Renzo Novatore
Menuju Ketiadaan Kreatif
I
Masa kami adalah masa dekadensi. Peradaban kolot borjuis kristian telah mencapai akhir dari kehancuran evolusinya yang lama.
Demokrasi telah tiba!
Tetapi di bawah kemegahan palsu peradaban demokrasi, nilai-nilai tertinggi kerohanian telah jatuh, hancur.
Kekuatan hasrat, kemurnian individualitas, seni yang bebas, kepahlawanan, kejeniusan, puisi telah dihina, diejek, difitnah.
Dan tidak atas nama "Aku", tapi "kolektif". Tidak atas nama "yang khas", tapi masyarakat.
Dengan demikian kekristenan- mengutuk naluri alami yang liar dan primitif- dengan penuh semangat membunuh "konsep" pagan dari kegembiraannya di bumi. Demokrasi – adalah keturunannya – memuliakan dirinya dengan membuat pembenaran terhadap tindak kejahatannya sendiri dan bersuka ria dalam kekejaman yang suram dan vulgar.
kami sudah tahu!
Kekristenan dengan kejamnya menikamkan pisau beracun di tubuh menggigil dari seluruh umat manusia yang sehat; mendorong gelombang dingin kegelapan dengan kemarahan mistis brutal menuju ketenteraman yang suram dan kegembiraan yang meluap dari ruh dionysian leluhur pagan kami.
Di suatu malam yang dingin, musim dingin yang fatal jatuh pada suatu siang yang hangat di musim panas. Ia adalah kekristenan yang, menggantikan khayalan "tuhan" terhadap getaran realitas "aku", menyatakan dirinya sebagai musuh sengit terhadap kesenangan hidup dan membalas dendamnya dengan tidak jujur pada kehidupan duniawi.
Dengan kekristenan, Kehidupan dikirim ke dukacita dalam jurang mengerikan akan pengorbanan-pengorbanan paling pahit; ia didorong menuju gletser pengingkaran dan kematian. Dan dari gletser pengingkaran dan kematian ini, demokrasi dilahirkan.
Jadi demokrasi –adalah ibu dari sosialisme – dan putri dari kekristenan.
II
Dengan kemenangan dari peradaban demokratis, Kerohanian Massa dimuliakan. Dengan dahsyatnya demokrasi-anti-individualisme yang tidak mampu memahami hal itu kemudian menginjak semua keindahan heroik dari anti-kolektif dan kreatif "aku".
Kodok-Kodok Borjuis dan katak-katak Proletar saling menggenggam tangan dalam kehinaan rohaninya bersama, dengan penuh iman menerima komuni canting berisikan timbal licin kebohongan sosial yang diserahkan oleh demokrasi kepada masing-masing mereka.
Dan lagu yang dilantunkan oleh kaum borjuis dan proletar atas kebangkitan komuni rohani-nya adalah lagu dangkal dan berisik, "Hore!" untuk Kemenangan dan kejayaan para Angsa.
Dan sementara "sorakan kegembiraan!" yang meledak keras dan hingar-bingarnya, - demokrasi – mengecapkan “kolot” di dahinya, memproklamirkan – kebuasan dan ironi suram- persamaan hak atas manusia!
Pada saat itulah sang Elang, dalam hati nuraninya yang bijaksana, mengepakkan sayap titanium-nya lebih cepat, lebih tinggi - jijik dengan kinerja sepele - menuju puncak meditasi.
Dengan demikian, Angsa demokratis masih sebagai ratu penolong dunia, wanita dari segala sesuatu, nyonya kekaisaran dan kedaulatan.
Tapi sejak sesuatu menanti diatas tawanya, ia – atas pertolongan sosialisme, putra sejatinya – bergerak melempar batu dan kata, di dunia rendah berawa, dimana kodok dan katak bergemuruh, untuk membangkitkan ajang baku hantam materialis dalam rangka menciptakan perang titan melalui ide-ide dan spiritualitas luar biasa. Dan di rawa, baku hantam terjadi. Perang itu terlihat kolot, seperti menyemprot lumpur sangat tinggi hingga menodai bintang-bintang.
Dengan demikian , semuanya telah terkontaminasi oleh demokrasi.
Semuanya!
Bahkan yang terbaik disini.
Bahkan yang terburuk disini.
Dalam pemerintahan demokrasi, perjuangan yang dibuka antara buruh dan pemodal menjadi perjuangan yang kerdil, momok perang yang impoten, kehilangan semua isi akan spiritualitas tinggi dan kebesaran revolusioner pemberani, tak dapat menciptakan konsep berbeda tentang sebuah kehidupan yang kuat dan lebih indah.
Borjuis dan proletar, meskipun berselisih-paham atas persoalan kelas, kekuasaan dan kebutuhan, masih selalu bersatu dalam kebenciannya melawan para pengembara besar spiritual, melawan cita-cita yang dikurung, Melawan mereka semua yang terkena dampak pemikiran, melawan mereka semua yang diubah oleh keindahan superior.
Dengan peradaban demokratis, Kristus berjaya.
Di samping firdaus di surga, " roh kaum miskin " memiliki demokrasi di atas bumi.
Jika kemenangan belum juga tercapai, sosialisme akan melengkapinya. Dalam konsepsi teoritisnya, yang telah ia beri-tahukan sejak lama, yang bertujuan untuk " meratakan" semua nilai manusia.
Dengarlah, oh roh kaum muda!
Perang terhadap individual manusia dimulai oleh Kristus atas nama Tuhan, dilanjutkan oleh demokrasi atas nama masyarakat dan sosialisme mengancam untuk melengkapinya atas nama kemanusiaan.
Jika saat ini kami belum tahu bagaimana menghancurkan ketiga hal mustahil tersebut yang sama berbahayanya dengan momok sosial, (jiwa) individual tak dapat terelakkan, akan hilang.
adalah hal yang penting dimana pemberontakan "ku" berkembang, meluas, dan men-general dengan sendirinya!
Kami - para pendahulu waktu - telah menyalakan menara api!
Kami telah menyalakan obor pemikiran.
Kami telah mengacungkan kapak sebagai tindakan.
Kami telah mendobrak.
Dan kami telah terlepas dari belenggu.
Tetapi "kejahatan" individual kami harus menjadi berita fatal akan badai sosial hebat.
Badai hebat dan mengerikan yang akan menghancurkan semua struktur kebohongan konvensional, yang akan melepaskan engsel dari semua dinding kemunafikan, dan mereduksi dunia lama menjadi timbunan puing-puing dan asap reruntuhan!
Karena ini berasal dari reruntuhan Tuhan, masyarakat, keluarga dan kemanusiaan dimana pikiran manusia baru bisa tumbuh dan berkembang, dimana pikiran manusia yang baru - pada puing-puing dari semua masa lalu - akan menyanyikan kelahiran dari manusia merdeka: bebas dan besar, "aku".
III
Kristus adalah paradoks kesalah-pahaman Injil. Ia adalah rasa sedih dan fenomena dekadensi menyedihkan, yang lahir dari kelelahan kaum pagan.
Antikristus adalah anak yang subur dengan semua rasa benci yang hebat atas tumbuh besar dalam kerahasiaan payudaranya sendiri yang subur, selama lebih dua puluh abad pemerintahan kristian.
Karena sejarah telah kembali.
Karena kembali kekal adalah hukum yang mengatur alam semesta.
Inilah takdir dunia!
Inilah poros dimana kehidupan itu berputar!
Untuk kekekalannya.
Untuk perjalanan kembalinya.
Untuk pertentangannya.
Untuk pengejarannya.
Untuk tidak mati.
Karena hidup adalah gerakan, tindakan.
Yang mengejar pemikirannya.
Yang merindukan pemikirannya.
Yang mencintai pemikirannya.
Dan kehidupan sedang berjalan, berlari, tergesa-gesa.
Hidup menghendaki kegemparan dalam kerajaan ide.
Tapi ketika cara ini tidak praktis,maka, pikiran menangis. Ia menangis dan putus asa ...
Kemudian keletihan membuatnya lemah, menjadikannya kristian.
Kemudian mengambil hidup saudara perempuannya di tangannya dan mencari batasnya di alam kematian.
Tapi Antikristus - naluri semangat paling misterius dan mendalam - panggilan Hidup kembali padanya, gemuruh sorak-sorai untuknya: Ayo kita mulai lagi!
Dan Kehidupan dimulai lagi!
Karena ia tidak ingin mati.
Dan jika Kristus melambangkan keletihan hidup, terbenamnya pemikiran: kematian ide!
Antikristus melambangkan insting kehidupan.
Ia melambangkan kebangkitan pemikiran.
Antikristus adalah simbol dari fajar baru.
IV
Jika peradaban sekarat demokratik (borjuis-kristian-kolot) berhasil meratakan pikiran manusia, menyangkal setiap nilai spiritual tinggi yang berdiri di atasnya, yang- untungnya - tidak berhasil meratakan perbedaan kelas, hak istimewa, dan kasta , dimana - seperti yang telah kami katakan – hanya menyisahkan persoalan atas perut (the belly).
Sejak - satu kelas sama seperti yang lainnya – sisa perut- penting untuk mengakuinya dan tidak hanya mengakuinya sebagai ideal tertinggi. Dan sosialisme memahami semua ini.
Ia memahami ini, karena ia adalah seorang ahli - dan akhirnya, boleh jadi, praktis berguna - spekulan, ia memasukkan racun ajaran kasarnya tentang kesetaraan (kutu-kutu kesetaraan dihadapan keagungan suci negara berdaulat) ke dalam sumur perbudakan dimana mereka yang tak bersalah dengan penuh kegembiraan memuaskan rasa hausnya.
Tapi racun sosialisme yang menyebar itu bukanlah racun “kuat” yang mampu memberikan kebajikan heroik bagi siapa saja yang meminumnya.
Bukan: Ia bukan racun radikal yang mampu melakukan keajaiban dengan mengangkat pikiran manusia – mengubahnya dan membebaskannya. Sebaliknya ia adalah perpaduan dari "ya" dan "tidak". Campuran kelabu dari "otoritas" dan "iman", dari "negara" dan "masa depan".
Sehingga, melalui sosialisme, kaum proletar sekali lagi merasa dekat dengan kaum borjuis dan bersama-sama mereka berbalik menuju cakrawala, dan dengan setia menunggu Matahari Masa Depan!
Dan ini karena, disaat sosialisme tak dapat mengubah tangan-tangan menggigil budak menjadi cakar-cakar kejam dan beringas ikonoklastik, ia juga tak mampu mengubah arti keserakahan tirani menjadi ketinggian dan kebajikan superior dari kedermawanan.
Dengan sosialisme, korupsi dan lingkaran mengikat yang diciptakan oleh kristian dan dikembangkan oleh demokrasi tidak akan rusak. Sebaliknya, ia menyempurnakan dirinya lebih baik.
Sosialisme tetap menjadi jembatan yang berbahaya dan tidak praktis antara tirani dan budak; seperti sederetan hubungan palsu, seperti ambiguitas dari "ya" dan "tidak" dimana prinsip absurd yang mendasarinya dicampur.
Dan, sekali lagi, kami melihat lelucon cabul parah yang menjijikkan kami. Kami melihat sosialisme, proletariat dan borjuis, bersama-sama masuk kembali ke dalam orbit kemiskinan spiritual terendah untuk menyembah demokrasi. Tetapi demokrasi - menjadi orang yang mengatur rakyatnya dengan pukulan pentungan - untuk cinta setiap orang seperti suatu hari ketika Oscar Wilde bercanda –adalah logis bila jiwa-jiwa bebas sejati, dari pengembara ide yang agung, merasa benar-benar perlu untuk mendorong dengan jelas menuju batas ekstrim ikonoklasme-nya keluar dari kesendirian untuk mempersiapkan melatih jari sang manusia elang di gurun sunyi, mereka yang mati-matian akan mengambil bagian pada perayaan tragis senja sosial untuk menggulingkan peradaban demokratis dengan cakar-cakar bajanya, dan terjun ke dalam kehampaan zaman yang kuno.
V
Ketika kaum borjuis berlutut di sisi kanan sosialisme dalam kuil suci demokrasi, mereka berbaring tenang di tempat tidur pengharapan untuk menidurkan tidur absurd mereka tentang perdamaian. Tetapi kaum proletar, yang telah kehilangan kebahagiaan murninya dengan meminum racun sosialis, berteriak dari sisi kiri, mengganggu tidur tenang para idiot, penjahat borjuasi.
Sementara itu, di puncak pemikiran tertinggi, para pengembara ide mengatasi kemuakannya, mengumumkan bahwa sesuatu seperti deru tawa Zarathustra menggema begitu menakutkan.
Angin roh, mirip badai, akan menembus pikiran manusia dan menaikkanya dengan kekuatan yang besar ke dalam badai angin ide untuk membanjiri semua nilai-nilai lama dari kegelapan waktu, mengangkat naluri kehidupan yang disublimasikan kembali dibawah sinar matahari dengan pikiran baru.
Tapi, sadarlah, para kodok-kodok borjuis mengetahui bahwa sesuatu yang tak dapat dimengerti berseru di ketinggian, mengancam keberadaan basisnya. Ya: mereka memahami bahwa sesuatu yang datang dari ketinggian itu seperti batu, raungan, dan ancaman.
Mereka memahami bahwa hingar bingar suara-suara setan adalah pertanda waktu yang mengumumkan badai amarahnya, yang timbul dari kehendak baru akan beberapa hal tertentu, diledakkan ditengah-tengah masyarakat untuk diratakan dengan tanah.
Tapi mereka tidak memahami (dan tidak akan pernah mengerti sampai akhirnya mereka hancur) bahwa apa yang melintasi dunia adalah sayap kuat akan kehidupan bebas yang mana menjadi ajal dari "kaum borjuis" dan " kaum proletar ", karena setiap orang bisa saja "khas" dan "universal" di saat yang sama.
Dan inilah alasan mengapa seluruh borjuis di dunia menderingkan loncengnya yang terbuat dari logam idealis palsu, diantara kerumunan orang-orang yang menyebut diri mereka sebagai jemaah agung.
Pertemuan itu terbuka ...
Semua borjuasi berkumpul.
Mereka berkumpul diantara kerumunan menjijikkan yang bertambah di rawa tempatnya berada, dan disana, di keheningan lumpur, mereka memutuskan pemusnahan katak-katak proletar, para budak dan rekan-rekannya.
Semua pihak komplotan buas itu adalah pengikut Kristus dan demokrasi.
Semua rasul terdahulu dari para katak juga hadir. Perang telah diputuskan dan sang pangeran ular hitam memberkati para pasukan perang saudara atas nama Tuhan yang mengatakan, "Jangan membunuh", sedangkan vikaris simbolis kematian memohon kepada dewi-nya untuk datang dan menari di bumi.
Kemudian sosialisme - sebagai ahli akrobat dan pesulap praktis – melompat ke depan. Ia melompat pada kawat kencang spekulasi sentimentil politik, alisnya melingkar hitam, dan, kesakitan dan menangis kurang lebih dengan cara ini, berkata, "Aku adalah musuh sejati dari kekerasan. Aku adalah musuh dari peperangan, dan juga musuh revolusi. Aku adalah musuh dari darah. "
Dan setelah berbicara lagi tentang "perdamaian" dan "kesetaraan", tentang "kepercayaan" dan "kesyahidan", tentang "kemanusiaan" dan "masa depan", ia melantunkan lagu tentang motif "ya" dan "tidak", menundukkan kepalanya dan menangis.
Dia mencucurkan air mata Yudas, yang bahkan tidak akan "aku cucikan tanganku" di Pilatus itu.
Dan para katak pun berangkat ...
Mereka berangkat menuju dunia kehinaan tertinggi manusia. Mereka berangkat menuju lumpur dari semua rawa.
Mereka berangkat..
Dan kematian datang!
Mabuk darah dan menari dengan mengerikan di dunia.
Selama lima tahun lamanya ...
Saat itulah para roh pengembara, diterima dengan kemuakan baru, menunggangi elang bebasnya sekali lagi untuk terbang tinggi tanpa arah dalam keheningan gletser-nya yang jauh lalu tertawa dan mengutuk.
Bahkan ruh Zarathustra - pecinta perang sejati dan teman tertulus dari para prajurit – pastilah cukup memuakkan dan menjijikkan sejak seseorang mendengarnya berseru: "Bagiku, kau pasti orang-orang yang melebarkan mata untuk mencari musuh dari musuhmu. Dan beberapa darimu membenci dengan hebat pada pandangan pertama. Kau harus mencari musuhmu, perangilah. Dan ini demi ide-idemu!
Dan jika idemu mati, kejujuranmu meneriakkan kemenangan!" Namun sayang! Khotbah heroik akan pembebasan kaum barbar tidak akan membantu apapun.
Sang manusia katak tidak tahu bagaimana membedakan musuhnya sendiri maupun bagaimana untuk memperjuangkan ide-idenya sendiri. (Katak tidak tahu apa-apa!)
Dan bahkan untuk mengenali musuh-musuhnya maupun menciptakan ide-idenya sendiri. Mereka berjuang demi perut saudara-saudaranya dalam Kristus, demi kesederajatan mereka dalam demokrasi.
Mereka satu sama lain berjuang untuk melawan musuhnya.
Abel, kembali, mati untuk Keributan yang kedua kalinya.
Tapi kali ini, di tangannya sendiri!
Dengan sukarela ...
Dengan sukarela, karena ia bisa saja memberontak, dan berbohong tidak melakukan apa-apa ...
Karena ia bisa saja berkata: tidak!
Atau ya!
Karena berkata: "tidak" ia bisa menjadi kuat!
Karena berkata: "ya", kebohongan bisa menunjukkan bahwa ia "percaya" tentang "penyebab ia berperang.
Namun ia tidak mengatakan "ya" atau "tidak".
Ia berangkat!
Dari rasa pengecutnya!
Seperti biasa!
Ia berangkat ...
Ia berangkat menuju kematian! .. .
Tanpa mengetahui sebabnya.
Seperti biasa.
Dan kematian datang ...
Ia datang untuk menari di dunia selama lima tahun lamanya!
Dan menari dengan tari mengerikan di parit berlumpur dari semua bagian dunia.
Ia menari dengan kaki petir ...
Ia menari dan tertawa ...
Ia tertawa dan menari ...
Selama lima tahun lamanya!
Ah! Betapa vulgarnya kematian yang menari tanpa sayap ide di punggungnya.
betapa bodohnya seseorang yang mati tanpa tahu penyebabnya..
Kami melihatnya ketika ia menari - Kematian. Ia adalah Kematian Hitam, tanpa transparansi cahaya.
Ia adalah Kematian tanpa sayap!
Betapa buruk dan vulgarnya ia ...
Betapa kikuk tariannya ...
Tapi tetap saja menari!
Dan bagaimana pembantaian - menari - semua yang tak berguna dan semua yang mayoritas. Semua itu untuk siapa - kata liberator agung- negara diciptakan.
Tapi sayang ! pembantaian itu tidak mungkin dilakukan sendiri...
Kematian - untuk membalas negara - bahkan membunuh habis mereka yang tak berharga, bahkan mereka yang sangat penting ...!
Tetapi mereka yang tak berharga, mereka yang bukan mayoritas, mereka yang telah mengatakan "tidak!" Mereka akan membalas dendam.
Kami akan membalasnya.
Kami akan membalasnya karena mereka adalah saudara kami!
Kami akan membalasnya karena mereka telah jatuh dengan bintang-bintang di mata mereka.
Karena mereka sekarat mabuk matahari.
Matahari kehidupan, matahari perjuangan, matahari Ide.
VI
Apa yang telah perang perbaharui?
Dimana semangat transfigurasi heroik?
Dimana mereka menggantungkan tabel pendar nilai-nilai baru?
Kuil mana yang di dalamnya memiliki emas suci amphoras yang melampirkan cahaya dan menyalakan hati para pahlawan tertinggi dan kreatif telah diletakkan?
Dimana semarak dari siang hari yang baru dan besar?
Sungai darah menakutkan mencuci semua hamparan rumput dan menutupi semua jalur dunia.
Ketakutan menyemburkan air mata membuat gema ratapan mereka yang memilukan melintasi pusaran dari seluruh bumi: tumpukan tulang belulang dan daging manusia dimana-mana memucat dan membusuk di bawah sinar matahari.
Tapi tidak ada yang berubah, tidak ada yang berkembang.
Perut para borjuis selalu saja bersendawa kekenyangan sedangkan para proletar berteriak karena teramat sangat kelaparan.
Dan cukup!
Dengan Karl Marx, pikiran manusia turun ke dalam perut. Deru yang melewati dunia saat ini adalah raungan perut. Dengan kemauan kita bisa mengubahnya menjadi teriakan pikiran.
Menjadi badai rohani.
Menjadi tangisan kehidupan merdeka.
Menjadi badai petir.
Petir kami yang dapat melepaskan engsel kenyataan ini, merobek pintu misteri tak diketahui yang merindukan kami - untuk mimpi dan pertunjukan keindahan tertinggi oleh manusia merdeka. Karena kami adalah para pelopor waktu yang marah.
Tumpukan pembakaran.
Menara api.
Sinyal.
Pengumuman pertama.
VII
Perang!
Kau masih ingat?
Apa yang telah perang ciptakan?
Ini dia:
Wanita menjual tubuhnya dan disebut prostitusi "percintaan bebas".
Seseorang , yang "mengelak" untuk memproduksi peluru dan mengajarkan keindahan perang, menyebut perasaan pengecutnya: "kecerdikan halus dan kelicikan heroik".
Yang satu ini selalu berada di dalam ketaksadaran kekejian, kepengecutan, dalam kerendahan hati, dalam ketidakpedulian dan dalam penolakan lemah, mengutuk keberanian kecil – Ia yang selalu membenci 4 karena dengan sendirinya mereka tidak memiliki kekuatan untuk mencegah perutnya terkoyak-koyak oleh senjata mereka yang merencanakan ingin membohongi dirinya sendiri demi sepotong roti busuk.
Karena bahkan para pengemis roh - mereka yang selalu berada di luar untuk menghangatkan diri sementara mereka yang lebih mulia dari manusia harus masuk ke dalam neraka kehidupan – kerendahan hati dan pengabdian seorang hamba dari rajanya yang kejam, ketaksadaran pemfitnah akan pemikiran yang superior, bahkan disini, kami mengatakan, tidak ingin berangkat.
Mereka tidak ingin mati.
Mereka menggeliat, mereka menangis, mereka memohon, mereka berdoa!
Namun semua ini karena naluri rendah tak berdaya dan sifat pertahanan diri kebinatangannya, kehilangan setiap raungan heroik pemberontakan, dan malahan bukan dari persoalan tentang manusia superior, perasaan murni yang terdalam, atau tentang keindahan spiritual.
Bukan, bukan, bukan!
Bukan dari semua itu!
Perut!
Hanya pada perut binatang.
Borjuis ideal - proletar ideal -perut!
Tetapi sementara itu kematian datang ...
Ia datang untuk menari di dunia tanpa memiliki sayap ide dipunggungnya!
Dan menari ...
Ia menari dan tertawa.
Selama lima tahun lamanya ...
Dan sementara dibatas-batas kematian tak bersayap yang menari mabuk darah, di rumah dalam apse suci front internal - dalam kebohongan "lembaran-lembaran" vulgar - evolusi moral dan material menakjubkan dari perempuan kami yang terus membawakan dan menyanyikan dengan kaki prajurit heroik dan mulia kami manaiki puncak spiritual. Orang yang mati menangis tanpa mengetahui "kenapa".
Berapa banyak kebohongan ganas, berapa banyak sinisme vulgar pikiran suram masyarakat demokratis dan Negara memuntahkannya ke dalam "lembaran-lembaran".
Siapa yang mengingat perang?
Bagaimana suara parau gagak ...
Burung gagak dan burung hantu!
Dan sementara kematian menari!
Ia menari tanpa memiliki sayap ide di punggungnya! Ide berbahaya yang berbuah dan menciptakan. ia menari...
Ia menari dan tertawa!
Dan bagaimana ia membantai - menari – berlebihan, mereka semua yang mayoritas. Mereka yang diciptakan oleh negara.
Tapi sayang! Ia tidak hanya membantai mereka.
Ia juga membantai mereka yang memiliki sinar mentari di matanya, mereka yang memiliki bintang-bintang di pupilnya!
VIII
Dimana seni epik, seni heroik, seni tertinggi yang perang janjikan pada kita?
Dimana kehidupan merdeka, kemenangan dari fajar baru, kemegahan hari, pesta meriah keagungan matahari?
Dimana penebusan perbudakan materi?
Dimana orang yang telah menciptakan puisi lembut dan mendalam yang harus tumbuh dengan penuh rasa sakit dalam jurang terdalam yang tragis dan mengerikan oleh darah dan kematian, untuk memberitahu kita tentang kesunyian dan penyiksaan kejam yang dirasakan oleh pikiran manusia?
Siapa yang akan mengatakan kata manis dan baiknya kepada kami bahwa panggilan pagi yang cerah setelah malam dari angin topan yang dahsyat?
Siapa yang akan mengatakan kata superior yang membuat kami besar selama duka-cita kami, murni dalam keindahan dan mendalam dalam kemanusiaan?
Siapa, sang jenius yang tahu bagaimana melenturkan dirinya dengan cinta dan kesetiaan diatas luka menganga di daging kehidupan kita, untuk menerima semua air mata mulia darinya sehingga tawa tertinggi dari semangat penebus bisa memecah cakar dari monster kelaparan atas kesalahan masa lalu kita dan membuatnya naik ke konsep etika superior, dimana, melalui prinsip bercahaya keindahan manusia dimurnikan dalam darah dan kesedihan, kita bisa mengangkat diri kita sendiri, kuat dan megah - seperti panah tegang pada haluan kemauan - untuk menyanyikan melodi lembut dan terdalam dari ketinggian semua harapan-harapan kita akan kehidupan duniawi!
Dimana? Dimana?
Aku tidak melihatnya!
Aku tidak merasakannya!
Aku melihat ke sekelilingku, tapi aku hanya melihat pornografi vulgar dan sinisme palsu ...
Setidaknya kami bisa saja diberikan seni oleh Homer, dan riwayat perang oleh Napoleon.
Seorang pria yang bisa memiliki kekuatan untuk menghancurkan zaman, untuk membuat sejarah baru ...
Tapi tidak ada!
Perang tak memberikan kami seorang pun penyanyi besar maupun para penguasa besar. Hanya momok-momok yang tidur dan parodi yang suram.
IX
Perang telah berlalu, mencuci sejarah dan kemanusiaan dalam air mata dan darah, tetapi zaman tetap tidak berubah.
Suatu zaman disintegrasi.
Kolektivisme sedang sekarat dan individualisme belum direngkuh..
Tidak ada yang tahu bagaimana mematuhi, tidak ada yang tahu bagaimana memerintah.
Namun, mengingat semua itu, untuk mengetahui bagaimana hidup merdeka, saat ini masih berada di jurang terdalam.
Sebuah jurang yang hanya dapat diisi dengan mayat perbudakan dan otoritas.
Perang tidak bisa menutupi jurang ini. Ia hanya bisa menggali lebih dalam.
Tapi perang tidak boleh melakukannya, revolusi harus dilakukan.
Perang telah menjadikan manusia lebih binatang dan kolot. Lebih kasar dan buruk.
Revolusi harus membuat mereka lebih baik.
Revolusi harus memuliakan mereka.
X
Sudahlah - berbahasa secara sosial - kami telah tergelincir menuruni lereng fatal, dan tidak ada lagi kemungkinan untuk berbalik.
Melakukannya sendiri akan menjadi kejahatan.
Bukan kejahatan yang besar dan mulia.
Tapi kejahatan vulgar. Kejahatan yang lebih tak berguna dan sia-sia. Kejahatan terhadap tubuh dan ide-ide kami
Karena kami bukan musuh darah ...
Kami adalah musuh vulgar!
Sekarang adalah masa dimana kewajiban dan perbudakan menjadi menyakitkan, kami ingin menutup siklus pemikiran teoritis dan kontemplatif untuk menguak pelanggaran kekerasan, yang masih akan hidup dan ekspansi kegembiraan yang meluap-luap.
Pada reruntuhan kesalehan dan agama, kami ingin menegakkan kekerasan kreatif dengan kebanggan hati kami.
Kami bukan pengagum dari sang "manusia ideal" dari "hak-hak social”, tetapi orang yang akan memproklamirkan "individu sebenarnya", musuh abstraksi sosial.
Kami berjuang untuk pembebasan individu.
Untuk penaklukan kehidupan.
Untuk kemenangan ide kami.
Untuk mewujudkan impian kami.
Dan jika ide-ide kami yang berbahaya, itu karena kami adalah orang-orang yang mencintai hidup berbahaya.
Dan jika mimpi kami marah, itu karena kami marah.
Tapi kegilaan kami adalah kebijaksanaan tertinggi.
Tapi ide-ide kami adalah jantung kehidupan, dan pikiran kami adalah menara kemanusiaan.
Dan kenapa perang belum dilakukan, revolusi harus dilakukan.
Karena revolusi adalah api kemauan dan kebutuhan akan pemikiran tersendiri kami, itu adalah kewajiban aristokrasi libertarian.
Untuk membuat nilai-nilai etika baru.
Untuk menciptakan nilai estetika baru.
Untuk kekayaan materi komunalis.
Untuk kekayaan rohani individualis.
Karena kami adalah - celebralists kekerasan dan sentimentalis bergairah pada saat yang sama - memahami dan mengetahui revolusi itu adalah suatu keharusan diantara keheningan kesedihan yang menderita di bawah dan kebutuhan akan semangat kebebasan yang menderita di ketinggian.
Karena jika kesedihan yang menderita di bawah ingin bangkit dengan senyum bahagia matahari, semangat kebebasan yang menderita di ketinggian tidak lagi ingin merasakan luka kecil di hati dari rasa malu akan perbudakan vulgar yang mengelilinginya.
Jiwa manusia dibagi menjadi tiga arus:
Arus perbudakan, arus tirani, arus kebebasan!
Dengan revolusi, arus yang terakhir ini perlu untuk meledak tumpah pada dua arus yang lainnya dan membanjirinya.
Perlu untuk menciptakan keindahan spiritual, mengajarkan masyarakat miskin rasa malu atas kemiskinan mereka, dan kaum kaya rasa malu atas kekayaan mereka.
Segala yang disebut " properti material ", "milik pribadi", "properti eksterior" perlu menjadi matahari, cahaya, langit, laut, bintang-bintang adalah untuk individual.
Dan ini akan terjadi!
Ini akan terjadi karena kami – para Ikonoklas - akan melanggar itu!
Hanya kekayaan etika dan spiritual yang tak dapat dikalahkan.
Inilah milik individual sebenarnya. Sisanya bukan!
Sisanya itu rentan! Dan semua yang rentan akan dilanggar!
Ini akan dilakukan oleh kekuatan tak memihak-"ku".
Oleh kekuatan heroik dari sang manusia merdeka.
Dan diluar setiap hukum, setiap tirani moralitas, setiap masyarakat, setiap konsepsi kemanusiaan palsu ...
kami harus mengatur upaya kami untuk mengubah revolusi agar memajukannya ke dalam "kejahatan anarkis", dalam rangka mendorong umat manusia melampaui negara, melampaui sosialisme.
Menuju Anarki!
Jika, dengan perang, orang-orang tidak mampu menghaluskan dirinya dalam kematian, kematian lalu memurnikan darahnya yang tertumpah.
Dan darah yang dimurnikan kematian - tanah meminumnya dengan rakus - sekarang menangis di bawah tanah!
Dan kami para penyendiri, kami bukan penyanyi dari rahim, tetapi pendengar orang mati, suara orang mati yang menangis dari bawah tanah!
Suara darah "kotor" yang dimurnikan dalam kematian.
Dan darah yang jatuh menangis!
Menangis dari bawah tanah!
Dan tangis darah ini memanggil kami juga menuju jurang terdalam...
Ia mesti dibebaskan dari penjara nya!
Oh, penambang muda, bersiaplah!
Kami menyiapkan obor dan paravanes.
Ini diperlukan untuk sampai ke bumi.
Inilah waktunya! Inilah waktunya! Inilah waktunya!
Darah orang mati harus dibebaskan dari penjaranya.
Ia ingin bangkit dari kedalaman bayangan untuk melemparkan dirinya menuju langit dan menaklukkan bintang-bintang.
Karena bintang-bintang adalah teman dari orang mati.
Mereka adalah saudara yang baik yang telah melihat mereka mati.
Mereka (bintang) adalah satu-satunya yang pergi ke kuburannya setiap malam dengan kaki cahaya dan memberitahu mereka:
Besok! ...
Dan kami - anak-anak dari masa depan - datang hari ini untuk memberitahumu:
Sekaranglah waktunya! sekaranglah waktunya! sekaranglah waktunya!
Dan kami datang pada saat sebelum fajar ...
Dalam rombongan fajar dan bintang-bintang terakhir!
Dan untuk orang mati kami telah menambahkan lebih mati ...
Tetapi semua orang yang jatuh memiliki bintang emas yang bersinar di pupilnya!
Sebuah bintang emas yang mengatakan:
"Para pengecut dari saudara-saudara yang tersisa diubah menjadi mimpi kreatif, ke dalam pembalasan heroik. Karena jika tidak demikian, seseorang tidak akan layak untuk mati! "
Betapa menyedihkannya harus mati.
Tanpa harapan dalam hati orang-orang... tanpa pembakaran dalam otak orang-orang, tanpa mimpi dalam pikiran orang-orang; tanpa sebuah bintang emas yang bersinar di pupil kami!
* * *
Darah orang-orang yang mati - kematian kami - menangis dari bawah tanah.
Dengan Jelas dan jelas, kami mendengar tangisan. Tangisan yang memabukkan kami dengan penderitaan dan kesedihan.
Dan kami tidak bisa menutup telinga dengan suara itu, kami juga tidak ingin ... kami.
Kami tidak ingin menjadi tuli untuknya, karena hidup telah memberitahu kami:
"Siapapun yang tuli terhadap suara darah tidak layak bagi-Ku.
Karena darah adalah anggur-ku dan mati adalah rahasiaku.
Hanya kepada orang yang akan mendengarkan suara orang mati, aku akan mengungkap teka-teki misteri besarku! "
Dan kami akan menanggapi suara ini:
"Karena hanya mereka yang tahu bagaimana menanggapi suara dari jurang terdalam yang dapat menaklukkan bintang-bintang.
Aku amanat-kan diriku padamu, oh adikku!
Aku amanat-kan diriku padamu dan memberitahumu:
Jika kau ada di antara mereka yang berlutut di setengah lingkaran, tutup matamu dalam kegelapan dan lompatlah ke dalam jurang terdalam.
Hanya dengan cara ini kau akan dapat melambung kembali ke puncak tertinggi dan membuka lebar pupil-pupil hebat mu di bawah sinar matahari. "
Karena seorang tidak bisa menjadi seperti elang jika ia bukan penyelam.
seorang tidak dapat melambung ke puncak ketika ia tidak mampu di kerendahan.
Di bagian terbawah, kesedihan menghuni, dalam penderitaan yang berat di ketinggian.
setelah terbenamnya matahari dari semua era, sang fajar khas terbit di antara dua petang yang berbeda.
Di tengah-tengah kemurnian cahaya dari fajar khas ini, kesedihan penyelam yang berada di dalam kami harus bersatu dengan penderitaan elang yang juga tinggal di dalam kami, untuk merayakan perkawinan tragis dan berbuah sebuah pembaharuan abadi.
Pembaharuan pribadi “ku" diantara prahara kolektif dan badai sosial.
Karena kesunyian abadi hanya untuk orang-orang kudus yang mengakui di dalam kesaksian tuhannya. Tapi kami adalah keturunan ateis kesepian.
Kami adalah setan penyendiri tanpa kesaksian.
Pada bagian bawah, kami ingin hidup dari realitas kesedihan, di ketinggian, dari mimpi kesedihan...
Dalam rangka menghidupkan semua pertempuran, semua kekalahan, semua kemenangan, semua mimpi, semua duka dan semua harapan-harapan yang intens dan berbahaya.
Dan kami ingin bernyanyi di bawah sinar matahari, kami ingin melolong dalam angin!
Karena otak kami adalah tumpukan kayu bakar yang berkilauan di mana api besar pemikiran mendedas dan terbakar dalam marah dan siksaan yang penuh kegembiraan.
Karena kemurnian dari semua fajar, nyala api dari semua siang, kemurungan dari semua matahari yang terbenam, keheningan dari semua kuburan, kebencian dari semua hati, bisikan dari semua hutan dan senyum dari semua bintang adalah catatan misterius yang menyusun musik rahasia dari pikiran kami dengan dipenuhi kesuburan hayati.
Karena dalam kedalaman hati kami, kami mendengar suara yang mengatakan tentang individuasi manusia, suara sangat bagus dan kuat itu, sering kali, di saat mendengarnya, kami merasa takut dan terancam.
Karena suara yang berbicara adalah suara-Nya: Iblis bersayap di kedalaman kami.
XI
Sekarang, terbukti ...
Hidup adalah kesedihan!
Tapi kami harus belajar mencintai kesedihan untuk mencintai kehidupan!
Karena dalam cinta akan kesedihan kami telah belajar untuk berjuang.
Dan dalam perjuangan – dalam perjuangan seorang diri- adalah kegembiraan hidup kami.
menggantungkan sisa separuh jalan (perjuangan) itu bukan gaya kami.
Setengah lingkaran melambangkan hal kuno: "ya dan tidak".
ketidakberdayaan hidup dan mati.
Inilah lingkaran sosialisme, belas kasihan dan iman. Tapi kami bukan sosialis ...
Kami adalah anarkis. Dan individualis, dan nihilis, dan aristokrat.
Karena kami berasal dari ketinggian.
yang jaraknya dekat dengan bintang-bintang.
Kami datang dari ketinggian: untuk tertawa dan mengutuk!
Kami datang untuk menyalakan tumpukan kayu bakar hutan diatas bumi untuk meneranginya sepanjang malam yang mendahului siang besar.
Dan tumpukan kayu bakar kami akan dipadamkan ketika api ledakan matahari dengan berwibawa berakhir di laut. Dan jika hari ini tidak akan datang,tumpukan kayu bakar kami akan terus berdedas dengan tragis ditengah-tengah kegelapan malam yang abadi.
Karena kami mencintai semua kebesaran ini.
Kami adalah pecinta setiap mukjizat, penyelenggara setiap keajaiban, pencipta setiap harapan.
Ya: kami tahu itu!
Bagimu, hal-hal besar berada dalam kebaikan seperti dalam keburukan.
Tapi kami hidup diluar sisi dari baik dan buruk, karena semua kebesaran adalah keindahan.
Bahkan "kejahatan".
Bahkan "perlawanan".
Bahkan "kesedihan".
Dan kami ingin menjadi besar seperti kejahatan kami!
Agar tidak mendustainya.
Kami ingin menjadi besar seperti perlawanan kami!
Agar dapat mewujudkannya nyata.
Kami ingin menjadi besar seperti kesedihan kami.
agar menjadi layak.
Karena kami berasal dari ketinggian. Dari rumah yang indah.
Kami datang untuk menyalakan tumpukan kayu bakar hutan di atas bumi untuk menerangi-nya sepanjang malam yang mendahului siang besar.
Hingga saat dimana api ledakan matahari dengan berwibawa berakhir di laut.
Karena kami ingin merayakan hari raya keajaiban besar manusia.
Kami ingin pikiran kami bergetar dalam mimpi baru.
Kami ingin senja sosial tragis ini memberikan kami, "aku" sedikit ketenangan dan sumbu menggentarkan dari cahaya universal.
Karena kami adalah nihilis dari momok sosial.
Karena kami mendengar suara dari darah yang menangis dibawah tanah.
Kami menyiapkan paravanes dan obor, oh penambang mudaku.
Jurang terdalam menanti kami. Hingga pada akhirnya kami melompat kedalamnya: Menuju Ketiadaan Kreatif.
XII
Nihilisme kami bukanlah nihilisme kristian.
Kami tidak menyangkal kehidupan.
Tidak! Kami adalah para Ikonoklas agung akan kebohongan.
Dan semua yang dinyatakan "suci" adalah kebohongan.
Kami adalah musuh dari "suci".
Dan bagimu hukum adalah "suci"; masyarakat adalah "suci", moral adalah"suci"; ide adalah"suci"!
Tapi kami – para guru dan pecinta kekuatan bengis dan keindahan berkemauan keras, atas ide menggairahkan - kami, para Ikonoklas dari semua yang disucikan - kami tertawa seperti setan, dengan tawa besar dan mengejek.
Kami tertawa! ...
Dan tertawa, kami memutar haluan hasrat pagan kami untuk selalu menikmati ketegangan menuju integritas penuh atas kehidupan.
Dan kami tuliskan kebenaran kami dengan tawa.
Dan kami tuliskan nafsu kami dengan darah.
Dan kami tertawa! .. .
Kami tertawa, gelak-tawa halus yang sehat dan merah akan kebencian.
Kami tertawa, gelak-tawa biru yang halus dan segar akan cinta.
Kami tertawa!
Tapi saat tertawa, kami ingat, dengan gravitasi tertinggi, menjadi keturunan yang sah dan ahli waris yang layak dari aristokrasi libertarian besar yang mengirimkan pada kami ledakan kesetanan diantara heroisme gila dalam darah, dan gelombang puisi, dari lagu-lagu solo dalam tubuh!
Otak kami adalah setumpuk pembakaran yang berkilauan, dimana retihan api pemikiran dibakar dalam siksaan penuh kegembiraan.
Pikiran kami adalah sebuah oase terpencil, selalu berbunga dan ceria, dimana musik rahasia menyanyikan melodi rumit dari kegaiban bersayap kami.
Dan dalam otak kami, semua angin pegunungan menangis kepada kami; dalam daging kami semua, prahara dari laut berteriak kepada kami; semua Bidadari Kejahatan; mimpi kami adalah surga sesungguhnya yang dihuni oleh dewa-dewa suci yang menggetarkan.
Kami adalah iblis kehidupan yang sesungguhnya.
Sang pelopor waktu.
Pengumuman yang pertama!
Kesuburan hayati kami memabukkan kami dengan kekuatan dan hinaan.
Ia mengajarkan kami untuk membenci Kematian.
XIII
Hari ini kami telah mencapai perayaan tragis dari senja sosial yang hebat.
Senja yang merah.
Matahari terbenam yang me-merah darah.
Mengepakkan sayap-sayap yang berdenyut gelisah dalam angin.
Sayap-sayap merah dengan darah, sayap-sayap hitam dengan kematian!
Dalam bayangan. Kesedihan mengerahkan tentara dari anak-anak tak diketahuinya.
Keindahan dalam taman Kehidupan, dan tenunan karangan bunga untuk dinobatkan di pundak para pahlawan.
Roh-roh bebas telah menghempaskan halilintar-nya melintasi senja.
sebagai api pengumuman pertama: pertanda pertama dari peperangan!
zaman kami berada di bawah roda sejarah.
peradaban Demokrat berbalik ke arah kuburan.
Borjuis dan masyarakat kolot telah hancur fatal, terelakkan!
Fenomena fasis adalah bukti paling pasti dan tak terbantahkannya.
Untuk menunjukkannya, kami hanya perlu untuk kembali pada masanya dan mempertanyakan sejarah.
Tapi kami tidak butuh itu!
Masa kini telah berbicara dengan kefasihan yang melimpah!
Fasisme tidak lain hanyalah kekejaman yang menyakitkan dan menggetarkan dari masyarakat yang kolot, lemah dan vulgar, yang teramat menderita dan dengan tragis tenggelam di rawa kecacatannya dan kebohongannya sendiri.
Ia- fasisme - merayakan bacchanals dengan nyala api dari tumpukan kayu bakar dan pesta pora jahat dari darah.
Tapi dari retihan suram api kelabu ini, ia tidak berkilau bahkan dengan satu cetusan penuh semangat, spiritualitas inovatif, sedangkan darah yang tertumpah berubah menjadi anggur yang oleh para pelopor waktu dikumpulkan secara diam-diam dalam chalices merah kebencian, dan menunjukkannya sebagai minuman gagah berani untuk komuni beserta semua keturunan kesedihan sosial yang di panggil untuk perayaan senja dari peraduannya.
Karena pelopor besar waktu adalah saudara dan teman dari para keturunan kesedihan.
Dari kesedihan perjuangan.
Dari kesedihan kebangkitan.
Dari kesedihan penciptaan.
Kami akan merangkul saudara tak diketahui ini untuk bersama maju melawan semua penolakan "tidak", dan bersama mendaki menuju semua penegasan "ya"; menuju fajar rohani yang baru; menuju terik siang kehidupan yang baru.
Karena kami adalah para pecinta bahaya, yang berani melakukan segalanya, para penakluk ketidakmungkinan, para promotor dan pelopor segala "usaha"!
Karena hidup adalah usaha!
Setelah meniadakan perayaan senja sosial, kami akan merayakan ritual "ku": siang yang hebat bagi individu yang sempurna dan sesungguhnya.
Sehingga tidak ada lagi kemenangan malam.
Sehingga tidak ada lagi kegelapan yang mengelilingi kami.
Sehingga kemegahan api matahari mengekalkan pesta cahayanya di langit dan di laut.
XIV
Fasisme merupakan rintangan yang terlalu singkat dan tak berdaya untuk menghalangi jalannya pemikiran manusia yang meledak menembus setiap bendungan dan meluap melewati setiap batas, menggerakkan aksi di jalannya.
Fasisme adalah ketidak-berdayaan sebab ia adalah kekuatan brutal.
Ia adalah material tanpa roh, malam tanpa fajar.
Fasisme adalah `wajah lain dari sosialisme.
Keduanya adalah tubuh tanpa jiwa.