Imaji Rajamandala
Anarkisme, Konsep Berpikir, dan Aksi
Anarkisme adalah sebuah ideologi. Namun selayaknya ideologi, tanpa memaknai intisari dari ideologi tersebut dan fungsinya dalam praktek dan bersikap, mereka yang tidak memahami esensi ideologi hanya akan menjadi seorang penyembah tekstual, menghabiskan separuh hidup mereka untuk berdalih dan mencari pembenaran atas pemahaman sempit mereka.
Tapi bagiku, anarkisme adalah sebuah konsep berpikir, sebuah pedoman dalam aksi, dan sebuah kerangka dalam bersikap. Anarkisme adalah sebuah bentuk pembangkangan, sebuah pemberontakan total terhadap sesuatu yang dianggap mapan dan nyaman sehingga bisa menimbulkan pertanyaan, “sudah amankah kita selama ini dengan apa yang kita pahami ?”. Anarkisme bukanlah sebuah ideologi main-main yang bisa ditertawakan karena pendirinya sudah mati dan penganutnya ditangkapi, namun anarkisme adalah bagaimana kita bisa tetap berdiri melawan, menantang ketidakmungkinan, menuntut apa yang seharusnya kita rasakan.
Dalam anarkisme, tidak ada penggolongan yang harus menjadikan kita fanatik. Dalam anarkisme, tidak ada keseragaman pemikiran yang harus dipaksakan. Anarkisme adalah sebuah wujud keliaran, menyatu dengan insting dan intuisi kita dalam bertahan dan menyerang. Selama kita tahu bahwa kemapanan saat ini telah meracuni kita, menjadikan kita boneka atau makhluk tanpa isi kepala, dan kita bergerak total untuk melawannya dengan segala cara, disitu kita adalah seorang anarkis. Melawan, menghancurkan, dan membangun ulang diatas reruntuhan.
Walau sendirian, seorang anarkis tidak segan untuk menantang. Karena bagi anarkis, pikiran setiap orang itu unik, liar, dan tidak bisa diseragamkan atau dijinakkan. Anarkis berada dalam satu visi, tapi dengan misi yang berbeda, dan aksi yang tidak pernah sama. Visi mereka adalah untuk membangun ulang, misi mereka adalah menghancurkan tatanan yang mengekang, dan aksi mereka akan selalu melawan apapun atau siapapun yang menghadang dan mencoba menanamkan kontrol absolut pada kemerdekaan mereka.
Anarkisme telah mengantarku ke ujung dunia, dimana semua kemustahilan bisa aku tuntut sesuka hati, seliar intuisi.