Title: Kecemburuan: Penyebab dan Kemungkinan Penyembuhannya
Author: Emma Goldman
Language: Bahasa Indonesia
Publication: Heart Void
Date: 1910
Source: "Anarchism and Other Essays," by Emma Goldman, Mother Earth Publishing Association, New York, 1910
Notes: Diterjemahkan oleh Heart Void ke bahasa indonesia, dari potongan "Anarchism and Other Essays," dengan judul asli "Jealousy: Causes and a Possible Cure"

Tidak ada seorang pun yang mampu memiliki kebutuhan kehidupan batin yang disadari secara intens berharap untuk melepaskan diri dari kesedihan dan penderitaan mental. Kesedihan dan sering kali keputusasaan atas apa yang disebut sebagai kesesuaian abadi dari segala sesuatu adalah teman yang paling melekat dalam hidup kita. Namun, mereka tidak datang kepada kita dari luar, melalui perbuatan jahat dari orang-orang yang jahat. Mereka terkondisi dalam diri kita; bahkan, mereka terjalin melalui ribuan benang halus dan kasar dengan keberadaan kita.

Sangatlah penting bagi kita untuk menyadari fakta ini, karena orang-orang yang tidak pernah melepaskan diri dari anggapan bahwa kemalangan mereka disebabkan oleh kejahatan orang-orang di sekitar tidak akan pernah bisa mengatasi kebencian dan kedengkian picik yang terus-menerus menyalahkan, mengutuk, dan memburu orang lain untuk sesuatu yang tidak dapat dihindari sebagai bagian dari diri mereka sendiri. Orang-orang seperti itu tidak akan mencapai kemanusiaan sejati yang memandang baik dan jahat, bermoral dan tidak bermoral, hanya sebagai istilah yang terbatas untuk permainan emosi manusia di lautan kehidupan.

Filsuf " Melampaui kebaikan dan kejahatan", Nietzsche, saat ini dikecam sebagai pencetus kebencian nasional dan penghancuran dengan senapan mesin; tetapi hanya pembaca yang buruk dan murid yang buruk yang menafsirkannya demikian. " Melampaui kebaikan dan kejahatan" berarti melampaui tuduhan, melampaui penghakiman, melampaui pembunuhan, dll. Melampaui Kebaikan dan Kejahatan membukakan kepada kita sebuah pandangan yang didasari oleh pemahaman individu yang digabungkan dengan pemahaman semua orang yang berbeda dan tidak sama dengan kita.

Yang saya maksudkan bukan upaya demokrasi yang kikuk untuk menertibkan kerumitan karakter manusia melalui persamaan eksternal. Visi "melampaui kebaikan dan kejahatan" menunjuk pada hak atas diri sendiri, atas pribadi seseorang. Kemungkinan seperti ini tidak mengecualikan rasa sakit karena kemelut kehidupan, tetapi mengecualikan sikap puritan yang menghakimi orang lain kecuali diri sendiri.

Jelaslah bahwa orang yang benar-benar radikal --- ada banyak orang yang setengah matang, seperti yang anda tahu --- harus menerapkan pengakuan yang mendalam dan manusiawi ini pada hubungan seks dan cinta. Emosi seks dan cinta adalah salah satu ekspresi yang paling intim, paling intens dan sensitif dari keberadaan kita. Mereka sangat terkait dengan ciri-ciri fisik dan psikis individu sehingga membuat setiap hubungan cinta menjadi hubungan yang independen, tidak seperti hubungan cinta lainnya. Dengan kata lain, setiap cinta adalah hasil dari kesan dan karakteristik yang diberikan oleh dua orang yang terlibat di dalamnya. Setiap hubungan percintaan pada dasarnya harus tetap menjadi urusan pribadi. Baik Negara, Gereja, moralitas, atau orang-orang tidak boleh ikut campur.

Sayangnya hal ini tidak terjadi. Hubungan yang paling intim tunduk pada larangan, peraturan, dan paksaan, padahal faktor-faktor eksternal ini sama sekali asing bagi cinta, dan dengan demikian mengarah pada kontradiksi dan konflik abadi antara cinta dan hukum.

Hasilnya adalah kehidupan cinta kita tercampur menjadi kerusakan dan kemerosotan. "Cinta yang murni," yang banyak dielu-elukan oleh para penyair, berada dalam kemelut pernikahan, perceraian, dan keterasingan. Saat ini, cinta yang murni adalah satu hal yang langka. Dengan uang, status sosial, dan posisi sebagai kriteria cinta, prostitusi menjadi tak terelakkan, bahkan jika ditutupi dengan alasan legitimasi dan moralitas.

Kejahatan yang paling umum dalam kehidupan cinta kita yang termutilasi adalah kecemburuan, yang sering digambarkan sebagai "monster bermata hijau" yang berbohong, menipu, mengkhianati, dan membunuh. Gagasan yang populer adalah bahwa kecemburuan adalah bawaan sejak lahir dan oleh karena itu tidak akan pernah bisa dihilangkan dari hati manusia. Gagasan ini adalah alasan yang sesuai bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk memahami sebab dan akibat.

Kesedihan karena kehilangan cinta, karena terputusnya benang merah hubungan cinta, memang melekat pada diri kita. Kesedihan emosional telah mengilhami banyak lirik yang luhur, wawasan yang mendalam, dan kegembiraan puitis dari seorang Byron, Shelley, Heine, dan lainnya. Namun, adakah yang membandingkan kesedihan ini dengan apa yang biasanya disebut sebagai kecemburuan? Mereka tidak sama seperti kebijaksanaan dan kebodohan. Seperti kehalusan dan kekasaran. Sebagai martabat dan paksaan yang brutal. Kecemburuan adalah kebalikan dari memahami, simpati, dan perasaan murah hati. Kecemburuan tidak pernah menambah kepribadian, tidak pernah membuat seseorang menjadi besar dan baik. Yang dilakukannya adalah membutakan dirinya dengan kemarahan, kecurigaan, dan iri hati.

Kecemburuan, yang kita lihat dalam tragedi pernikahan dan komedi, selalu merupakan penuduh yang fanatik dan sepihak, yang yakin akan kebenarannya sendiri dan keburukan, kekejaman, serta rasa bersalah korbannya. Kecemburuan tidak pernah berusaha untuk memahami. Satu-satunya keinginan adalah untuk menghukum, dan menghukum seberat mungkin. Gagasan ini diwujudkan dalam kode kehormatan, seperti yang diwakili dalam duel atau hukum tidak tertulis. Kode yang menyatakan bahwa rayuan terhadap seorang perempuan harus ditebus dengan kematian si penggoda. Bahkan ketika rayuan tidak terjadi, di mana keduanya secara sukarela menyerah pada dorongan terdalam, kehormatan dipulihkan hanya ketika darah telah ditumpahkan, baik dari laki-laki atau perempuan.

Kecemburuan terobsesi oleh rasa ingin memiliki dan balas dendam. Hal ini sangat sesuai dengan semua hukum lainnya yang berdasarkan pada undang-undang dengan gagasan yang masih menganut paham biadab bahwa suatu pelanggaran, yang sering kali merupakan akibat dari kesalahan sosial, harus dihukum atau dibalas setimpal.

Argumen yang sangat kuat untuk menentang kecemburuan dapat ditemukan dalam data para sejarawan seperti Morgan, Reclus, dan yang lainnya, mengenai hubungan di antara orang-orang primitif. Siapa pun yang memahami karya-karya mereka tahu bahwa monogami adalah bentuk hubungan yang muncul belakangan, sebagai akibat dari domestikasi dan kepemilikan atas perempuan, dan yang menciptakan monopoli sex serta perasaan cemburu yang tak terelakkan.

Di masa lalu, ketika laki-laki dan perempuan berbaur dengan bebas tanpa campur tangan hukum dan moralitas, tidak memungkinkan adanya kecemburuan, karena hal ini didasarkan pada asumsi bahwa seorang laki-laki memiliki monopoli seks eksklusif terhadap seorang perempuan dan sebaliknya. Saat seseorang berkencan dan melanggar ajaran sakral ini, kecemburuan akan muncul. Dalam keadaan seperti itu, konyol untuk mengatakan bahwa kecemburuan adalah hal yang wajar. Faktanya, itu adalah hasil buatan dari penyebab buatan, tidak ada yang lain.

Sayangnya, bukan hanya pernikahan konservatif yang dipenuhi dengan gagasan monopoli seks; apa yang disebut sebagai persatuan bebas juga menjadi korbannya. Argumen yang dilontarkan adalah bahwa ini adalah satu lagi bukti kecemburuan adalah sifat bawaan. Tetapi harus diingat bahwa monopoli seks telah diwariskan dari generasi ke generasi sebagai hak yang sakral dan dasar kemurnian keluarga dan rumah tangga. Dan sama seperti Gereja dan Negara menerima monopoli seks sebagai satu-satunya pengaman ikatan pernikahan, demikian pula keduanya menjustifikasi kecemburuan sebagai senjata pertahanan yang sah untuk melindungi hak milik.

Sekarang, meskipun benar bahwa banyak orang telah melampaui legalitas monopoli seks, mereka belum melampaui tradisi dan kebiasaannya. Oleh karena itu, mereka menjadi dibutakan oleh "monster bermata hijau" seperti halnya tetangga mereka yang konservatif pada saat harta benda mereka dipertaruhkan.

Seorang laki-laki atau perempuan yang bebas dan cukup dewasa untuk tidak terlibat atau meributkan hal-hal eksternal dari orang yang dicintainya pasti akan dibenci oleh teman-temannya yang konservatif dan diolok-olok oleh teman-temannya yang radikal. Dia akan dikecam sebagai orang yang lemah atau pengecut; sering kali beberapa motif materi yang kecil akan disematkan padanya. Dalam hal apapun, laki-laki dan perempuan seperti itu akan menjadi sasaran gosip kasar atau lelucon kotor tanpa alasan lain selain karena mereka memberikan hak kepada istri, suami, atau kekasih untuk memiliki tubuh mereka sendiri dan ekspresi emosional mereka, tanpa membuat tingkah laku cemburu atau ancaman untuk melawan orang yang mengusiknya.

Ada faktor-faktor lain dalam kecemburuan: keangkuhan laki-laki dan rasa iri perempuan. Laki-laki dalam hal seksual adalah penipu, pembual, dia selalu mengagungkan eksploitasi dan kesuksesannya atas perempuan. Laki-laki bersikeras memainkan peran sebagai penakluk, sebagaimana ia telah diberitahu bahwa perempuan ingin sekali ditaklukkan, bahwa perempuan sangat menyukai rayuan. Merasa dirinya sebagai satu-satunya ayam jantan di lumbung, atau pejantan yang harus beradu tanduk untuk memenangkan betina, laki-laki merasa terluka dalam keangkuhan dan kesombongannya saat seorang pesaing muncul di hadapannya --- adegan ini, bahkan di antara orang-orang yang disebut sebagai laki-laki yang beradab, tetaplah sebuah cinta seks bagi perempuan, yang seharusnya hanya dimiliki oleh seorang majikan.

Dengan kata lain, monopoli seks yang membahayakan bersama dengan keangkuhan laki-laki yang membara dalam sembilan puluh sembilan kasus dari seratus kasus adalah anteseden dari kecemburuan.

Dalam kasus perempuan, kecemasan ekonomi terhadap dirinya dan anak-anaknya serta rasa iri terhadap perempuan lain yang mendapatkan perhatian di mata orang lain selalu menciptakan kecemburuan. Dalam keadilan bagi perempuan, dapat dikatakan bahwa selama beberapa abad terakhir, daya tarik fisik adalah satu-satunya modalnya dalam berdagang, oleh karena itu ia harus merasa iri dengan pesona dan nilai perempuan lain yang mengancam kepemilikannya yang berharga.

Aspek yang menggelikan dari seluruh masalah ini adalah bahwa laki-laki dan perempuan sering kali menjadi sangat cemburu pada orang-orang yang sebenarnya tidak terlalu mereka pedulikan. Oleh karena itu, kemarahan mereka bukanlah karena cinta, melainkan karena keangkuhan dan rasa iri mereka yang berteriak lantang atas ini "kesalahan besar". Kemungkinan besar perempuan itu tidak pernah mencintai laki-laki yang dia curigai dan mata-matai. Kemungkinan besar dia tidak pernah berusaha untuk mempertahankan cintanya. Tetapi saat seorang pesaing datang, dia mulai menilai properti seksnya untuk dipertahankan dengan menghalalkan segala cara meskipun itu sangat hina dan kejam.

Maka, jelaslah bahwa kecemburuan bukanlah hasil dari cinta. Bahkan, jika kita dapat memeriksa sebagian besar kasus kecemburuan, kemungkinan besar akan ditemukan bahwa semakin sedikit orang yang dijiwai oleh cinta yang besar, semakin jahat dan hina kecemburuan mereka. Dua orang yang terikat dalam keharmonisan dan kesatuan batin tidak takut akan rusaknya kepercayaan dan rasa aman mereka, jika salah satu dari mereka mendapatkan ketertarikan dari luar, dan juga tidak akan berakhir dengan permusuhan yang keji, seperti yang sering terjadi pada banyak orang. Banyak dari mereka yang tidak mampu, atau tidak dapat menerima pilihan orang yang dicintainya ke dalam keintiman hidup mereka, tetapi hal itu tidak memberikan hak kepada salah satu dari mereka untuk menyangkal kenyataan akan adanya ketertarikan tersebut.

Karena saya akan membahas variasi dan monogami dua minggu lagi, saya tidak akan membahas keduanya di sini, kecuali untuk mengatakan bahwa memandang orang yang dapat mencintai lebih dari satu orang sebagai orang yang jahat atau tidak normal adalah hal yang sangat bodoh. Saya telah membahas beberapa penyebab kecemburuan, dan saya harus menambahkan pranata pernikahan sebagaimana yang dinyatakan oleh Negara dan Gereja sebagai "ikatan sampai maut memisahkan." Hal ini diterima sebagai cara etis untuk hidup yang benar dan perbuatan yang benar.

Cinta, dengan segala keberagaman dan perubahannya, terkekang dan terjepit, tidak mengherankan jika kecemburuan muncul darinya. Apa lagi selain kepicikan, kekejaman, kecurigaan, dan dendam yang bisa muncul ketika seorang laki-laki dan perempuan secara resmi disatukan dengan formula "mulai sekarang kalian adalah satu dalam tubuh dan jiwa." Bayangkan saja pasangan yang terikat sedemikian rupa, bergantung satu sama lain untuk setiap pikiran dan perasaan, tanpa hasrat atau keingingan dari luar, dan tanyakan pada diri Anda apakah hubungan seperti itu tidak akan menjadi penuh kebencian dan tak dapat dipertahankan seiring berjalannya waktu.

Dalam beberapa kasus, belenggu itu dipatahkan, dan karena keadaan yang menyebabkan hal ini biasanya buruk dan merendahkan, maka tidak mengherankan jika hal ini membawa sifat dan motif manusia yang paling buruk dan paling jahat.

Dengan kata lain, campur tangan hukum, agama, dan moral adalah orang tua dari kehidupan percintaan dan seks kita yang tidak wajar saat ini, dan darinya kecemburuan itu tumbuh. Ini adalah cambuk yang menyiksa manusia yang malang karena kebodohan, ketidaktahuan, dan prasangka mereka.

Tetapi tidak ada yang perlu berusaha untuk membenarkan dirinya sendiri dengan alasan menjadi korban dari kondisi ini. Memang benar bahwa kita semua pandai di bawah beban tatanan sosial yang salah, di bawah paksaan dan kebutaan moral. Namun, bukankah kita adalah individu-individu yang sadar, yang memiliki tujuan untuk membawa kebenaran dan keadilan ke dalam kehidupan manusia? Teori bahwa manusia adalah produk dari kondisi-kondisi hanya mengarah pada ketidakpedulian dan persetujuan yang kaku terhadap kondisi-kondisi ini. Namun semua orang tahu bahwa adaptasi terhadap mode kehidupan yang tidak sehat dan tidak adil hanya akan memperkuat keduanya, sementara manusia, yang disebut sebagai mahakarya segala ciptaan, yang diperlengkapi dengan kemampuan untuk berpikir dan melihat di atas segalanya dan terutama untuk menggunakan kekuatan inisiatifnya, semakin lama semakin lemah, semakin pasif, semakin fatalis.

Tidak ada yang lebih mengerikan dan fatal daripada menggali ke dalam bagian vital orang yang kita cintai dan diri kita sendiri. Kecemburuan hanya akan merobek-robek setiap ikatan kasih sayang yang masih tersisa dalam hubungan dan akhirnya membawa kita ke jurang akhir, yang berusaha dicegah oleh kecemburuan, yaitu hilangnya cinta, persahabatan, dan rasa percaya.

Kecemburuan memang merupakan media yang buruk untuk mengamankan cinta, tetapi merupakan media yang tepat untuk menghancurkan harga diri seseorang. Karena mereka yang cemburu, seperti orang yang mabuk, merosot ke tingkat yang paling rendah dan pada akhirnya hanya menimbulkan rasa jijik dan benci.

Kesedihan karena kehilangan cinta atau karena cinta yang tidak berbalas di antara orang-orang yang mampu berpikir kritis dan baik tidak akan pernah membuat seseorang menjadi buruk. Mereka yang peka dan baik-baik saja hanya perlu bertanya pada diri sendiri apakah mereka dapat mentolerir hubungan yang diwajibkan, dan pernyataan tidak yang tegas akan menjadi jawabannya. Tetapi kebanyakan orang terus hidup berdekatan satu sama lain meskipun mereka sudah lama tidak lagi hidup bersama --- kehidupan yang cukup subur untuk berlangsungnya kecemburuan, yang metodenya mulai dari membuka hubungan pribadi hingga pembunuhan. Dibandingkan dengan kengerian seperti itu, perzinahan terbuka tampaknya merupakan tindakan keberanian dan pembebasan.

Perisai yang kuat untuk melawan vulgarnya kecemburuan adalah bahwa laki-laki dan perempuan tidak berasal dari satu tubuh dan satu roh. Mereka adalah dua manusia, dengan temperamen, perasaan, dan emosi yang berbeda. Masing-masing adalah sebuah kosmos kecil dalam dirinya sendiri, yang menikmati pikiran dan ide-idenya sendiri. Sungguh mulia dan puitis jika kedua dunia ini bertemu dalam kebebasan dan kesetaraan. Bahkan jika ini berlangsung dalam waktu yang singkat, hal ini sudah sangat berharga. Tetapi, saat kedua dunia dipaksa untuk bersatu, semua keindahan dan keharumannya lenyap dan yang tersisa hanyalah daun-daun yang mati. Siapa pun yang memahami kebenaran ini akan menganggap kecemburuan berada di bawah dirinya dan tidak akan pernah membiarkannya menggantung sebagai pedang Damocles di atas dirinya.

Semua pasangan kekasih sebaiknya membiarkan pintu cinta mereka terbuka lebar. Ketika cinta dapat pergi dan datang tanpa takut bertemu dengan anjing penjaga, kecemburuan tidak akan berakar karena ia akan segera mengetahui bahwa di mana tidak ada kunci dan gembok, di sana tidak ada tempat untuk kecurigaan dan ketidakpercayaan, dua elemen yang membuat kecemburuan tumbuh subur dan berkembang.