Emma Goldman
Penjara: Kejahatan dan Kegagalan Sosial
Pada 1849, Feodore Dostoyevsky menulis di dinding sel penjara mengenai kisal soal Imam dan Iblis. Begini tulisnya :
‘Halo, bapa yang kecil dan gemuk!’ kata iblis pada imam. “Apa yang membuat kamu berbohong pada orang-orang miskin itu, sehingga menyesatkan mereka? Tahukan kamu jikalau mereka sudah merasakan derita siksaan neraka dalam kehidupan duniawi mereka? Tahukan kamu, bahwa kamu dan otoritas negara adalah wakilku di bumi? Kamulah yang membawa sakitnya neraka dengan ancamanmu ke mereka. Apa kamu tidak tahu ini? Nah, kalau begitu, ikut denganku!’
Iblis meraih kerah baju imam, mengangkatnya tinggi di udara, dan membawanya ke pabrik, ke pengecoran besi. Dia melihat para pekerja di sana berjalan dan bergegas ke sana kemari, dan bekerja keras dalam panas terik. Udaranya terlalu sesak dan panas bagi imam. Ia meneteskan air mata, ia meminta kepada setan: ‘Biarkan aku pergi. Biarkan aku meninggalkan neraka ini!’
“‘Oh, teman, aku harus menunjukkan lebih banyak banyak tempat.’ Iblis terus menyeret dia pergi ke sebuah peternakan. Di sana ia melihat pekerja mengirik gandum. Debu dan panas yang tak tertahankan. Pemilik membawa cambuk, dan tanpa ampun mencambuk siapapun yang jatuh ke tanah karena kerja keras atau kelaparan.
Berikutnya iblis membawanya ke pondok dimana para pekerja yang sama hidup dengan keluarga mereka -kotor, dingin, berasap, berbau. Iblis nyengir. Dia menunjukkan kemiskinan dan kesulitan yang ada di rumah itu.
“‘Baik, bukankah ini cukup?’ iblis bertanya, seolah-olah tampaknya iblis mengasihi orang-orang. Hamba Allah yang saleh itu tidak dapat menanggung beratnya. Dengan tangan terangkat ia memohon: ‘Biarkan aku pergi jauh dari sini. Ya, ya! Ini adalah neraka di bumi!’
“‘Kalau begitu, kamu melihat. Dan kamu masih menyiksa mereka dengan menjanjikan mereka neraka lain, kamu menyiksa mereka sampai mati mentalnya ketika mereka semua sudah mati secara fisik. Ayo aku akan menunjukkan satu lagi neraka – Satu lagi, yang paling buruk.”
Dia membawanya ke penjara dan menunjukkan kamar bawah tanah, dengan udara kotor dan banyaknya manusia, yang dirampok semua kesehatan dan energinya, berbaring di lantai, dipenuhi dengan kutu, telanjang bulat, dan tubuh mereka kurus.
“‘Lepaskan pakaian sutramu,’ kata iblis pada imam, ‘Lalu kenakan rantai berat ini di pergelangan kakimu seperti orang malang ini; berbaringlah di lantai yang dingin dan kotor- dan kemudian berbicara kepada mereka tentang neraka yang masih menanti mereka!”
“‘Tidak, tidak!’ imam menjawab, ‘Aku tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih mengerikan dari ini. Aku, biarkan aku pergi dari sini! ‘
“‘Ya, ini adalah neraka. Tidak akan ada yang lebih buruk dari neraka ini. Tidakkah kau tahu itu? Apakah kau tidak tahu bahwa laki-laki dan perempuan yang telah kamu takuti dengan gambaran akhirat neraka -Kamu tidak tahu bahwa mereka berada di neraka ini, sebelum mereka mati?”
Cerita ini ditulis lima puluh tahun yang lalu di Rusia, di dinding salah satu penjara yang paling mengerikan. Namun siapa yang bisa menyangkal bahwa hal yang sama juga berlaku dengan kekuatan yang sama saat ini, bahkan di penjara di Amerika?
Dengan semua bualan reformasi kita, perubahan sosial kita yang besar, dan penemuan kita yang maju, manusia terus dikirim ke neraka yang buruk, dimana mereka marah, terdegradasi, dan disiksa, bahwa masyarakat dapat “dilindungi” dari hantu yang telah mereka buat sendiri.
Benarkah penjara adalah sebuah perlindungan sosial? Pikiran mengerikan macam apa itu? Pikiran ini sama halnya, dengan mengatakan bahwa kesehatan dapat dicapai dengan penularan wabah yang tersebar luas.
Setelah delapan belas bulan mengalami horor di sebuah penjara di Inggris, Oscar Wilde memberikan kepada dunia sebuah karya yang besar, The Ballad of Goal Reading :
Perbuatan hina, seperti rumput liar beracun,
Merekah juga di udara penjara;
Hal ini hanya apa yang baik pada seorang Manusia
Bahwa limbah dan layu yang ada di sana.
Pucat penderitaan membuat gerbang tetap berat,
dan Kepala Sipir adalah Keputusasaan.
Masyarakat terus mengabadikan udara beracun ini, tidak menyadari bahwa hal ini hanyalah kesia-siaan.
Pada saat ini kita menghabiskan $ 3.5 juta per hari, $ 1 milyar per tahun, untuk mempertahankan lembaga penjara, dan bahwa di negara demokrasi, -ini adalah jumlah yang hampir sama besar dengan gabungan penghasilan dari gandum senilai $ 750 juta dan penghasilan dari batubara senilai $ 350 juta. Profesor Bushnell dari Washington DC, memperkirakan penjara menghabiskan biaya sebesar $ 6 milyar per tahun, dan Dr. G. Frank Lydston, seorang penulis Amerika terkemuka soal kejahatan, menyatakan bahwa $ 5 milyar setiap tahun untuk biaya manajerial penjara sebagai sesuatu yang wajar. Sebuah penghamburan yang keterlaluan untuk tujuan menelan sejumlah besar manusia yang dikurung seperti binatang buas![1]
Sementara itu kejahatan terus mengalami peningkatan. Kita belajar bahwa di Amerika, ada 4½ kali lebih banyak kejahatan untuk setiap juta penduduk untuk saat ini, ketimbang 20 tahun yang lalu.
Aspek yang paling mengerikan adalah bahwa kejahatan nasional kita adalah pembunuhan, bukan perampokan, penggelapan, atau pemerkosaan, seperti di Selatan. London ukurannya lima kali lebih besar ketimbang di Chicago. Namun akhir-akhir ini ada 118 pembunuhan setiap tahun di Chicago, sementara hanya 20 pembunuhan di London. Chicago adalah kota yang terkemuka dalam kejahatan, karena hanya ada tujuh kota yang masuk dalam daftar, yang dipimpin oleh empat kota di Selatan, salah satunya San Francisco dan Los Angeles. Mengingat kondisi tersebut adalah urusan yang mengerikan, adalah bualan konyol jika mengatakan bahwa perlindungan masyarakat berasal dari penjara.
Rata-rata pikiran orang terlalu lambat untuk menangkap kebenaran, tetapi ketika hampir semuanya sepenuhnya diselenggarakan, penjara, lembaga terpusat itu, tetap dipertahankan walau memberikan beban nasional yang berlebihan, yang terbukti memberikan kegagalan sosial yang lengkap. Yang paling membosankan adalah ketika kita harus mulai mempertanyakan haknya untuk eksis. Sekarang kita tidak boleh lagi puas dengan tatanan sosial kita karena “ditahbiskan oleh hak ilahi,” atau dengan keagungan hukum.
Investigasi di penjara secara mendalam, agitasi, dan pendidikan selama beberapa tahun terakhir adalah bukti yang meyakinkan bahwa manusia belajar untuk menggali jauh ke dalam bagian paling bawah dari masyarakat, ke penyebab perbedaan mengerikan antara kehidupan sosial dan individual.
Lalu mengapa, apakah penjara adalah kejahatan dan kegagalan sosial? Untuk menjawab pertanyaan penting ini, perlu bagi kita untuk mencari sifat dan penyebab dari kejahatan, menentukan metode yang digunakan dalam menghadapi mereka, serta efek metode ini yang menghasilkan pembersihan masyarakat dari kutukan dan horor kejahatan.
Pertama, mengenai sifat alamiah kejahatan:
Havelock Ellis membagi kejahatan menjadi empat jenis, yaitu yang politis (political), yang berhasrat (passional), yang gila (insane), dan yang sesekali (occasional). Soal kejahatan politik (political), Havelock mengatakan bahwa penjahat dengan jenis ini sebenarnya korban dari upaya pemerintah yang kurang lebih despotik untuk menjaga kestabilitasamnya sendiri. Dia belum tentu bersalah karena melakukan kejahatan yang tidak sosial; ia hanya mencoba untuk menghancurkan tatanan politik tertentu yang mungkin menjadikan dirinya sendiri menjadi anti-sosial. Kebenaran ini diakui di seluruh dunia, kecuali di Amerika dimana gagasan bodoh masih berlaku, bahwa dalam demokrasi tidak ada tempat bagi para penjahat politik. Namun John Brown adalah seorang kriminal politik; begitu pula The Chicago Anarchist; begitu pula setiap penyerangnya. Akibatnya, kata Havelock Ellis, penjahat politik pada suatu waktu atau tempat mungkin akan menjadi pahlawan, martir, atau orang suci pada waktu yang lain. Lombroso menyebut bahwa para penjahat politik sebenarnya adalah perintis jalan sebenarnya dari gerakan progresif kemanusiaan.
Sementara itu, “para kriminal yang digerakan oleh hasrat (passional) biasanya adalah manusia yang dilahirkan secara sehat dan hidup dengan jujur, tetapi karena di bawah tekanan dari beberapa hal yang lebih besar, kesalahan yang tidak layak telah menempa keadilan bagi dirinya sendiri.”[2]
Hugh C. Weir, dalam karyanya The Menace of the Police, mengutip kasus Jim Flaherty, seorang penjahat oleh hasrat, yang bukannya diselamatkan oleh masyarakat, malah berubah menjadi seorang pemabuk dan residivis, dengan keluarganya yang dilanda kehancuran dan kemiskinan sebagai hasilnya.
Contoh lain yang lebih menyedihkan adalah Archie, korban dalam novel Brand Whitlock’s, The Turn of the Balance, sebuah uraian terbesar Amerika perihal produksi kejahatan. Archie, bahkan lebih buruk dari Flaherty, didorong untuk melakukan kejahatan oleh kebiadaban kejam dari sekitarnya, dan oleh mesin hukum yang tidak mengindahkan moral. Archie dan Flaherty dan ribuan orang lainnya, menunjukkan bagaimana aspek legal dari hukum, dan metode yang berurusan dengan itu membantu menciptakan penyakit yang menggerogoti seluruh kehidupan sosial kita.
“Para kriminal yang gila benar-benar tidak dapat lagi dipertimbangkan sebagai kriminal ketimbang sebagai seorang anak, mengingat mereka secara mental berada dalam kondisi yang sama seperti bayi atau binatang.”[3]
Hukum sudah mengakui itu, tapi hanya dalam kasus yang jarang terjadi dengan sifat yang sangat mencolok, atau ketika kekayaan pelakunya ini memungkinkan dirinya menikmati kemewahan dari kegilaan kriminalnya. Tapi dari seluruh “kedaulatan keadilan” masih terus menghukum para kriminal gila (insane) dengan seluruh kekuatannya yang mengerikan. Jadi Ellis mengutip dari statistik Dr. Richter yang menunjukkan bahwa di Jerman, 106 orang gila dari 144 kriminal gila, telah dikenakan hukuman berat.
Sementara para kriminal sesekali (occasional) “menunjukan sejauh mana kelas terbesar dari populasi penjara kami, adalah ancaman terbesar bagi kesejahteraan sosial.” Apa penyebab yang memaksa banyaknya orang untuk melakukan tindak kejahatan, untuk lebih memilih kehidupan yang mengerikan di dalam dinding penjara ketimbang kehidupan di luar? Tentu penyebab seharusnya adalah tuan besi (iron master)[4], yang meninggalkan korbannya tidak ada lagi jalan untuk melarikan diri, untuk manusia yang paling bejat mencintai kebebasan.
Kekuatan hebat ini dikondisikan dalam pengaturan sosial dan ekonomi kita yang kejam. Saya tidak bermaksud untuk menyangkal faktor biologis, fisiologis, atau psikologis dalam terciptanya kejahatan; tapi hampir tidak ada kriminolog canggih yang menyangkal bahwa pengaruh sosial dan ekonomi yang paling tak kenal lelahlah yang menjadi penyebab kejahatan. Makbul bahkan ada kecenderungan kriminal bawaan, tidak ada yang salah bahwa kecenderungan ini menemukan nutrisi yang kaya dalam lingkungan sosial kita.
Ada hubungan dekat, kata Havelock Ellis, antara kejahatan dengan orang dan harga alkohol, antara kejahatan terhadap properti dan harga gandum. Dia mengutip Quetelet dan Lacassagne, yang mengamati masyarakat yang menyiapkan kejahatan, dan penjahat sebagai instrumen yang mengeksekusi mereka. Mereka menemukan bahwa “lingkungan sosial adalah media untuk budidaya kriminalitas, bahwa kriminal adalah mikroba, unsur yang hanya menjadi penting ketika menemukan media yang menyebabkannya untuk melakukan fermentasi; setiap masyarakat layak memiliki penjahat.”[5]
Periode industri yang paling “makmur” tidak memungkinkan pekerja untuk memiliki pendapatan yang cukup untuk menjaga kesehatan dan kebugarannya. Dan seperti kemakmuran, yang terbaik, dalam kondisi imajiner, ribuan orang terus-menerus bertambah ke dalam rombongan besar pengangguran. Dari timur ke barat, dari selatan ke utara, gerombolan gelandangan besar ini mencari pekerjaan atau makanan, dan yang mereka semua temukan hanyalah rumah sosial untuk gelandangan atau tempat kumuh. Mereka yang memiliki percikan diri lebih memilih untuk pergi, atau yang lebih terbuka dengan tantangan lebih memilih untuk melakukan kejahatan, sebuah posisi yang terdegradasi dari kemiskinan.
Edward Carpenter memperkirakan bahwa 5/6 kejahatan yang dituntut terdiri dari beberapa pelanggaran hak milik; tapi itu angka yang terlalu rendah. Sebuah penyelidikan menyeluruh akan membuktikan bahwa 9/10 kejahatan yang bisa dilacak, langsung atau tidak langsung, berhubungan dengan kejahatan ekonomi dan sosial kita, sistem kita yang tanpa belas kasihan mengeksploitasi dan merampok mereka. Tidak ada seorang kriminal yang begitu bodoh untuk mengakui fakta yang mengerikan ini, meskipun ia mungkin tidak bisa menjelaskan itu.
Koleksi filsafat pidana, yang telah disusun oleh Havelock Ellis, Lombroso, dan ahli terkemuka lainnya, menunjukkan bahwa seorang kriminal merasa terlalu teliti bahwa masyarakatlah yang mendorong dia untuk melakukan kejahatan. Seorang pencuri Milanese mengatakan pada Lombroso: “Saya tidak merampok, saya hanya mengambil dari orang kaya yang berlebih-lebihan, selain itu, bukankah advokat dan pedagang juga merampok?” Seorang pembunuh menulis: “Mengetahui bahwa 3/4 dari kebajikan sosial adalah kejahatan yang paling buruk, saya pikir serangan terbuka pada orang kaya akan kurang tercela daripada kombinasi hati-hati dari penipuan.” Yang lain menulis: “Saya dipenjara karena mencuri setengah lusin telur. Menteri yang merampok jutaan dihormati. Italia yang malang!” Seorang tahanan berpendidikan berkata pada Davitt: “Hukum masyarakat telah dibingkai dengan tujuan untuk mengamankan kekayaan dunia untuk kekuasaan dan perhitungan, sehingga merampas porsi yang lebih besar dari hak dan peluang umat manusia yang lain. Mengapa mereka harus menghukum saya untuk mengambil dengan cara yang agak mirip dengan mereka yang telah mengambil lebih dari hak yang sebenarnya mereka memiliki?” Orang yang sama menambahkan: “Agama merampas jiwa kemerdekaannya; patriotisme adalah ibadah bodoh dari dunia yang mana kesejahteraan dan ketenangan penduduk telah dikorbankan oleh mereka yang mendapatkan keuntungan dari itu, sementara hukum negara, menahan keinginan alami, yang melancarkan perang terhadap semangat nyata dari hukum umat kami. Dibandingkan dengan ini,” pungkasnya, “mencuri adalah untuk mengejar kehormatan.”[6]
Sesungguhnya, ada kebenaran yang lebih besar dalam filosofi ini daripada di semua buku-buku hukum dan moral masyarakat.
Faktor-faktor ekonomi, politik, moral, dan fisik menjadi mikroba kejahatan, bagaimana masyarakat ketika menemui situasi seperti ini?
Metode untuk mengatasi kejahatan tidak ragu lagi telah mengalami beberapa perubahan, terutama dalam arti teori. Dalam prakteknya, masyarakat tetap memiliki motif primitif dalam menangani pelaku kejahatan; yaitu, balas dendam. Kita juga telah mengadopsi ide teologis; yaitu, hukuman; sedangkan metode hukum dan “beradab” yang terdiri dari upaya pencegahan atau teror, dan reformasi. Kita akan melihat bahwa semua empat mode tersebut telah gagal sama sekali, dan bahwa hari ini kita bahkan tidak mendekati solusi seperti pada saat abad kegelapan.
Dorongan alami dari manusia primitif untuk menyerang kembali, untuk membalas orang yang dianggap salah, telah ketinggalan zaman. Sebaliknya, orang yang beradab, dilucuti keteguhan dan keberaniannya, telah diutus ke mesin yang terorganisir dengan tugas untuk membalas kesalahannya, dengan keyakinan bodoh bahwa negara dibenarkan dalam melakukan apa yang tidak lagi dewasa atau konsisten untuk ia lakukan. “Keagungan hukum” adalah hal penalaran; ia tidak akan membungkuk ke naluri primitif. Misinya bersifat “lebih tinggi”. Benar, ia masih akan tenggelam dalam kekacauan teologis, yang menyatakan hukuman sebagai sarana pemurnian, atau penebusan dosa. Namun secara hukum dan sosial, bukan hanya menciptakan derita rasa sakit pada pelaku, tetapi juga untuk efek yang menakutkan pada orang lain.
Lagi pula apa dasar nyata dari hukuman? Gagasan dari kehendak bebas, gagasan bahwa manusia setiap saat adalah agen bebas untuk yang baik atau yang jahat; jika ia memilih yang terakhir, ia harus membayar harga atas apa yang ia perbuat. Meskipun teori ini telah lama meledak, dan dibuang ke tempat sampah, teori ini terus saja diterapkan setiap hari oleh seluruh mesin dari pemerintah, mengubahnya menjadi penyiksa paling kejam dan brutal dari kehidupan manusia. Satu-satunya alasan untuk keberlangsungannya adalah gagasan yang meyakini semakin kejam teror dari hukuman menyebar, maka semakin banyak efek pencegahan yang muncul.
Masyarakat menggunakan metode yang paling drastis saat berurusan dengan pelanggar sosial. Mengapa mereka tidak menghalanginya saja? Meskipun di Amerika seorang seharusnya dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah, instrumen hukum, yaitu polisi, melakukan teror, melakukan penangkapan tanpa pandang bulu, memukul, mengintimidasi orang, menggunakan metode barbar untuk menundukkan korban mereka yang malang ke penjara yang berbau busuk, dan masih diumpat oleh penjaganya pula. Namun kejahatan dengan cepat menggandakan diri, dan masyarakat harus membayar harganya. Di sisi lain, sudah jadi rahasia umum bahwa ketika warga yang tidak beruntung telah diberikan “pengampunan” hukum, dan demi keselamatan tersembunyi dari keburukan neraka, Calvary yang sebenarnya dimulai. Dirampok haknya sebagai manusia, terdegradasi menjadi robot belaka tanpa kehendak atau perasaan, tergantung sepenuhnya pada belas kasihan dari penjaga brutal, dia setiap hari melewati proses dehumanisasi, bandingkan dengan yang mana orang biadab balas dendam pada permainan anak kecil itu.
Tidak ada satupun lembaga pidana di Amerika Serikat dimana para kriminal tidak disiksa “untuk berbuat baik,” dengan cara black-jack, strait-jacket, “burung bersenandung” (penyetruman listrik pada tubuh manusia), solitary, bull-ring, dan tidak diberi makan.[7] Dalam lembaga-lembaga ini, kehendak para kriminal menjadi rusak, jiwanya terdegradasi, rohnya ditundukkan oleh rutinitas monoton dan mematikan dari kehidupan penjara. Di Ohio, Illinois, Pennsylvania, Missouri, dan di selatan, kengerian ini telah menjadi begitu mencolok untuk mencapai dunia luar, sementara di sebagian besar penjara lain, metode Kristen yang sama masih berlaku. Tapi dinding penjara tidak memungkinkan jeritan derita korban untuk terdengar, dinding penjara sangat tebal, sehingga mengedapkan suara. Masyarakat mungkin saja dengan kekebalan yang lebih untuk membubarkan semua penjara sekaligus, ketimbang berharap untuk mendapatkan perlindungan dari bilik kengerian abad kedua puluh ini.
Tahun demi tahun gerbang penjara neraka kembali ke dunia yang kurus, cacat, awak kapal karam yang kurang kemanusiaannya, dengan tanda rantai di dahi mereka, harapan mereka hancur, semua kecenderungan alami mereka digagalkan. Dengan tidak ada lagi apa-apa kecuali kelaparan dan ketidakmanusiawian yang menyambut mereka, para korban ini segera tenggelam kembali ke kejahatan sebagai satu-satunya kemungkinan eksistensi. Benar-benar lumrah untuk menyaksikan bahwa laki-laki dan perempuan telah menghabiskan separuh hidup mereka -hampir seluruh keberadaan mereka- di penjara. Saya tahu seorang perempuan di Blackwell Island, yang telah keluar masuk penjara sebanyak 38 kali; dan melalui dialah saya belajar bahwa seorang anak muda dari umur 17, yang telah dirawat di penjara Pittsburg, tidak pernah tahu arti sebuah kebebasan. Pengalaman-pengalaman pribadi didukung oleh data yang luas memberikan bukti yang luar biasa, bahwa meyakini penjara adalah sarana pencegahan atau reformasi adalah sebuah kesia-siaan.
Seseorang yang berarti sekarang bekerja untuk keberangkatan baru ke penjara, -reklamasi, untuk mengembalikan sekali lagi kemungkinan bagi tahanan untuk kembali menjadi manusia. Hal ini patut dihargai, tapi saya takut ini tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang lebih baik, sama saja seperti menuangkan anggur yang sedap ke dalam botol apak. Tidak ada yang lebih pendek dari rekonstruksi lengkap masyarakat yang akan membebaskan umat manusia dari kanker kejahatan. Tetap, jika tepi hati nurani sosial kita yang tumpul dipertajam, penjara mungkin diberikan mantel baru untuk dipernis. Tetapi langkah pertama yang harus diambil adalah renovasi kesadaran sosial, yang sekarang dalam kondisi agak bobrok. Hal ini sayangnya butuh untuk dibangun pada fakta bahwa kejahatan adalah pertanyaan, bahwa kita semua memiliki dasar-dasar kejahatan di dalam kita, lebih atau kurang, menurut lingkungan mental, fisik, dan sosial kita; dan bahwa individu yang menjadi kriminal hanyalah refleks agregat dari kecenderungan kita.
Dengan kesadaran sosial yang terbangun, rata-rata individu dapat belajar menolak “kehormatan” untuk menjadi anjing pelacak hukum. Dia mungkin berhenti menganiaya, menghina, dan tidak percaya pada para pelanggar hukum, dan memberinya kesempatan untuk hidup dan bernapas di antara teman-temannya. Lembaga yang, tentu saja, sulit untuk dijangkau. Mereka dingin, tak tertembus, dan kejam; masih dengan kesadaran sosial yang dipercepat, hal ini memungkinkan untuk membebaskan para korban penjara dari kebrutalan petugas penjara. Opini publik merupakan senjata yang ampuh; penjaga pemangsa manusia bahkan takut dengan itu. Mereka dapat mengajarkan sedikit kemanusiaan, terutama jika mereka menyadari bahwa pekerjaan mereka tergantung pada hal itu.
Namun langkah yang paling penting adalah untuk menuntut hak tahanan untuk bekerja ketika di penjara, dengan beberapa balasan moneter yang akan memungkinkan dia untuk mengesampingkan sedikit saja untuk hari pembebasannya, awal dari sebuah kehidupan baru.
Adalah konyol ketika kita berharap banyak pada masyarakat untuk hadir ketika kita mempertimbangkan bahwa para pekerja itu, budak yang mengupahi dirinya sendiri, menerima hukuman bagi dirinya sendiri. Saya tidak akan setuju untuk kekejaman ini, kecuali hanya untuk mempertimbangkan ketidakpraktisannya saja. Untuk mulai dengan oposisi yang sejauh ini dilakukan oleh buruh yang terorganisir, telah diarahkan terhadap kincir angin. Tahanan selalu bekerja; hanya saja negara telah mengeksploitasi mereka, bahkan beberapa majikan perorangan telah merampok buruh yang terorganisir. Amerika telah dengan baik mengatur tahanan untuk bekerja pada pemerintah, atau mereka bertani pada perorangan. Pemerintah Federal Amerika dan 17 negara bagian telah membuangnya, seperti beberapa negara terkemuka di Eropa, sejak praktik ini mengarah pada kerja lembur yang mengerikan dan penyalahgunaan tahanan, dan korupsi yang tak ada habisnya.
“Di Rhode Island, negara bagian ini didominasi oleh Nelson W. Aldrich, yang mungkin menawarkan contoh terburuk. Berdasarkan kontrak lima tahun pada tanggal 7 Juli 1906, dan dapat diperpanjang untuk lima tahun lagi pada pilihan kontraktor swasta, pekerja yang juga merupakan tahanan dari penjara Rhode Island dan Providence County Jail dijual ke Reliance-Sterling Mfg. Co dengan harga 25 sen per hari per orangnya. Perusahaan ini benar-benar terdiri dari pekerja tahanan dalam jumlah besar, karena itu juga menyewa pekerja tahanan dari penjara Connecticut, Michigan, Indiana, Nebraska, dan South Dakota, dan lembaga pemasyarakatan dari New Jersey, Indiana, Illinois, dan Wisconsin, semuanya sebelas penjara yang telah “disewakan”.
“Besarnya sogokan dalam kontrak Rhode Island dapat diperkirakan dari fakta bahwa perusahaan yang sama ini membayar 62 ½ sen sehari di Nebraska untuk pekerja tahanan, dan Tennessee, misalnya, mendapat $ 1,10 per hari untuk tahanan yang bekerja pada Gray-Dudley Hardware Co; Missouri mendapat 70 sen sehari dari Star Overall Mfg. Co.; Virginia Barat 65 sen sehari dari Kraft Mfg. Co, dan Maryland 55 sen sehari dari Oppenheim, Oberndorf & Co, produsen kemeja. Perbedaan yang mencolok ada pada harga untuk sogokan yang besar. Sebagai contoh, Reliance-Sterling Mfg. Co yang memproduksi kemeja, membayar gaji seorang pekerja bebas tidak kurang dari $ 1,20 per lusin, sementara itu mereka hanya membayar tahanan Rhode Island 30 sen selusin. Selain itu, perusahan ini juga tidak memerlukan biaya sewa untuk penggunaan pabrik yang besar, tidak membayar apa-apa pada penguasa, untuk pemanas, lampu, atau bahkan drainase, dan bahkan tidak dikenai pajak. Dasar penyogok!”[8]
Diperkirakan senilai lebih dari $ 12 juta dari nilai kemeja pekerja, semuannya diproduksi setiap tahun di negeri ini oleh pekerja tahanan. Ini adalah industri yang biasanya mempekerjakan perempuan, dan refleksi pertama yang muncul adalah bahwa sejumlah besar pekerja bebas perempuan itu tergantikan oleh pekerja tahanan. Pertimbangan kedua adalah bahwa tahanan laki-laki, harus belajar bahwa perdagangan akan memberikan mereka beberapa kesempatan menjadi mandiri setelah dibebaskan, pada akhirnya tetap bekerja seperti ini, yang tidak memungkinkan mereka membuat keuntungan. Ini menjadi permasalahan serius manakala banyak pekerja ini melakukannya selama di lembaga pemasyarakatan, yang begitu keras para sipir mengaku telah melatih tahanan mereka untuk menjadi warga negara yang berguna kelak.
Yang ketiga, dan yang paling penting, mempertimbangankan bahwa keuntungan besar dapat diraih, sehingga memeras pekerja tahanan adalah insentif konstan kontraktor untuk memeras dari tugas korban yang sama sekali tidak bahagia di luar ketidakberdayaan mereka, dan untuk menghukum mereka dengan kejam ketika pekerjaan mereka tidak mencapai permintaan yang diinginkan.
Dengan kata lain, hukuman terhadap tahanan adalah tugas-tugas yang mana mereka tidak bisa berharap untuk ‘hidup’ setelah bebas. Indiana, misalnya, adalah negara bagian yang telah membuat keuntungan besar karena berada di peringkat terdepan dalam perbaikan penologi[9] modern. Namun, menurut laporan yang diberikan pada tahun 1908 oleh sekolah pelatihan dari “lembaga pemasyarakatan,” 135 lembaga pemasyarakatan terlibat dalam pembuatan rantai, 207 dalam pembuatan kemeja, dan 255 di pengecoran -total 597 lembaga pemasyarakatan untuk tiga pekerjaan. Tapi juga disebutkan bahwa 59 pekerjaan lembaga pemasyarakatan diwakili oleh tahanan, 39 di antaranya berhubungan dengan kegiatan negara. Indiana, seperti negara-negara bagian lain, mengaku akan melatih para penghuni lembaga pemasyarakatannya untuk pekerjaan yang dapat menghidupi mereka ketika dibebaskan. Indiana benar-benar membuat mereka untuk bekerja membuat rantai, kemeja, dan sapu, untuk kepentingan Louisville Fancy Grocery Co. Pembuatan sapu adalah perdagangan yang sebagian besar dimonopoli oleh orang buta, pembuatan kemeja dilakukan oleh perempuan, dan hanya ada satu pabrik rantai cuma-cuma, dan pada saat itu seorang tahanan yang dibebaskan sebenarnya tidak bisa berharap untuk mendapatkan pekerjaan. Semuanya adalah lelucon kejam.
Jika kemudian negara dapat berperan dalam merampok korban yang tak berdaya untuk mendapatkan keuntungan yang luar biasa seperti itu, bukan waktu yang tepat bagi buruh yang terorganisir untuk menghentikan lolongan mereka yang menganggur, dan untuk menuntut remunerasi yang layak untuk terpidana, bahkan sebagai organisasi buruh mengklaim bagi diri mereka sendiri? Dengan cara itu pekerja akan membunuh kuman yang mana membuat musuh memenuhi kepentingan pekerja. Saya telah mengatakan di tempat lain bahwa ribuan tahanan, tidak kompeten, tanpa sarana subsistensi, tiap tahun akan kembali ke dalam lipatan sosial. Para laki-laki dan perempuan harus hidup, bahkan seorang mantan tahanan pun juga memiliki kebutuhan. Kehidupan penjara telah membuat mereka menjadi makhluk anti-sosial, dan pintu-pintu kaku tertutup yang menemui mereka pada saat mereka dibebaskan tidak mungkin akan mengurangi kepahitan mereka. Hasil yang tak terelakkan lagi adalah bahwa mereka membentuk inti keuntungan keluar dari yang keropeng, detektif, dan polisi yang menarik, hanya terlalu bersedia untuk melakukan tawaran tuan. Jadi, buruh terorganisir, oleh oposisi bodoh untuk bekerja di penjara, mengalahkan tujuannya masing-masing. Ini membantu membuat asap beracun yang melumpuhkan setiap usaha untuk perbaikan ekonomi. Jika setiap pekerja ingin menghindari efek ini, ia harus bersikeras pada hak para tahanan untuk bekerja, ia harus mengangap dia sebagai saudara, membawanya ke dalam organisasinya, dan dengan bantuannya supaya giliran berbalik terhadap sistem yang melindas mereka berdua.
Akhirnya, namun bukan yang terakhir, adalah realisasi pertumbuhan kebiadaban dan tidak memadainya kalimat yang pasti. Mereka yang percaya, dan sungguh-sungguh memiliki tujuan, perubahan yang cepat akan datang mengarahkan pada kesimpulan bahwa manusia harus diberi kesempatan untuk membuat sesuatu yang lebih baik. Dan bagaimana ia melakukannya dengan sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun jika dirinya dipenjara? Harapan akan kebebasan dan kesempatan adalah satu-satunya insentif untuk kehidupan, terutama kehidupan tahanan. Masyarakat telah berdosa begitu lama terhadap tahanan. Saya sangat tidak optimis bahwa itu akan atau bahwa setiap perubahan nyata ke arah itu dapat berlangsung sampai ketika lahir kondisi yang mana tahanan dan sipir akan selamanya dihapuskan.
Keluar dari mulutnya sesuatu yang merah, mawar merah!
Keluar dari hatinya sesuatu yang putih!
Untuk yang bisa mengatakan dengan cara yang aneh
Kristus membawa kehendaknya terhadap cahaya,
Sejak staf yang mandul peziarah membosankan
Terlihat mekar di samping Paus yang besar.
[1] Crime and Criminals. W.C. Owen.
[2] The Criminal (1890), Havelock Ellis.
[3] Ibid.
[4] Mungkin maksud penulis adalah tirani (penerjemah).
[5] The Criminal (1890), Havelock Ellis.
[6] Ibid.
[7] Nama jenis-jenis metode penyiksaan saat menginterogasi atau memenjarakan seseorang. Menjelaskan satu per satu akan terlalu panjang, cek mbah Google (penerjemah).
[8] The Criminal (1890), Havelock Ellis.
[9] Studi teori dan praktik manajemen penjara dan rehabilitasi kriminal (penerjemah).