Rev Dia
Kita Semua Ditipu Lembaga Pendidikan
Pendidikan selalu memainkan peran besar dalam masyarakat selain hanya mengajarkan anak-anak untuk berhitung dan membaca. Setelah diperkenalkannya sistem pendidikan konvesional di era industri, hal tersebut menjadi platform propaganda negara yang sangat efektif. Siswa tidak hanya diajari bagaimana menjumlahkan dengan benar, tetapi juga menanamkan jiwa patriotisme dan bagaimana cara untuk menjadi roda gigi yang patuh kepada sistem. Tujuan utama dari sistem negara adalah untuk menumbuhkan sikap patuh dari masyarakatnya. Adapun pendidikan kejuruan, khususnya di Ukraina, sepenuhnya standar dan tidak memperhitungkan bakat masing-masing individu. Apalagi, pada kenyataannya, pendidikan khusus yang berkualitas tidak tersedia untuk kebanyakan orang karena terlalu mahal.
Banyak pemikir anarkisme telah mencoba mengembangkan model pembelajaran yang optimal.
Pada abad ke-19, Joseph Proudhon mengusulkan untuk mengalihkan pengelolaan pendidikan kepada komunitas pekerja dan petani itu sendiri, di mana guru akan dipekerjakan berdasarkan kebutuhan komunitas. Semua ahli teori anarkisme selanjutnya mengembangkan ide tersebut. Pada abad kedua puluh, Ivan Ilyich mengusulkan untuk mengganti sekolah konvensional dengan asosiasi informal gratis. Sebuah komunitas tempat orang-orang dapat bertemu untuk berbagi pengetahuan, pusat keterampilan, dan sebagai mitra pelatihan. Doi mengajukan gagasan bahwa, berorientasi pada praktik harus menjadi dasar pendidikan modern. Bukan kurikulum yang abstrak, tetapi passion pribadi masing-masing siswa yang menentukan pengetahuan apa yang akan diterimanya.
Mikhail Bakunin mengusulkan model pendidikan terpadu, yang dibangun di atas sistem kuno: setiap individu harus sama-sama mengembangkan keterampilan fisik dan intelektual. Doi menganggap studi utama seharusnya berfokus tentang alam dan sosiologi. Pendidikan praktis seharusnya mempersiapkan kaum muda untuk “pilihan profesi” yang mereka minati. Selanjutnya memilih program studi di bidang yang mereka minati di bawah bimbingan mentor.
Francisco Ferrer, seorang pendidik-anarkis Spanyol, membuka sekolah alternatifnya pada tahun 1901 di Barcelona, "Sekolah Modern" sekolah sekuler, yang bertujuan mewujudkan prinsip "pendidikan rasionalis", yaitu sekolah yang mengembangkan anak sesuai dengan karakteristik individunya. Mau anak itu cewek atau cowok, tanpa memandang status sosial, belajar bersama di sekolah ini. Pelatihan berlangsung dalam bentuk dialog dengan si guru, beraktivitas di lokakarya, dan mbolang (jalan-jalan ke alam, tamasya ke pabrik atau museum, dan sebagainya). Penekanan pembelajaran berfokus terhadap mata pelajaran ilmu alam dan diskusi dengan anak-anak tentang isu-isu terkini. Lambat laun, sekolah-sekolah lain untuk anak-anak pekerja mulai bermunculan di Spanyol, mengikuti contoh Sekolah Ferrer. Ide-idenya sangat populer di luar negeri sampai mengilhami terciptanya tipe guru baru di Amerika Serikat, Jerman, Brasil, dan negara-negara lain. Kematian tragis Ferrer, yang dieksekusi atas tuduhan tidak berdasar tentang mengorganisir pemberontakan, justru meningkatkan popularitas konsep Sekolah Ferrer.
Dalam konteks pendidikan, kombinasi pengetahuan teoritis dan kegiatan praktis adalah sesuatu yang penting. Pendidikan yang terlepas dari praktik dan permasalahan di kehidupan nyata pasti akan berubah menjadi omong kosong. Pada tahun 1964 penulis dan psikoterapis Amerika Paul Goodman menulis sebuah buku yang berjudul "Compulsory Poor Education," di mana Doi mencatat bahwa sebab dari remaja Amerika yang sering putus sekolah adalah karena merasa dirinya payah. Sekolah konvensinal memaksa anak-anak untuk "berkembang secara absurd" disuruh nolep di dalam ruang empat dinding, terpisah dari pengalaman hidup, dikelompokan dalam usia yang seragam. Sekolah konvensional hanya berpura-pura memberikan edukasi, tidak lebih sekedar hanya untuk membuang-buang waktu, tidak lebih sebagai penekan kreativitas dan penekan hasrat keinginan manusia untuk belajar tentang dunia sekitarnya.
Pendidikan hari ini sebenarnya sudah tidak lagi dibatasi oleh tembok suatu institusi manapun. Dunia modern menegaskan hal ini, sekarang terdapat platform MOOC, ada banyak layanan bimbingan belajar daring, atau video pelatihan populer di YouTube, tuh. Monopoli atas pengetahuan menghilang. Setiap orang dapat belajar dan berbagi keterampilan dengan mudah satu sama lain: jika kalian mengalami masalah lampu motor yang kiprok rusak, kalian tinggal searching, dan kalian dapat menonton video dengan instruksi terperinci tentang cara memperbaikinya. Dan video tersebut direkam bukan oleh tukang reparasi bersertifikat, tetapi oleh orang yang sama dengan kalian, yang menangani masalah kiprok sedikit lebih awal.
Mari kita beralih ke praktik, pendidikan di sekolah konvensional memang alat yang sangat baik untuk advokasi, tetapi sama sekali tidak membantu anak untuk membentuk basis pengetahuan yang diperlukan tentang dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, negara harus menarik diri dari dunia pendidikan, deh. Anarkis bertujuan untuk merancang pendidikan berkualitas yang dapat diakses oleh semua orang, dan merebutnya dari tangan negara atau propaganda agama.
Meskipun pendidikan saat ini disebut gratis, kita membayarnya melalui pajak. Kita tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan-kabijakannya. Ekonomi yang berorientasi sosial akan membuat proses ini transparan, memungkinkan untuk merencanakan pembangunan lembaga pendidikan dari semua biaya pemeliharaannya. Tugas pendidikan menengah (sekolah) adalah pengembangan pemikiran kritis dan inisiatif siswa. Sistem, yang dibagi menjadi kelas-kelas berdasarkan usia dan program pendidikan umum, akan menjadi sesuatu yang usang. Kemudian akan tergantikan oleh kesempatan yang sama secara individual, memilih item apa yang dirasa penting untuk diikuti.
Pendidikan vokasional akan dilakukan langsung di tempat produksi. Berkat latihan yang konstan, siswa akan dapat lebih efektif menguasai keterampilan yang telah dipilihnya. Kemudian dengan pengurangan jam produksi serta menciptakan kondisi di mana akses ke berbagai informasi tidak lagi diprivatisasi, setiap orang akan memiliki kesempatan untuk terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Pendidikan saat ini terlepas dari kenyataan, sehingga siswa sering merasa diri mereka benar-benar tidak layak untuk kehidupan di dunia nyata setelah lulus. Mereka sulit menemukan pekerjaan karena mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan. Masalah yang lebih besar lainnya adalah pendidikan berkualitas tidak tersedia bagi kebanyakan orang. Wong kita tidak diikutsertakan dalam mengelola anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, kita memiliki situasi di mana sekolah itu riweuh dan orang tua kita dipukuli oleh pejabat sebagai ancaman untuk mendukung pembangunan sekolah konvensional di kota kita. Itulah sebabnya negara harus melepaskan interferensinya dalam urusan pendidikan, masyarakat akan mampu mengatasi masalah pendidikannya dengan lebih baik.