Title: Destroy Gender
Language: Bahasa Indonesia
Publication: Heart Void
Date: April 6, 2016
Notes: Diterjemahkan oleh Heart Void ke bahasa indonesia, dari tulisan dengan judul “Destroy Gender”.
l-k-lena-kafka-destroy-gender-id-1.jpg

Gender sebagai Sistem Pengaturan

Gender adalah sebuah hirarki, salah satu perangkat pengaturan, yang membedakan dan mengkategorikan tubuh/orang. Tubuh dikategorikan ke dalam gender berdasarkan penampilan, perilaku, posisi ekonomi/sosial/budaya, dan lain-lain.[1] Kategori-kategori tersebut ditumpuk dalam sebuah hierarki, di mana laki-laki dan kerja laki-laki lebih dihargai daripada perempuan dan kerja perempuan (pekerjaan rumah tangga, perawatan remaja/lansia, pekerjaan psikologis/sosial, pelayanan makanan, ritel, semua pekerjaan yang berbasis kerja emosional, dan sebagainya).[2]

Gender menggunakan kategorinya untuk berperan dalam mengatur ranah sosial untuk mempertahankan reproduksi sosial. Hal ini menciptakan pembagian kerja berdasarkan gender, antara maskulin dan feminin, “pekerjaan laki-laki” dan “pekerjaan perempuan”. Pekerjaan perempuan dihargai dan dibayar lebih rendah, dan untuk sebagian besar pekerjaan rumah tangga tidak dihargai sama sekali. Menghargai tenaga kerja perempuan lebih rendah dari laki-laki merupakan upaya untuk membuat perempuan kelas pekerja bergantung pada laki-laki secara ekonomi. Ketergantungan yang dipaksakan pada hubungan heteroseksual sama tuanya dengan peradaban dan masyarakat kelas. Perempuan dipaksa, baik secara struktural maupun interpersonal, untuk menjalin hubungan dengan laki-laki demi kelangsungan hidup dan reproduksi peradaban. Seperti yang dikatakan dalam “Against the Couple-Form”, “alih-alih sebuah konsep esensialis, kategori perempuan merupakan modus eksploitasi berbasis gender dan menempatkan jenis-jenis kerja tertentu ke dalam ranah privat yang tidak diupah.”[3] Ranah kerja reproduksi.

Eksploitasi ekonomi bukanlah satu-satunya cara gender mengatur kita. Di tingkat sosial, gender menetapkan standar dan norma untuk tubuh dan perilaku kita. Tubuh dimasukkan ke dalam kategori berdasarkan karakteristik jenis kelamin sekunder, suara, perilaku, pakaian/estetika/etnis, dll. Ekspektasi ini bervariasi berdasarkan situasi dan posisi sosial/budaya. Gender mengatur tubuh ke dalam norma-norma tertentu untuk ditafsirkan ke dalam kategori tertentu (pria/wanita, dll). Norma-norma ini diatur dengan interpretasi yang lebih ketat untuk perempuan, dan dengan hukuman yang lebih berat untuk setiap pelanggaran. Gender adalah hal yang memberi tahu perempuan bahwa kita tidak cukup atau terlalu banyak melakukan segala hal. Gender mengatur pergerakan kita (“tidak aman di malam hari”) dan kemampuan kita (“bukan itu yang dilakukan perempuan”, “perempuan tidak boleh melakukan ini atau itu”). Gender menciptakan kecemasan/keinginan kita untuk menjadi “jantan” dan “betina”, untuk memenuhi cita-cita kapitalis tentang tubuh dan tindakan yang mudah diidentifikasi, dikategorikan, dan dapat diprediksi. Gender mengatur ranah sosial.

Pengaturan dan gender mendefinisikan semua aspek dalam hirarki peradaban. Pengaturan adalah regulasi, normalisasi, dan (re)produksi tubuh/orang dan teritori. Hal ini dilakukan melalui penjara, polisi, pengawasan, perbatasan, gender, pekerjaan, penggusuran, sekolah, rasisme, utang, xenofobia, dan sebagainya, menciptakan kelas yang diuntungkan dan kelas yang dirugikan.[4]

Dilakukan untuk apa?

Semua orang di lingkungan itu tahu untuk melakukan penghancuran total, menghapuskan apa pun, menghantam ini atau itu. Gender hanyalah sebuah alat yang harus dihancurkan, dibakar, dan dibuang. Untuk menghancurkan sebuah alat, kita harus menghancurkan akarnya. Tapi pertama-tama, tanah yang menutupi dan melindungi akarnya. Polisi, rasis, misoginis-patriarkat dari segala jenis-ini adalah tanah yang harus kita gali.

Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Menghadapi polisi membutuhkan militansi (kewaspadaan + kesadaran + pengetahuan taktis), namun militansi menuntut komitmen dan persiapan yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Dalam kebanyakan ''lingkungan progresif'', melakukan serangan dianggap sebagai tindakan yang tergesa-gesa, kurang tepat, atau yang paling buruk, sebagai tindakan reaksioner.[5] Kaum revolusioner tahu bahwa mereka yang menunggu serangan negara untuk menghantam mereka, yang menunggu tragedi untuk digunakan sebagai pengaruh dan pembenaran bagi reformasi, adalah kaum reaksioner yang sebenarnya. Kaum revolusioner harus mendorong lebih dari sekedar reformasi, konsesi dan kemunduran, dan mendorong untuk mendobrak normalitas kehidupan sehari-hari. Kita harus mendorong pemberontakan terhadap semua bentuk pemerintahan.

The Coming Insurrection menyatakan, “Tujuan dari setiap pemberontakan adalah untuk menjadi tidak dapat diubah.”[6] Menjadi tidak dapat diubah berarti menggali akar-akarnya dan patriarki, dan segala bentuk hierarki, dihancurkan. Secara lebih nyata, ini berarti bahwa kita memiliki komunitas dan ruang yang tidak hanya aman, tapi juga berbahaya bagi mereka yang menentang keinginan dan ruang kita. Bukan hanya ruang aman untuk kelompok membaca, tapi juga wilayah-wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan kelas pekerja/perempuan/yang terpinggirkan (bebas dari kekerasan berbasis gender). Ruang-ruang ini tidak bisa begitu saja diberikan kepada kita oleh kekuatan yang lebih tinggi. Melalui pendudukan di wilayah perbatasan dan lokasi produksi, atau wilayah perlawanan yang tidak terlalu formal, seperti teman-teman yang saling mendukung, kita akan membuat atau merebut kembali ruang-ruang tersebut.

No Tucking, No Masters

Pemberontakan kita terhadap gender tidak dapat berhenti hanya dengan pengidentifikasian gender pada diri sendiri, atau dengan adanya serangkaian istilah baru yang harus dihormati oleh semua orang. Pemberontakan harus melampaui batas-batas ini menjadi sebuah permainan bebas dalam tindakan, perilaku, seksualitas, dll. Di mana melakukan atau menikmati satu tindakan atau tindakan lainnya tidak mengkategorikan Anda ke dalam peran yang membatasi.

Bebas dari pengaturan berarti bebas dari gender. Bebas dari gender berarti bebas dari kategorisasi, normalisasi, dan eksploitasi oleh pengaturan.


Lena Kafka


[1] Jika kita dapat memisahkan sosial dari politik, pribadi, dll.

[2] Ini bukanlah kategori universal, pengecualian mungkin ada tetapi kita melihat struktur dari semuanya.

[3] Lies: a journal of materialist feminism, Volume 1

[4] Berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan

[5] Memandang serangan terhadap polisi sebagai tindakan reaksioner adalah pandangan yang biasanya dipegang oleh mereka yang lebih liberal di lingkungan kita, yang masih mengambil moralitas mereka dari negara meskipun negara adalah pihak yang memfasilitasi pembunuhan dan kesengsaraan. Meskipun saya pikir kita tidak perlu mengambil kritik mereka ke dalam hati, kita tetap harus menyadari kehadiran mereka di dalam lingkaran dan ruang kita.

[6] Hal 130, Semiotext(e)