semua kelompok anarkis dan organisasi lain sebagai 'revisionis' dan 'eclectics' (sebuah istilah yang diadopsi secara aneh oleh Lenin dalam banyak teksnya). Dengan demikian, mereka mendekati posisi teoritis yang diklaim sebagai 'Bakuninist', menuduh Malatesta dan Kropotkin sebagai pemikir 'revisionis'.
Di saat yang sama, kami kembali membangun kontak dengan berbagai kelompok anarkis dan organisasi. Kontak ini terjadi secara alami dari pertemuan para militan kami di forum berbentuk kelas dan gerakan sosial di mana mereka berpartisipasi. Prospek bergabung dengan FAO menjadi nyata.
Penting untuk ditekankan bahwa ada banyak kematangan politik dari semua pihak yang terlibat untuk mengatasi persoalan lama. Kematangan ini penting bagi kami untuk menyelesaikan persoalan khusus dan memajukan proposal bersama. Tidak ada cara untuk membangun sebuah forum atau organisasi nasional, tanpa bisa secara fusi membahas semua persoalan yang muncul dalam menghadapi tugas besar ini.
Kami berpikir bahwa FAO sangat senang dengan jalan yang kami pilih, mengelola untuk mempertemukan kelompok dan organisasi yang sekarang membentuknya. Ada juga kemungkinan organisasi lain bergabung dengan FAO segera. Mengetahui bahwa ada kamerad-kamerad lain yang bekerja di daerah masing-masing dengan perspektif anarkisme terorganisir memberi kami harapan besar dalam jalan menuju transformasi sosial.
JP: Afrika Selatan baru saja menyelenggarakan Piala Dunia Sepak Bola, dan Rio de Janeiro akan menjadi 'FIFA Host City' untuk Piala Dunia 2014. Dampak apa yang kalian pikir akan terjadi di kota ini, secara politik dan ekonomi, serta dampaknya kepada gerakan sosial rakyat tempat kalian bekerja? Apakah beberapa hal sudah terjadi?
FARJ: Pada tahun 2007, dalam realisasi turnamen Pan-Amerika (PAN), gerakan sosial telah mengutuk proses 'pembersihan kota' yang dilakukan untuk menerima delegasi asing dan turis. PAN adalah latihan kecil elit di negara bagian Rio de Janeiro dan Brasil untuk mewujudkan rencana yang jauh lebih ambisius, yaitu mengubah Rio de Janeiro menjadi kota yang pada dasarnya daerah wisata yang terbuka untuk kapital internasional yang besar.
Mimpi para elit telah menciptakan mimpi buruk bagi kaum yang dieksploitasi saat koalisi tiga bidang pemerintahan, Lula, Sérgio Cabral (gubernur Rio de Janeiro) dan Eduardo Paes (walikota Rio de Janeiro), yang berasosiasi dengan negaranegara besar dan pengusaha nasional maupun internasional, memulai 'adaptasi' kota untuk Piala Dunia dan Olimpiade.
Rencana yang dimulai dengan Pan-American Cup telah berkembang dengan kekuatan yang lebih besar dalam pemerintahan baru-baru ini, dengan sedikit akumulasi kekuatan gerakan sosial untuk menghentikan proyek-proyek ini. Karena kami (dan gerakan sosial lainnya dan kelompok politik otonom) memperingatkan, banyak gerakan sosial yang telah memilih jalan ilusi mekanisme hukum dihadapkan pada keadaan respon negara yang "semakin keras’, buah dari kesepakatan politik elit, yang secara strategis memindahkan sektor yang kurang lebih progresif dari jajaran dan jalur institusional mereka untuk menyelesaikan proyek mereka dengan pemerintah yang paling reaksioner yang dapat mereka ciptakan.
Implikasi sosial dan politik sangat buruk.
Dalam mengadaptasi kota dengan persyaratan FIFA dan badan kapitalis internasional lainnya, sebuah kebijakan 'zero tolerance' yang sangat mirip dengan model represi AS telah berkembang. Kami memiliki contoh kebijakan genosida ini, kenaikan gaji dan bonus polisi militer Rio de Janeiro (sementara guru di sekolah umum di Rio de Janeiro memiliki tingkat upah terendah di negara ini), pembangunan unit polisi di permukiman kumuh dan pinggiran (Unit Polisi 'Pacifier' atau PPP - Unidades de Polícia "Pacificadora") untuk mengendalikan kemiskinan; dan untuk menghapus ketidakpuasan; dan kebijakan penggusuran; dan menghapus okupasi (pendudukan); dan masyarakat miskin Polisi Rio de Janeiro adalah pembunuh terbesar di Brasil!
Untuk mendapatkan sebuah gagasan, sebuah perjanjian institusional yang disebut 'Shock Order', semacam peraturan AI-5 kotamadya (peraturan dari negara pengecualian kediktatoran militer-sipil pada tahun 1964 yang membatalkan mandat, menangguhkan habeas-corpus dan 'hukum lainnya 'jaminan konstitusional], dilaksanakan oleh pemerintah kota. Hasilnya adalah penggusuran, pengusiran, penindasan dan serangan terhadap pekerja.
Apa yang kami lihat adalah proses peningkatan militerisasi kota untuk melayani proyek nasional elit yang mungkin akan diekspor ke negara-negara federal Brasil lainnya bila diperlukan. Dengan sejarah kota, kami dapat mengatakan bahwa Rio de Janeiro adalah semacam laboratorium sosial bagi elite politik dan ekonomi yang mendominasi Brasil. Janji beberapa calon presiden untuk membentuk Kementerian Keamanan telah mengungkapkan dimensi dalam lingkup pemerintah federal mengenai bagaimana persoalan sosial akan ditangani ke depannya.
Pada persoalan ekonomi kami mendapat keuntungan besar bagi pengusaha dan kapitalis, sedangkan untuk pekerja informal (PKL) mendapat represi dan ketidakjelasan status kerja (precarity). Kenaikan jumlah anggota Garda Kota (Municipal Guard - penjaga militer pemerintah kota Rio de Janeiro) membuktikan bahwa kenaikan (upsurge) sosial itu mengerikan. Spekulasi real estat terus berlangsung. Konsekuensinya adalah gentrifikasi dan marginalisasi orang miskin; termasuk mereka yang tidak mampu membayar sewa tinggi atau membeli rumah di daerah mahal. Kami dapat secara terbuka mengatakan bahwa spekulasi tanah di kota Rio de Janeiro berasal dari proyek elit untuk 'kota ideal': proyek ini memerangi kemiskinan dengan memerangi orang miskin.
Untuk gerakan sosial situasinya sangat sulit. Penindasan, kriminalisasi dan penganiayaan politik selama Piala Dunia, pemusnahan fisik dari ketidakpuasan tersebut merupakan kemungkinan yang harus ditangani dengan serius dan penuh perhatian. Di Piala Dunia dan Olimpiade, kemungkinan ini akan tumbuh, dengan dukungan media dan sebagian besar kelas menengah. Situasi di negara kami saat ini, dipelihara karena proporsi historis, sangat mirip dengan periode kediktatoran militer. Ada fasisme kelembagaan yang sedang berlangsung.
JP: Paling tidak dalam organisasi saya, dan mungkin juga dalam kelompok tradisi Platformis atau especifista lainnya, kami berusaha keras untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan untuk memperkirakan dan menerima militan baru kepada organisasi tersebut, meningkatkan kapasitas dan aktivitasnya; dan mempertahankan tingkat kesatuan teoretis dan taktis khusus. Bisakah kalian berbicara sedikit tentang proses yang digunakan FARJ untuk mendekati anggota baru dan persyaratan untuk bergabung dengan organisasi, baik 'militan' dan 'pendukung'?
FARJ: Penting untuk memahami datangnya rekan-rekan baru dan kebutuhan untuk mengintegrasikan mereka ke dalam dinamika organisasi sebagai 'persoalan yang baik' untuk sebuah organisasi politik anarkis, sebuah federasi yang terbuka, tapi yang tidak sepenuhnya terbuka', karena organisasi memiliki kriteria yang ditetapkan, namun tidak sepenuhnya kaku bagi mereka yang ingin bergabung dengannya. Ada dua kriteria penting, yaitu untuk mengembangkan kerja sosial, dan menyetujui gagasan (proposal) organisasi.
Pendekatan terjadi dengan cara yang berbeda. Kamerad bisa mengenal kami dan bekerja dengan kami dalam gerakan sosial, dan dari kerja sosial ini mungkin mereka akan menunjukkan ketertarikan untuk bergabung dengan organisasi kami. Kami mengetahui bahwa pendekatan ini adalah salah satu cara terbaik untuk mendekati anggota baru, karena ini adalah tentang kemungkinan bertindak bersama dalam kerja sosial yang dikembangkan dalam gerakan sosial, memberi mereka kemungkinan untuk bisa mengetahui kerja politik kami dalam praktik.
Tapi ada kasus yang berbeda, seperti kamerad lain yang mengenal kami melalui materi kami, seperti jurnal Libera, atau melalui ruang anarkis tempat kami bertindak secara langsung, seperti CELIP, dan dari yang disebutkan tadi kemudian mereka tertarik pada organisasi melalui ikatan ideologis yang sama.
Adalah penting bahwa kamerad yang tertarik untuk bergabung dengan organisasi sedang mengembangkan kerja dengan gerakan sosial: mahasiswa, masyarakat, serikat pekerja, petani tanpa tanah dan tunawisma, pengangguran, petani kecil dan lain-lain. Kami menganggap tempat di mana kami aktif bekerja menjadi beberapa tempat terbaik untuk pendekatan.
Ada juga kasus kamerad seperjuangan yang, terlepas dari jarak - baik di luar negara federal atau bahkan wilayah lain di negara ini - ingin mendukung dan berpartisipasi dalam FARJ, oleh karena itu mengenali kami dalam dokumen kami (terutama Anarquismo Social e Organização) dan kami mempertimbangkan untuk mengintegrasikan mereka ke dalam lingkaran FARJ sebagai pendukung atau militan.
Untuk bergabung dengan level pendukung, kamerad umumnya menunjukkan ketertarikan untuk mendukung organisasi tersebut. Keputusan ini diambil dari diskusi kolektif, di mana kami berbicara, terutama tentang militansi kandidat. Setiap kali seorang kamerad baru meminta untuk masuk sebagai pendukung salah satu militan kami memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan dokumen dan teks kepada mereka yang berusaha menempatkan dan menghapus keraguan militan baru, yang berbicara mengenai baik terhadap perumusan maupun juga praktik politik kami. Penting untuk tidak kehilangan akumulasi dan mensosialisasikan refleksi kami.
Masuk ke dalam lingkaran militan mencakup tanggung jawab dan komitmen yang lebih besar, dan merupakan konsekuensi dari pekerjaan yang disebutkan sebelumnya.
Perekrutan militan hanya terjadi ketika kamerad telah bekerja sama di salah satu front sebagai pendukung, dan sudah mengetahui diskusi yang relevan mengenai gerakan sosial di mana mereka berpartisipasi dan materi organisasi. Hal ini penting karena menghindari militansi 'terasing', yang biasa kami lihat dalam organisasi hierarkis partai politik elektoral dan revolusioner. Adalah penting bahwa setiap militan anarkis dapat menerapkan garis politik organisasi, dan setidaknya dipersiapkan untuk pekerjaan politik yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut.
Kamerad ini juga bergabung dengan FARJ dalam ukuran yang menyatakan minat mereka. Oleh karena itu, perlu untuk menetapkan tingkat kepercayaan diri, karena kerja anarkis tidak dapat dibangun hanya dengan afinitas teoritis abstrak.
Dari jalinan solidaritas, rasa hormat dan kepercayaan pada kamerad ini terbentuk dalam perjuangan karena, jika tidak, persatuan itu murni buatan, atau lebih buruk lagi, hanya didasarkan pada ikatan tidak efektif yang kami ketahui ada di keseluruhan organisasi, namun tidak dapat menjadi tujuan kriteria dari praktik politik.
Dinamika itu sederhana. Setelah beberapa lama berada di dalam lingkaran pendukung, para kamerad ini dapat bergabung dengan lingkaran militan organisasi jika mereka menginginkannya, dengan asumsi ini adalah tanggung jawab baru mereka. Adalah penting bahwa inisiatif untuk memasuki lingkaran militan berasal dari orang yang tertarik dan diratifikasi oleh kolektif.
Penting untuk difasilitasi: para kamerad baru (yang tinggal di Rio de Janeiro) akan diintegrasikan sesuai dengan ukuran di mana mereka berpartisipasi dalam kerja sosial dan setuju dengan proposal FARJ, namun tidak hanya dari kesepakatan ideologis yang tidak menghasilkan kesepakatan dengan praktik politik federasi. Lalu, mereka yang berada di kejauhan dapat mendukung mulai dari kesepakatan ideologis dan dari praktik sosial yang mereka kembangkan di kota tempat mereka tinggal.
Kami tahu bahwa kalian akan selalu memiliki asimetri pengetahuan teoritis dan praktis dan perbedaan kemampuan antara rekan lama dan baru. Tetapi organisasi, yang selalu merupakan konstruksi kolektif dan bukan gabungan individu, harus menciptakan bentuk untuk mencoba dan memberi tingkat pengetahuan minimum yang dibutuhkan untuk kerja politik dan sosial. Anggota organisasi juga harus mempersiapkan diri secara individu untuk kerja teoretis dan praktis, di kedua level, sama seperti sosial dan politik.
Kami menyelesaikan asimetri secara kolektif dengan mengadakan seminar internal dan membuat teks kolektif dari bacaan umum atau diskusi kelompok.
JP: Apakah kalian berpikir bahwa proses pendekatan dan konstruksi kesatuan teoretis dan taktis ini, yang melampaui kriteria masuk ke dalam organisasi, dapat bervariasi sesuai dengan kondisi sosial dan politik dari tempat yang ditentukan dan tradisi libertariannya? Bagaimana?
FARJ: Ya. Kami menemukan bahwa kenyataan tidak hanya sesuai dengan kehendak kami, dan organisasi harus siap bertindak dalam berbagai kondisi yang selalu berubah (konjungtur) dan konteks yang berbeda, tanpa model birokratis atau kristalisasi yang tidak membahas realitas beragam yang dihadapi oleh militan anarkis, yang terjadi di Brasil atau bagian dunia lainnya.
Brasil baru-baru ini melepas diri dari masa diktator dan memasuki rezim yang konon demokratis. Dan sejarah negaranegara Amerika Latin penuh dengan periode kediktatoran. Di sini kami memiliki dua momen seperti itu, dari tahun 1930 sampai 1945 dan dari tahun 1964 sampai 1985, dan kami harus sadar bahwa sejarah bisa 'terulang' kembali. Kami juga sadar bahwa realitas militansi di negara kami - bahkan dalam bagian kecil di Brasil, seperti Rio de Janeiro - menyajikan perbedaan dan kekhasan yang tidak dapat diabaikan. Melakukan kerja politik di pedalaman negara federal RJ, atau bahkan di Baixada Fluminense, wilayah kota metropolitan, adalah bekerja di lingkungan yang lebih tidak bersahabat daripada yang dihadapi di ibukota negara federal.
Tapi, persoalannya adalah bagaimana menyesuaikan kriteria untuk pendekatan dan memasuki dalam kebutuhan kami untuk mempertahankan kesatuan teoretis dan strategis? Entah pada masa represi yang lebih besar atau lebih kecil atau mengingat tradisi libertarian yang berbeda. Kami berpikir bahwa hal ini dapat dipertimbangkan berdasarkan pengalaman praktis, seperti FAU (Federación Anarquista Uruguaya), yang telah melewati masa kediktatoran dan demokrasi, dan harus beradaptasi agar tidak menghentikan pembangunan militansinya.
Dan organisasi kami masih sangat muda, masih tujuh tahun; dan sebenarnya dengan memulai militansi kami dalam periode 're-demokratisasi', kami bertindak dalam kenyataan ini, yang memungkinkan kami mengedit jurnal anarkis, mewujudkan aktivitas di universitas dan serikat pekerja, dan lain-lain - halhal yang tidak logis dilakukan di bawah diktator rezim. Tentu, jika represi meningkat, kami harus melakukan semua kerja pendekatan dan masuk ini ke dalam organisasi dengan cara lain yang kurang umum dan kurang terbuka untuk memastikan kelangsungan pekerjaan organisasi dan nyawa para militan.
Kami mengatakan ini untuk mendukung posisi: tidak akan membantu hanya mengambil buku resep dan mencoba menerapkannya sepenuhnya kepada kenyataan kami. Salah satu kriteria dasar sebuah organisasi yang ingin bertahan pada waktu yang lama untuk dapat mempengaruhi kenyataan adalah bahwa ia harus mengetahui bagaimana cara mengamati konjungtur, dan dari situ menyesuaikan tindakannya.
Misalnya, di FARJ, kami mengambil beberapa waktu untuk mencapai level persatuan yang kami miliki saat ini tapi kami tidak berpikir bahwa persatuan yang lebih lemah pada awalnya adalah alasan untuk 'berpisah'. Sebuah organisasi yang mulai terbentuk, terutama di lokasi yang tidak memiliki tradisi panjang militansi, perlu bersabar.
Kami benar-benar mempertahankan kesatuan teoretis dan taktis, namun jika kami menciptakan sebuah organisasi, misalnya, kami tidak dapat 'memperketat' tuntutan untuk persatuan terlalu banyak tanpa diskusi ekstensif, karena ini akan sangat membatasi jumlah militan organisasi (seperti pada banyak Kelompok Trotskyis).
Oleh karena itu, perlu disyukuri: Kesatuan dicapai melalui proses pelatihan, diskusi dan, secara mendasar, praktik politik organisasi dalam perjuangan. Jadi, kalian harus memberi 'waktu', yaitu untuk menempa dasar minimum persatuan untuk menyatukan sekelompok teman untuk memulai diskusi dan kerja dan, dalam konteks ini, 'memperketat' kesatuan, organisasi, dll. Militansi adalah juga budaya dan orang tidak berubah secepat itu. Mereka akan setuju dengan dokumen atau kerja organisasi, dan secara bertahap akan melihat perlunya disiplin, keteraturan dalam pekerjaan mereka, pendalaman teoritis dan lain-lain. Tidak ada gunanya bagi militan baru untuk bergabung dan kalian harus 'melempar' segunung tuntutan di atas mereka karena mereka mungkin akan meninggalkan organisasi.
Hal ini harus menjadi latihan permanen untuk mengetahui seberapa banyak 'untuk mengencangkan baut', karena, jika benar bahwa bila tidak terlalu ketat mungkin ada masalah, jika kalian mengencangkannya terlalu banyak, maka menjadi rusak. Artinya, organisasi harus memiliki peningkatan persatuan yang permanen, namun selalu 'mengencangkan baut' ke ukuran yang benar, tidak melebih-lebihkan atau tidak menguranginya.
Terkadang bisa lebih baik memulai dengan garis yang lebih mendasar dan terus mengembangkan diskusi sambil jalan, daripada mencoba menutup semua poin terlalu banyak di awal.
Terakhir, kami harus mengatakan bahwa organisasi dan kesatuan organisasi anarkis harus disertai dengan kerja dalam gerakan rakyat. Tidak ada gunanya ingin memiliki organisasi anarkis dengan tingkat organisasi dan kesatuan yang maksimal jika hanya sedikit sekali perjuangan, jika mereka sangat tidak teratur dan lain-lain. Sebagai pelengkap perjuangan pergerakan, organisasi anarkis harus menyertai tingkat perkembangannya, tanpa melupakan konjugasi; Dengan bangkitnya perjuangan sosial, wajar bila organisasi anarkis harus menyesuaikan diri dengan hal ini.
JP: Apakah kalian ingin menambahkan hal lain?
FARJ: Hanya mendoakan kekuatan bagi para kamerad anarkis, terutama yang berasal dari Zabalaza (ZACF). Kami berharap gerakan sosial otonom berkembang maju sehingga kelompok dan organisasi anarkis dengan rendah hati berkontribusi pada cakrawala perjuangan yang memiliki tujuan revolusioner, sehingga inilah tugas kaum tertindas. Masih ada ruang untuk bermimpi di dunia.
[1] Pada tahun 2012, dari hasil pengorganisiran FAO selama 10 tahun terbentuklah Coordenacao Anarquista Brasiliera (Koordinasi Anarkis Brasil - CAB). Bisa dibilang CAB menggantikan peran dari FAO, karena CAB "menkaliani transisi dari sebuah forum ke sebuah koordinasi nasional, yang membuktikan adanya peningkatan keberlangsungan dan meletakkan fondasi untuk maju menuju organisasi anarkis Brasil”. -Tentang CAB https://anarquismo.noblogs.org/?page_id=6