Setiap pilihan diiringi konsekuensi

Ketika kita meningkatkan Gerakan-gerakan radikal yang menantang kekuasaan kolot, kita harus mengantisipasi dan bersiap menghadapi represi sebagai konsekuensi.

Ditengah intaian rasa cemas, Pengembangan yang lebih dan pertahanan aktivitas kita membutuhkan responsif yang efektif dan konsisten terhadap tindakan represif negara. Salah satunya adalah Memberikan dukungan moral, politik dan material bagi mereka yang berada dalam penjara.

Tertangkapnya kawan AL-Mungkar 03 mei 2023, menjadikan salah satu alasan zine ini diterbitkan, saling mendukung sudah menjadi prinsip dan mendukungnya disisi kebutuhan adalah salah satu cara kami.

Untuk kawan Al-Mungkar,salah satu dari kerumunan yang gelisah,

Kita tidak menginginkan pengampunannya, kita hanya menginginkan kehancurannya.

Tapi, apapun yang kau pilih, jangan lengah. Tak ada yang akan jadi ancaman bagimu!

Seorang anarkis adalah seseorang yang tidak membutuhkan seorang perwira polisi untuk berperilaku.Ammon Hennacy (1893–1970)

Dalam masyarakat demokratis, rezim fasis adalah burung yang asing baginya. Kebutuhan akan seorang petugas polisi ditentukan secara sosial dan kitalah dimasyarakat yang harus dapat memutuskan bagaimana masyarakat seharusnya berfungsi, lalu menyelesaikannya. Itu akan membuktikan bahwa kita bisa melakukan jauh lebih baik tanpa Lembaga yang sudah ketinggalan zaman ini. Penjara dalam banyak hal adalah realitas palsu dimana orang-orang dipaksa oleh kondisi untuk mengadopsi norma sosial dan harapan budaya yang berbeda.

Bagaimana kemunculan penjara?

Penjara muncul dari masyarakat berdasarkan kontrol sosial dan penindasan perbedaan politik diantara kelompok-kelompok yang secara historis telah diperbudak, hingga berujung dibunuh.
– Alfredo M Bonnano

Di Abad Pertengahan, ruang bawah tanah dan penjara sudah ada.Tapi mereka mengurung orang hanya sampai mereka diadili, sampai mereka membayar uang tebusan, atau sampai mereka dieksekusi. Jadi Ketika kita menelisik secara historis kita dapat menyimpulkan bahwa para tahanan ini tidak dibawa ke pengadilan; mereka langsung dipenjara. Tetapi sekarang hukum ada untuk tidak hanya ingin mengontrol tetapi juga ingin membawa pelakunya, yaitu mereka yang telah melanggar aturan, dan sebelum kembali ke ‘normalitas’ kehidupannya, penjara harus memastikan perilaku yang dilakukannya tidak akan terulang lagi.

Sistem penjara juga mengontrol narapidana menggunakan konsep devide and rule. Masalah seputar kelas, ras, gender, dan seksualitas hanyalah beberapa cara di mana penjara dan penjaga penjara mempermainkan tawanan mereka satu sama lain dan berusaha untuk melanggengkan budaya keterasingan. Bukan niat saya untuk terlalu terjebak dalam isu-isu seperti itu. Namun, penting untuk mengenali dan melihat kenyataan bahwa bagaimana isu-isu ini terjadi di dalam Lapas.

Bukan pengecualian, Penjara bukanlah penyalahgunaan kekuasaan, Negara membangun penjara agar bisa menempatkan kita di dalamnya. Dan inilah penjara yang nyata, di mana kita dipaksa untuk tunduk dan mengadopsi model perilaku yang tidak kita putuskan sendiri,

Melalui pendekatan genealoginya, foucault menguraikan pengertian penjara dalam tiga bagian:

Pertama, faucault memaknai penjara sebuah Lembaga yang penuh akan kekerasan, dengan mengartikanya bukan sebatas sebagai sebuah instrument perampas kebebasan, namun ia membawa pengertian ini ke wilayah yang lebih luas, yaitu mengartikan sebagai sebuah tahapan dimana hukuman secara korektif itu diperlakukan. Melalui para terpidana itu, akhirnya menghasilkan sebuah pengetahuan baru mengenai ciri-ciri atau pengertian mengai kejahatan.

Faucault menyangkal bahwa kelahiran penjara bersaman dengan munculnya penetapan perundang-undangan. Ia berpendapat bahwa jauh sebelum sebuah prosedur diintegrasikan melalui undang-undang, sebenarnya penjara telah melakukan cara kerjanya secara sistematis, melalui pemisahan serta penyebaran individu dalam sel-sel yang berbeda, yang diklarifikasikan menurut apa yang telah mereka perbuat dan lakukan.

Hal tersebut digunakan untuk melatih tubuh mereka dengan pendekatan individu masing-masing. Sehingga setiap individu memiliki kemanpuan dan tingkat pengatahuan yang bervariasi, namun masih dalam satu perintah, guna membentuk mereka menjadi ‘tubuh pengetahuan’ yang microphysis.

Kedua, Tindakan illegal dan pelanggaran. Foucault menganalisis keberhasilan dari penjara yang dianggap telah gagal menjalankan tugasnya. Maka dari itu penjara merubah strategi dan tujuannya untuk menghadapi ‘tindakan ilegal’.

Ketiga, pucak pembentukan ‘ruang pemenjaraan’. Kita telah melihat bahwa penjara merubah prosedur penghukuman menjadi Teknik penahanan dan ruang penjara menyebarkan Teknik ini kedalam seluruh ruang sosial. Namun hal tersebut menimbulkan beberapa dampak, hal tersebut antara lain; selama zaman klasik, aturan aturan mengenai kejahatan, pengakuan dosa dan lain-lain terkait dengan instansinya masing-masing pengadilan, hukuman pengurungan dan gereja ternyata tidak saling terkait. Ruang penjara justru berfungsi lebih luas dari tujuan awalnya, yaitu membentuk sebuah hukuman yang sangat koheren dengan keinginan dalam tubuh masyarakat.

Lalu dampak yang lain, para pemberontak entah itu yang berada dalam kasta berbeda, akan ditempatkan dan disesuaikan dengan stratifikasi sosial mereka kedalam ruang-ruang pemenjaraan yang sesuai dengan setiap kasta masing-masing.

Foucault agaknya terlalu jauh untuk meramalkan perihal disiplin dan hukuman. Dimana keadaan kala itu sangat terbatas untuk menggali mengenai kedua hal tersebut, namun sekiranya ia telah berhasil dalam banyak hal, terkait dengan pendekatan arkeologinya atau genealoginya. Terutama melalui genealogi miliknya yang membuat kita mudah memahami relasi kuasa atas tubuh sebagai locus, mengetahui bahwa eksistensi kekuasaan melalui kontrol penguasaan atas massa sangat berpengaruh dalam lahirnya pengetahuan penaklukan serta mengenal lebih jauh dan masuk akal jika kelahiran penjara yang merupakan fase terakhir dari cara menghukum yang dianggap paling manusiawi melalui pensucian serta rekontruksi strategi penyiksaan.

Kelas tereksploitasi selalu tahu bagaimana mengenali penindasan ini; ia tidak pernah berhenti menolaknya; tetapi masih dipaksa untuk tunduk padanya. Pendukung utama penjara, tanpa disadari atau diinginkan, adalah para narapidana itu sendiri. Sama seperti pekerja yang melihat dirinya dalam dimensi pabrik. Jadi Penghancuran penjara, di sisi lain jelas terkait dengan konsep revolusioner penghancuran Negara, ada dalam proses perjuangan..

Mengapa kita perlu melawan penjara?

Apa yang benar-benar ditunjukkan oleh sejara adalah bahwa kerajaan masa kini adalah abu masa depan, bahwa tidak ada yang abadi, dan bahwa tidak melawan sama saja dengan menyetujia penindasanmu sendiri. Bentuk kewarasan terbesar yang bisa dilakukan oleh siapapun adalah melawan kekuatan yang mencoba menundukkan, menindas, dan menghancurkan jiwa manusia.
– (mumia abu jamal)

Jika kita tertarik untuk menciptakan Gerakan radikal yang bisa membuatnya hancur, dan proses generatif yang dapat kita pahami sebagai revolusi, menantang sistem penjara adalah titik awal yang baik. Penjara adalah pertanda keinginan negara kapitalis untuk merencanakan kekayaan dan kekuasaanya. Mereka menyediakan cara bagi negara untuk terus berfungsi secara efektif dan merupakan satu fase dalam garis perbudakan, perampasan dan genosida. Untuk menghapus segala bentuk penindasan, kita harus bekerja untuk menghakiri pemenjaraan massal.

Penjara adalah respon spesifik terhadap momen ketidakstabilan dan krisis dalam sistem kapitalis. Ruth Wilson Gilmore menjelaskan bagaimana kompleks industri penjara membantu menyelamatkan negara dari krisis ekonomi dan sosial; ‘perluasaan penjara merupakan solusi geografiks untuk masalah sosial-ekonomi, yang secara politik diatur oleh negara yang sedang dalam proses restruksisasi radikal.’ Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa ‘modus operandi untuk memecahkan krisis telah menjadi kontrol yang koeresif, identifikasi tanpa henti dan penghapusan kekerasan baik oleh musuh asing.’ Musuh dalam konteks ini adalah siapa saja yang memiliki kesempatan dalam menumbangkan system dominasi ini.

Sudah sangat jelas bahwa sistem penjara menargetkan orang-orang yang sudah terpinggirkan, dan terutama orang-orang yang memilih membelot dan dianggap ancaman bagi masyarakat. Jika penjara adalah contoh dari intersektionalitas yang buruk, tempat dimana orang-orang terpinggirkan dikumpulkan satu tempat, maka kita memiliki kesempatan untuk membangun Gerakan yang merangkul intersektionalitas yang baik.

Menurut dean spade, yang menulis banyak tentang orang-orang trans dan sistem hukum pidana, ‘ mencari tahu kendali khusus yang menyebakan komunitas tertentu menghadapi jenis-jenis kekerasan tertentu ditangan polisi dan dalam tahanan, dapat memungkinkan kita untuk mengembangkan solidaritas disekitar, berbagi pengalaman bersama yang berbeda dengan kekuatan-kekuatan ini kita membangun resistensi efektif yang dapat sampai ke akar masalah.’ Solidaritas semacam ini berkembang pada perbedaan-perbedaan kita, dan membangun kekuatan kita dan merespon sistem pemenjaraan yang sangat kaku dan pengelompokan dengan penolakan untuk didefiniskan oleh sistem yang mencoba untuk membendung kita. Bertempur melawan sistem industri penjara dapat menjadi bagian diaman kita dapat membangun bentuk-bentuk kelompok baru(dan membangun diatas bentuk-bentuk yang lama) untuk menghadapi tantangan yang lebih luas untuk kekuatan yang menciptakan dan mendapatkan manfaat dari sistem yang menindas.

Penjara tidak sendirian dalam menjadi tameng negara untuk merespon dan menghadapi krisis semacam itu. Tetapi tidak seperti intervensi militer yang berlaku secara global, hingga penjara fokus ke dalam penjara. Entah kita mengatasinya atau tidak, penjara adalah tempat kita berakhir jika memberikan sebuah perlawanan pada kekuasaan. Tantangan seperti itu pasti menimbulkan respon represif dari kekeuasaan, dan penargetan pemenjaraan adalah hasil akhir yang mungkin bisa terjadi.

“Bakar,bakar sayang, bakar...
– (Teriakan lantang para tahanan di Warkwort Kanada saat penjara mereka terbakar habis)”

Kekuasaan menginginkan kita untuk percaya bahwa kita tak bisa melakukan sesuatu. Ia ingin menjadi kebal. Tapi nyatanya, itu tak akan terjadi. Kekuasaan dapat diserang di mana pun ia terwujud: di kantor, institusi, dan seragamnya. Dan pemberontakan ini hanya bergantung pada diri kita sendiri.”

Bagamana mengatasinya? Bagaimana orang-orang dalam masyarakat bebas menangani konflik dan bahaya sosial? Apa metode terbaik untuk menyelesaikan masalah dan konflik dalam kolektif? Kita semua mengetahuinya: dialog, rekonsiliasi, diskusi singkatnya mediasi. Itu selalu ada.

Lesage de La Haye (Lesage de La Haye hal. 77) bercerita tentang penduduk asli Guerrero, di wilayah Costa Montana di Meksiko. desa membentuk federasi dengan “kepala keamanan”, hakim, dan komite keseluruhan yang dipilih secara lokal. Seorang Pelanggar dibuat mediasi, pendidikan ulang, dan reparasi. tidak ada penjara (negara bagian Meksiko tidak senang akan hal itu). Dengan seratus ribu orang, itu telah berlangsung selama lebih dari lima belas tahun (pada saat publikasi ini). Dia juga merujuk pada contoh lain dari manajemen komunitas yang sukses atas keselamatan publik di seluruh dunia.

Dari berbagai contoh dan alternatif yang ada, langkah- langkah kecil yang dapat kita lakukan atau Cara terbaik untuk mengurai bahaya adalah dengan membangun komunitas yang aman dan sehat di mana kebutuhan dasarnya terpenuhi dan Alih-alih memanggil polisi setiap kali ada konflik di lingkungan kita, kita dapat membentuk forum komunitas dan praktik mediasi untuk menangani kerugian dan konflik.

Tahanan adalah pemimpi, dan apa yang paling diimpikan adalah kebebasan.
– (Elizam escobar)

Tidak ada negara yang sejarahnya tidak diwarnai dengan kebrutalan perang, konflik bersenjata, yang dilakukan oleh kekuatan ekonomi, tidak pernah membawa apaun selain kesengsaraan dan kematian diantara negara-negara, sementara bajingan yang berkuasa tidak pernah mati dimedan perang.

Hari ini kita terus menyasikan kebiadaban yang kejam, dengan banyak teknologi militer dan persenjataannya. Sekali lagi, alih-alih menggunakan sains untuk membuat hidup kita lebih mudah, itu digunakan untuk membela kepentingan negara dan kelas-kelas berjouis ataupun kelas yang setara dengannya. Dengan cara ini, dibantu oleh perkembangan teknologi, perang telah menjadi salah satu bisnis terbesar para pempinpin bajingan. Dengan ini didunia semi global dan pasukannya, kita menghadapi bencana terbesar dalam sejarah manusia.

Dimana-mana sistem penjara dan negara yang refresif membuat kita sulit membayangkan keberadaan tanpa mereka yang terpenjara. Bagian dari pekerjaaan kita adalah untuk membuat imajinasi itu mungkin, meskipun kita belum sepenuhnya tahu serangkaiaan kemungkinan yang akan dilihat dengan membalikkan sistem ini. Mengutip dean spade; apa artinya merangkul, bukanya menghindar dari ketidakmungkinan cara hidup kita serta visi politik kita, apa yang dimaksud dengan menginginkan masa depan yang bahkan tidak dapat kita bayangkan tetapi yang diceritakan tidak pernah ada? Abolisi adalah praktik transpormasi saat ini dan selamanya. Ini menggema dalam karya ahli teorikus queer Jose Estaban Munos yang menulis,’Queerness adalah mendidik Hasrat yang memungkinkan kita untuk melihat dan merasakan apa yang ada diluar reruntuhan masa kini. Kita harus berusaha dalam menghadapi secara total realitas saat ini, untuk berfikir dan merasakan saat itu dan saat ini. Beberapa orang akan mengatakan bahwa semua yang kita miliki adalah kesenangan saat ini, tetapi kita tak boleh puas dengan jalan yang tersisa itu; kita harus memimpikan dan membuat kesenangan yang baru dan yang lebih baik, cara lain untuk berada didunia, dan pada akhirnya kita punya dunia baru.

Bukan suatu kebetulan bahwa munoz menggunakan Bahasa ‘rumah tahanan’ untuk menggambarkan masa kini. Sesungguhnya, pembacaan yang kaku terhadap apa yang mungkin dimasa sekarang akan selalu membawa kita Kembali ke bentuk reformasi yang stagnan, yang malah mendukung dan bukannya melawan status qou untuk penghapusan.

Gagasan tentang apa itu pemenjaraan masaaal dan apa yang dapat dilakukan tentang hal itu. Pemenjaraan massal dan keberadaan penjara sebagai respon terhadap masalah sosial, tidak dapat dielakkan atau dihancurkan. Ini adalah kebijakan yang direncanakan untuk meredam Gerakan radikal dan menekan komunitas kelas bawah. Untuk melawan ini kita perlu membangun Gerakan yang mendorong multiplisitas berbagai strategi, banyak identitas, beberapa model partisipasi dan menghormati dan memperjuangkan tahanan politik secara politis.

Namun penting untuk ditekankan bahwa meskipun kurangnya contoh alternatif yang saya tuliskan untuk penghapusan penjara, itu tidak melegitimasi penertiban zine ini. Tapi Keadilan restoratif dan transformatif tidak akan mengakhiri masyarakat dengan penjaranya tanpa solidaritas yang konsisten dan serangan berkelanjutan.

Kita harus berdiri tegar dalam menghadapi penindasan dan tahu bahwa kita lebih kuat Ketika kita berdiri untuk satu sama lain dan sementara kita tetap pada keprahatinan praktis dari perjuangan harian kita yang mendesak, kita harus mengingat tujuan, mimpi dan membayangkan apa yang dunia baru dapat kembangkan dari aktivitas kita. Ingat, mereka lebih takut kepada kita ketimbang kita kepada mereka. Mereka memahami dengan jelas bahwa kita memiliki kekuatan untuk mengubah sistem busuk ini, dan kita telah menujukkan bahwa kita dapat menghadapi ketakutan kita.

Apa itu kejahatan? Siapa penjahatnya?

Secara gambaran besar, Penjahat sejati, yang saya maksud adalah orang yang dengan sengaja mengorbankan orang lain untuk keuntungannya sendiri, dan hal ini ada di semua lapisan masyarakat.

Di negara ini, pembuat keputusan sebagian besar adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan dan Yang jarang dihukum penjara adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang dari sektor masyarakat yang lebih kuat.

Berdasarkan asumsi yang tidak masuk akal bahwa seorang “penjahat dapat diidentifikasi menurut perilaku, penampilan, dan asal etnis atau ras”. mitos jenis kriminal ini telah bertahan sangat lama mungkin selama kejahatan itu sendiri. Jadi menurutnya Pelabelan penjahat ini sebagai “spesies sub-manusia yang harus diperlakukan sebagai non-manusia

Pelabelan “kelas kriminal” juga melayani beberapa fungsi. Terutama, dalam hal bertindak sebagai alasan untuk mengontrol dan menghukum kelompok pembangkang dan kelompok yang tidak berasimilasi.

Tak terelakkan bahwa meskipun tindakan kriminal dilakukan oleh orang-orang dari semua ras dan kelas sosial, sebagian besar dari mereka yang ditangkap, diadili, dihukum, dan dipenjarakan hanya orang-orang kelas bawah. Segmen populasi ini dipenjara, bukan karena mereka “kriminal” dan karena orang kelas atas adalah “nonkriminal”, tetapi karena mereka telah dilabeli sebagai target “penegak hukum” dan secara sistematis didiskriminasi oleh apparat dan pengadilan. Kita tidak bisa menghakimi secara tolol, tetapi Ada banyak bukti empiris untuk mendukung hal ini, tetapi bukti yang paling meyakinkan datang dari pengamatan sehari-har dan realitas sebenarnya.

Dari berbagai kesimpulan diatas, siapa penjahat yang sebenarnya?, anak yang mencuri sayuran untuk kebutuhan atas laparnya, atau kekuasaan yang merampas hak dan ruang hidup kita!

Mitos Penjara melindungi masyarakat dari penjahat.

Lantas jika tiap tahun bertambahnya narapidana dalam penjara, apakah fungsi penjara benar-benar membuktikan itu adalah solusi dari problem sebenarnya?

Realitas: Penjara gagal melindungi masyarakat dari “penjahat”, kecuali jika untuk representasi dari dalil kekuasaan. Penjara bahkan “melindungi”masyarakatnya hanya dari segelintir orang, dengan demikian penjara hanya melayani fungsi utama, yaitu kontrol atas segmen masyarakat tertentu.

Lapas telah memberikan masyarakat citra “aman” yang dilambangkan dengan dinding dan kandang yang terletak di daerah tertentu. penjara adalah penipuan besar-besaran: seolah-olah “melindungi”, mereka menimbulkan permusuhan dan kemarahan di antara semua orang yang terkunci di dalam sistem Dan Masyarakat menjadi korban eksploitasi ketakutannya akan kejahatan.

Dari berbagai penelitian, Kita dapat melihat bahwa jika penjara benar-benar melindungi. tahanan yang sudah dilepaskan ke kehidupan nyatanya, efek jera dari penjara sangat dipertanyakan. Selama lebih dari satu abad, ahli statistik telah menunjukkan bahwa dengan sistem pemenjaraan, tingkat kejahatan tetap konstan.

Sementara masyarakat berteriak atas kejahatan, angka-angka tersebut menunjukkan sebagian besar kejahatan itu diciptakan oleh lembaga-lembaga yang dirancang untuk menghentikannya.Jadi sistem yang ada saat ini telah gagal sebagai sarana untuk merehabilitasi pelaku dan bahkan dapat menimbulkan kejahatan dengan menciptakan semangat balas dendam dalam diri narapidana.

Hingga Semua Penjara
Rata Dengan Tanah!