Penerbit Daun Malam
Kongres Anarkis Internasional 1907
Catatan Mengenai Kongres Anarkis Internasional 1907
(Amsterdam, 24 Agustus-31 Agustus 1907)
“Tidak ada kelas dalam pengertian saklek, karenanya tidak ada yang namanya kepentingan kelas. Di dalam ‘kelas’ pekerja pun–sama halnya seperti di dalam kelas borjuis–ada kompetisi dan konflik.” – Errico Malatesta
Catatan Mengenai Kongres Anarkis Internasional 1907
(Amsterdam, 24 Agustus-31 Agustus 1907)
Kongres Anarkis Internasional Amsterdam berlangsung pada 24 Agustus hingga 31 Agustus 1907. Pertemuan ini mengumpulkan delegasi dari 14 negeri, di antara yang datang ada figur-figur terkenal dalam gerakan anarkis seperti Errico Malatesta, Luigi Fabbri, Benoît Broutchoux, Pierre Monatte, Amédée Dunois, Emma Goldman, Rudolf Rocker, Christian Cornélissen, dan lainnya.
Pertemuan internasional anarkis sebelumnya diselenggarakan pada tahun 1881 di London, Inggris, di mana taktik ‘propaganda dengan tindakan’[1] disahkan dan diserukan ke seluruh dunia. Ada pula kongres-kongres internasional dan regional kecil. Contohnya pada tahun 1900, Kongres Internasional Pekerja Revolusioner dilangsungkan di Paris, kongres ini juga dihadiri banyak kaum anarkis dari berbagai negeri.
Bagi banyak anarkis, pertemuan 1907 ini dianggap sebagai evaluasi terhadap perkembangan baru. Waktu itu ada kemunculan gerakan anarkis di kalangan pekerja dan semakin berkurangnya dukungan masyarakat atas aksi-aksi ‘propaganda dengan tindakan’.
Organisasi Kongres
Anarkis Belgia dan Belanda menjadi inisiator kongres ini. Kelompok Belanda mengurus pengorganisasian materi, sementara kelompok Belgia mengurus publikasi buletin Libertarian Internationale, dengan editor utamanya Henri Fuss. Pada bulan Desember 1906 hingga Januari 1907, mereka meluncurkan memo berisi seruan dalam tujuh bahasa untuk terselenggaranya sebuah pertemuan internasional. Memo ini ditandatangani oleh federasi-federasi anarkis di Belanda, Belgia, Jerman, Bohemia, London (khususnya anarkis berbahasa Yiddish.) [2]
Kongres Amsterdam 1907
Berbagai tema dibahas di dalam kongres ini, khususnya mengenai bentuk organisasi di dalam gerakan anarkis dan sindikalisme (serikat buruh). Hal lain yang dibahas termasuk persoalan pendidikan kerakyatan, fungsi pemogokan umum, dan anti-militerisme. Pada saat yang bersamaan, Kongres Anti-militerisme Internasional juga sedang diselenggarakan di Amsterdam. Namun demikian, perdebatan yang paling penting adalah mengenai hubungan antara anarkisme dan sindikalisme.
Pada akhir kongres, sebuah resolusi pun disepakati. Resolusi ini menyatakan bahwa “gagasan anarki dan organisasi–berkebalikan dari anggapan orang-orang yang selama ini mempertentangkan keduanya–justru saling melengkapi dan memperkuat satu sama lain”. Kalimat tersebut diakhiri dengan pernyataan mengenai perlunya “menciptakan organisasi-organisasi anarkis dan menggabungkannya ke dalam berbagai federasi dari kelompok-kelompok anarkis yang sudah ada”.
Berikutnya, sebuah badan Anarkis Internasional didirikan. Biro internasionalnya beranggotakan lima orang (Errico Malatesta, Rudolf Rocker, Alexander Schapiro, John Turner, dan Jean Wilquet) dan bertugas untuk “melakukan penyusunan arsip gerakan anarkis internasional” dan “menyambungkan berbagai gerakan anarkis di berbagai negeri”. Biro ini bermarkas di London dan mengagendakan kongres berikutnya tahun 1909. Lembaga Internasional ini berhasil menamatkan 12 edisi terbitan internasional dan menyelesaikan mandat dan segala aktivitasnya tahun 1911.
Perdebatan antara Malatesta dan Monatte
Malatesta (Italia) dan Monatte (Prancis) tidak sepakat mengenai beberapa hal seputar organisasi. Charter of Amiens yang diadopsi serikat buruh Prancis tahun 1906 menyatakan bahwa serikat buruh harus netral secara ideologi dan memposisikan diri independen dari partai politik. Berpegang pada Charter of Amiens ini, Monatte berpendapat bahwa sindikalisme–sebagaimana juga dipahami di Prancis–merupakan alat revolusioner yang akan menciptakan kondisi bagi sebuah revolusi sosial. Monatte membandingkan netralitas “model Prancis” ini dengan serikat buruh di negeri lain yang secara ideologis tidak netral, seperti di Rusia, Belgia, Jerman, dan serikat-serikat buruh sosial demokrat lainnya. Di sisi lain, Malatesta mengkritik Monatte. Malatesta menyatakan bahwa “sindikalisme semata tidak cukup dan tidak mampu untuk menjadi alat revolusi sosial”, walau di saat bersamaan, Malatesta, sama seperti Monatte, juga mendukung netralitas ideologi di dalam serikat buruh agar tidak memecah belah gerakan buruh.
Malatesta berpendapat bahwa serikat buruh bersifat reformis dan bahkan bisa menjadi bersifat konservatif. Bersama Cornélissen (Belanda), dia memberikan contoh serikat buruh Amerika Serikat. Menurut Malatesta, di Amerika Serikat, serikat buruh dengan anggotanya yang merupakan buruh-buruh terampil seringkali melakukan upaya mati-matian dalam mempertahankan status istimewa mereka melawan buruh-buruh non-terampil. Padahal menurut Malatesta, kaum anarkis juga harus membela kelompok proletariat non-terampil, bahkan kaum lumpen proletariat[3] sekalipun dan tidak hanya berjuang untuk memperbaiki kondisi perburuhan saja. Malatesta menekankan perbedaan kepentingan di dalam gerakan buruh itu sendiri, bahkan dia melangkah lebih jauh dengan mengkritik kategori kaku kelas sosial: “Tidak ada kelas dalam pengertian saklek, karenanya tidak ada yang namanya kepentingan kelas. Di dalam ‘kelas’ pekerja pun–sama halnya seperti di dalam kelas borjuis–ada kompetisi dan konflik.” Karenanya, dia berpendapat bahwa solidaritas kaum pekerja pun haruslah menciptakan cita-cita umum bersama, yang tidak bisa didapat di dalam kerangka serikat buruh ‘profesional’.
Jika Monatte mengkritik bahaya birokratisasi serikat buruh sembari menekankan perlunya mempertahankan staf yang digaji di dalam serikat buruh, Malatesta menolak adanya legitimasi mengenai anarkis yang digaji atau menjadi staf permanen dalam serikat buruh. Puncaknya, Malatesta mengkritik kepercayaan berlebihan terhadap pemogokan umum. Ia menyatakan bahwa pemogokan umum tidak dapat meletuskan revolusi begitu saja, sebab menurut Malatesta, revolusi memerlukan sebuah proses yang kemungkinan besar harus melewati sebuah pemberontakan bersenjata.
Warisan Kongres Anarkis Internasional Amsterdam 1907
Kedua pandangan berbeda dari Monatte dan Malatesta mengenai organisasi anarkis dan gerakan buruh ini kemudian menyatu menjadi gerakan anarko-sindikalisme di kemudian hari. Anarko-sindikalisme adalah gabungan konsep serikat buruh dengan prinsip-prinsip anarkis. Meskipun demikian, sindikalis Prancis seperti Monatte dan Robert Louzon terus berpendapat bahwa sebuah serikat buruh yang revolusioner haruslah independen dan mesti bebas dari partai atau pengelompokkan politik. Sementara di lain sisi, Malatesta terus berargumen melawan konsepsi kaum sindikalis, dan bahkan konsepsi kaum anarko-sindikalis, mengenai cukupnya sebuah serikat buruh revolusioner. Bagi Malatesta, serikat buruh harus terbuka bagi setiap pekerja dan terbuka terhadap segala aktivitas pekerja untuk menjaga kelangsungan kondisi hidupnya. Namun kaum anarkis harus bekerja di dalam serikat buruh yang netral ini untuk memberi pengaruh seluas-luasnya pada lapisan pekerja, tanpa berusaha membuat serikat buruh tersebut menjadi sebuah organisasi anarkis.
[1] Propaganda of the deed, aksi politik yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi orang lain dan berfungsi sebagai katalis bagi revolusi. Namun dalam konteks pemberontakan anarkisme di akhir abad ke-19 hingga awal abad 20, ‘propaganda dengan tindakan’ adalah sebutan untuk aksi-aksi penuh kekerasan termasuk pemboman dan pembunuhan yang menyasar para penguasa.
[2] Yiddish merupakan bahasa internasional Ashkenazi Yahudi (orang-orang Yahudi dari Eropa Tengah dan Timur dan keturunan mereka).
[3] Golongan masyarakat yang tidak bisa bekerja layaknya buruh industri atau pabrik. Alasan ketidakmampuannya bisa berbagai macam, mulai dari tidak punya keterampilan memadai, golongan kriminal, disabilitas mental atau fisik, dan lain sebagainya. Dalam teori Marx, kelompok ini dianggap tidak mempunyai potensi revolusione